Hipotesis Kebaharuan Novelty Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam

11 Sumber : Krismono et al, 2007 Gambar 2. Struktur eceng gondok yang diambil dari Danau Limboto a Eceng gondok dengan petiole yang menggelembung, b Eceng gondok dengan petiole yang tidak menggelembung, c Eceng gondok dengan akar yang masih utuh dan yang sudah dimakan ikan, Akar merupakan bagian tumbuhan yang penting. Eceng gondok berakar serabut yang berdiameter kecil tetapi sangat panjang sampai 1 m lebih. Untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan akar eceng gondok kadang bewarna putih bila di tanah dan gelap bila mengapung. Eceng gondok dapat berdiri dengan disokong oleh akar di tanah Penfaund Early, 1948. Akar eceng gondok berfungsi sebagai pengatur penyerapan unsur pembatas yaitu P dan N dari perairan Xie Yu, 2003. Menurut Wetzel 2001, bagian akar biasanya sekitar 20 –50 total biomassa, sedangkan Penfaund Early 1948 menyatakan bahwa bobot akar 52 . Bobot kering eceng gondok hasil analisis laboratorium LRPSI, Jatiluhur bagian akar 41,4 , petiole 50,6, dan daun 8. Akar eceng gondok merupakan tempat organisme makro-avertebrata menempel. Di danau Taabo pada akar eceng gondok menempel 34 famili macro-invertebrata Kouame et al., 2010, dan di perairan Alvarado Lagoonal System, Veracruz, Mexico terdapat 96 kelas yang terdiri atas 44 avertebrata tawar, 53 estuari, dan 3 laut Ramirez et al., 2006. Petiole yang tidak menggelembung Daun petiola akar a b Akar yang dimakan Akar yang utuh c 12 Kandungan air eceng gondok adalah 90 dengan pengeringan menggunakan oven pada suhu 105 o C. Milne et al. 2006 menunjukkan adanya hubungan linier antara bobot kering daun dan bobot kering total eceng gondok dengan kedalaman, dengan bertambahnya kedalaman air bobot kering eceng gondok bertambah serta antara penurunan serasah bobot kering dengan kandungan fosfor di sedimen. Hasil analisis proksimat eceng gondok dari Danau Limboto Tabel 4 dan hasil analis tangkai eceng gondok mengandung: protein 0,16, lemak 0,35, abu 0,44, serat kasar 2,09, karbohidrat 0,17, P 2 O 5 0,52 dan K 2 O 0,42. Menurut Brades Tobing 2008, kandungan protein eceng gondok tua dan segar 11,5, serta hasil analisis Laboratorium Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor eceng gondok dari perairan Danau Limboto sebesar 11, 4. Tabel 4. Hasil analisis proksimat eceng gondok Danau Limboto Contoh Protein Lemak Abu Serat kasar Karbohidrat Akar 17,76 3,46 26,38 16,74 35,66 Daun 19,83 1,2 6,28 9,89 62,8 Petiole 4,86 1,56 14,02 9,6 69,96 Sumber : Krismono, 2007. Berdasarkan analisis jaringan eceng gondok mengandung N, P, K dan C organik berturut-turut; 2,32 , 0,24 , 1,95 , dan 46,21 , serta rasio CN -1 = 19,92 Haryatun, 2008, sedangkan Hakim et al.,1986 in Haryatun 2008 menyatakan bahwa rasio CN eceng gondok termasuk rendah, dekomposisi cepat, maka eceng gondok dapat berfungsi sebagai sumber hara dan bahan organik, Hasil penelitian Karki Dixit 1984 in Haryati 2006 menunjukkan rasio CN -1 eceng gondok 25, yang berarti mempunyai kecepatan dekomposisi lebih cepat jika dibandingkan dengan jerami padi dan jagung yang mempunyai rasio CN -1 70 dan 60, tetapi lebih lambat bila dibandingkan CN -1 rasio kotoran ayam 10, kotoran kambing 12, dan kotoran manusia serta bebek 8. Berdasarkan hasil analisis kimiawi eceng gondok segar mengandung bahan organik 36,59 , C organik sebesar 21,23, N total sebesar 0,28 , P total sebesar 0,0011, dan K total 0,016 Winarno, 1993. 13

