59
dilakukan untuk mengetahui respon model terhadap stimulus, tujuannya untuk menemukan alternatif tindakan baik untuk mengakselerasi kemungkinan pencapaian
positif, maupun untuk mengantisipasi dampak negatif. Uji sensitivitas dilakukan dengan dua macam Muhamadi, 2001 : 1 Intervensi fungsional, yakni dengan
memberikan fungsi – fungsi khusus terhadap model, dan 2 intervensi struktural,
yakni dengan mempengaruhi hubungan antar unsur atau struktur model, dengan cara mengubah struktur modelnya.
2.19. Analisis kebijakan
Analisis kebijakan dilakukan untuk mempengaruhi sistem agar sesuai dengan apa yang diinginkan Davidsen, 1994 dalam Kholil, 2005. Dalam sistem
dinamis analisis kebijakan dilakukan terhadap hasil simulasi model Muhamadi, 2001. Ada dua tahap analisis kebijakan yaitu : pengembangan kebijakan alternatif
dan analisis kebijakan alternatif. Pengembangan kebijakan alternatif adalah suatu proses berfikir kreatif menciptakan ide
– ide baru untuk mempengaruhi sistem agar mencapai tujuan yang diinginkan, baik dengan cara mengubah parameter maupun
struktur modelnya. Sementara itu analisis kebijakan alternatif dilakukan untuk memilih satu kebijakan terbaik dari beberapa alternatif kebijakan yang ada, dengan
mempertimbangkan perubahan sistem lama ke sistem baru, serta perubahan lingkungan ke depan.
2.20. Pengembangan model kelembagaan
Pengembangan model kelembagaan pengelola Teluk Youtefa terpadu didasarkan atas hasil analisis kelembagaan dengan menggunakan metoda ISM
Interpretative structural modelling yang dikembangkan oleh Saxena 1992 dalam Eriyatno 1999. Data pada teknis ISM adalah kumpulan pendapat dari
pakar panelis sewaktu menjawab tentang keterkaitan antar elemen. Pengembangan model kelembagaan ini bertujuan untuk membangun alternatif institusi pengelola
Teluk Youtefa yang tepat, sesuai dengan karakteristik daerah, perkembangan masyarakat dan peraturan yang berlaku.
Elemen – elemen yang dipilih dalam melakukan analisis kelembagaan ini
adalah elemen yang berperan secara dominan dalam menentukan keberhasilan pengelolaan Teluk Youtefa.
60
Menurut Saxena 1992 dalam Eriyatno 1999 program dapat dibagi menjadi sembilan elemen, yaitu 1 sektor masyarakat yang terpengaruhi, 2
kebutuhan dari program, 3 kendala utama, 4 perubahan yang dimungkinkan, 5 tujuan dari program, 6 tolok ukur untuk menilai setiap tujuan, 7 Aktivitas
yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan, 8 ukuran aktivitas guna mengevaluasi hasil yang dicapai oleh setiap aktivitas, dan 9 lembaga yang
terlibat dalam pelaksanaan program. Dalam melakukan analisis kelembagaan elemen
– elemen yang akan digunakan adalah elemen yang dominan yang dikonsultasikan dengan pakar. Pakar dalam hal ini adalah yang memiliki a
pengetahuan tentang Teluk Youtefa, b pengetahuan tentang model dinamik dan c skill, d Sikap etika dan moral
– attitude Menurut Marimin 2004, analisis terhadap model kelembagaan ini pada
dasarnya untuk menyusun hierarki setiap sub elemen pada elemen yang dikaji, dan kemudian membuat klasifikasi ke dalam 4 sektor, untuk menentukan sub
elemen mana yang termasuk ke dalam variabel Autonomous sektor 1, dependent sektor 2, linkage sektor 3 atau independent sektor 4
IV III
I II
Dr iv
er pow er
Dependence
Gambar 10 Matriks DP-D
61
Sektor 1 : Weak driver – weak dependent variables autonomous; Sektor 2 : Weak driver –
strongly dependent variables dependent; Sektor 3 : Strong driver – strongly dependent variables
linkage; Sektor 4 : Strong drive weak dependent variables independent
Gambar 11. Diagram alir analisis kelembagaan dengan metode ISM Teknis ISM merupakan salah satu teknik permodelan sistem untuk
menangani kebiasaan yang sulit diubah dari perencana jangka panjang yang sering menerapkan secara langsung teknik penelitian operasional dan atau aplikasi
statistik deskriptif. Tahapan dalam melakukan ISM dibagi menjadi dua bagian, yaitu Penyusunan hirarki dan klasifikasi sub elemen Eriyatno, 2003.
a. Penyusunan hierarki • Program yang sedang ditelaah penjenjangan strukturnya dibagi menjadi elemen-
elemen di mana setiap elemen selanjutnya diuraikan menjadi sejumlah sub elemen.
• Menentapkan hubungan kontekstual antara sub elemen yang terkandung adanya suatu pengarahan direction dalam terminologi sub ordinat yang menuju pada
perbandingan berpasangan oleh pakar. Jika jumlah pakar lebih dari satu maka dilakukan perataan. Penilaian hubungan kontekstual pada matriks perbandingan
berpasangan menggunakan simbol:
Mulai
Input analisis kelembagaan konsultasi ke pakar: 1 Kendala utama, 2 Tujuan, 3 Tolak ukur, 4
Lembaga yang terlibat, 5 Kebutuhan.
Analisis kelembagaan pengelola Teluk Youtefa, berdasarkan elemen – elemen
yang dikaji dengan metode ISM
OK
Output : Hirarki sub elemen untuk setiap elemen yang dikaji dan klasifikasi sub elemen pada setiap elemen
62
V jika e
ij
= 1 dan e
ji
= 0; V = sub elemen ke-i harus lebih dulu ditangani dibandingkan subelemen ke-j
A jika e
ij
= 0 dan e
ji
= 1; A = sub elemen ke-j harus lebih dulu ditangani dibandingkan subelemen ke-i
X jika e
ij
= 1 dan e
ji
= 1; X = kedua sub elemen harus ditangani bersama O jika e
ij
= 0 dan e
ji
= 0; O = kedua sub elemen bukan prioritas yang ditangani
Pengertian nilai e
ij
= 1 adalah ada hubungan kontekstual antara sub elemen ke-i dan ke-j, sedangkan nilai e
ji
= 0 adalah tidak ada hubungan kontekstual antara sub elemen ke-i dan ke-j.
• Hasil olahan tersebut tersusun dalam structural self interaction matrix SSIM. SSIM dibuat dalam bentuk tabel reachability matrix RM dengan mengganti V,
A, X dan O menjadi bilangan 1 dan 0. 2.21.
Permodelan
Menurut Robert 1983 yang diacu dalam Kholil 2005 mengemukakan bahwa model merupakan perwakilan atau abstraksi dari sebuah
obyek atau situasi aktual yang menggambarkan hubungan antar variabel dalam sebuah system. Model dianggap baik bila dapat merepresentasikan realitas yang
sebenarnya sederhana, Eriyatno 1999. Secara umum ada 3 bentuk model: 1. Model ikotonik yaitu model miniatur dari keadaan yang sebenarnya, seperti model
pesawat terbang, model mobil, dan model rumah. 2 model analog, yaitu model suatu proses atau sifat, seperti proses grazing yang dapat dicontohkan pemotongan
rumput dengan mesin. Model ini sifatnya sederhana dan sering dipakai pada situasi khusus seperti untuk proses pengendalian mutu industri operating
characteristic curve. 3 model simbolik yaitu suatu model yang menggunakan simbol-simbol matematika pada analisa system sebagai penelitian ilmiah yang
sering digunakan adalah model simbolik dan model matematika. Pengembangan model dibutuhkan beberapa langkah yaitu: 1 problem
definition, 2 system conceptualization, 3 model representation, 4 model behavior, 5 model evaluation, 6 policy analysis and model use. Tahapan system
conceptualization merupakan bagian yang paling crusial, karena kegagalan dalam tahap ini akan memberikan pengaruh pada tahap-tahap berikutnya. model
63
representation merupakan tahap pembuatan model melalui kode-kode program seperti kedalam bahasa dynamic. model behavior dan model evaluation secara
umum merupakan tahap untuk mengetahui perilaku model dan sensivitas model bila dilakjukan perubahan terhadap nilai parameter. Kemudian model merupakan
tahap implementasi dari model telah dianggap logis dan diuji kebenarannya. Kholil, 2005 mengemukakan bahwa pembuatan model harus dimulai
dari bentuk yang paling sederhana dengan cara mendefenisikan permasalahan secara hati - hati, digunakan analisis sensitifitas untuk membantu menentukan
rincian model dan selanjutnya untuk penyempurnaan dilakukan dengan penambahan variabel secara gradual sehingga diperoleh model yang logis dan
dapat merepresentasikan keadaan sebenarnya Pada suatu sistem, bahwa perubahan unsur akan mempengaruhi unsur
lainnya dan bisa menjadi kendala terhadap perilaku sistem. Oleh sebab itu perlu dipahami sifat hubungan antar elemen yang terkait relation of an entity toward
other entities dan sifat hubungan terhadap perilaku total sistem relation to the whole
Eriyatno 1999 mengemukakan bahwa faktor input terdiri dari: input yang terkontrol controllable overt inputs dan input yang tak terkontrol
uncontrollable overt inputs. Kemudian output terdiri dari: output yang dikehendaki desirable out puts dan output yang tak dikehendaki undesirable
outputs. Input lingkungan environmental input merupakan faktor yang berpengaruh pada bagian proses dari sebuah sistem output yang tak dikehendaki
undesirable output akan menjadi unpan balik feed back bagi sistem. Adanya umpan balik ini perlu dilakukan manajemen sistem sehingga dapat dikendalikan
dan menjadi input bagi sistem Eriyatno, 1999 diacu dalam Kholil, 2005. Dengan demikian maka dampak perubahan yang terjadi akibat berubahnya elemen lain
dapat diprediksi, sehingga hal-hal yang perlu diambil untuk pengendalian sistem dapat diantisipasi lebih awal.