2.4 Ikan koan Ctenopharyngodon idella

Klasifikasi ikan koan menurut Nelson 2006 adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Subfilum : Craniata Superkelas : Gnathostomata Kelas : Actinopterygii Subkelas : Neopterygii Divisi : Teleostei Subdivisi : Ostarioclupeomorpha Super ordo : Ostariophysi Seri : Otophysi Ordo : Cypriniformes Superfamili : Cyprinoidea Famili : Cyprinidae Subfamili : Squaliobarbinae Genus : Ctenopharyngodon Spesies : Ctenopharyngodon idella Val. Shireman Smith 1983 menyatakan bahwa hanya sedikit variasi yang ditemukan pada morfologi ikan koan dan tidak ada subspesies yang pernah diketahui. Chilton Muoneke 1922 dalam Cudmore Mandrak 2004 mengemukakan bahwa secara umum bobot ikan koan dapat mencapai 30-50 kg, adapun panjang maksimalnya dapat mencapai lebih dari 1 m Fraser, 1978 in Cudmore Mandrak, 2004. Cudmore Mandrak 2004 mengemukakan bahwa ikan koan memiliki kepala yang bersisik, bentuk tubuh ikan koan memanjang dan ramping Gambar 3. Ikan koan memiliki sirip berturut-turut sirip punggung, sirip perut, dan sirip ekor adalah 7, 8 dan 18, sirip punggung dan sirip dubur tidak memiliki duri, dengan tipe sisik yaitu sisik sikloid Page Burr, 1991, Keith Allaradi, 2001 in Cudmore Mandrak, 2004. Adapun rumus gigi adalah 2,5-4,1, gigi bagian dalam lebih kuat dibandingkan gigi di bagian lateral Shireman Smith, 1983. 14 Sumber:Krismono et al., 2007. Gambar 3. Morfologi ikan koan Ctenopharyngodon idella Panjang usus ikan koan berkisar 1,6-2,0 kali panjang badan Hoa, 1973 in Shireman Smith, 1983, termasuk pendek dibanding herbivora yang lain dan lama waktu tinggal makanan didalam usus 8 jam Masser, 2002. Lebih lanjut Cheng 1966 in Shireman Smith 1983 mengemukakan bahwa panjang usus meningkat dari 0,5 pada saat ukuran larva dan mencapai 2,5 kali panjang badan pada ikan dewasa. Calon saluran pencernaan berdiferensiasi menjadi tekak pendek, klep pilorik, usus, dan rektum. Pada saluran pencernaan ikan koan terjadi fermentasi mikroflora bakteri, protozoa dan flagellata karena pada saluran pencernaan herbivora termasuk ikan koan berkembang di dalamnya mikroflora yang mengekskresikan berbagai jenis enzim diantaranya adalah selulase. Selulase akan menghidrolisis selulosa menjadi senyawa yang lebih sederhana dan selanjutnya menjadi gula sederhana. Mikroflora juga sebagai penghasil vitamin terutama vitamin B dan bila mati di saluran pencernaan merupakan sumber protein bagi ikan, sehingga walaupun tumbuhan proteinnya rendah ikan koan tidak kekurangan protein Opuszynski Shireman 1995. Gonad terletak di rongga peritonium dan berdiferensiasi pada ikan dengan panjang total 58 mm umur 50-60 hari Berry Low, 1970 in Shireman Smith, 1983.

2.5 Dampak penebaran ikan koan herbivora terhadap eceng gondok makrofita

Pengendalian makrofita di perairan yang dilakukan dengan cara fisik, kimiawi, dan biologis beserta dampaknya dikemukakan de Nie 1987. Gambar 4 menjelaskan bahwa pengendalian menggunakan cara kimiawi langsung berdampak pada lingkungan fitoplankton dan organisme air lainnya langsung hilang dan beberapa lama akan tumbuh fitoplankton. Pada pengendalian dengan cara fisik, begitu makrofita diambil maka populasi fitoplankton akan meningkat. Dengan cara biologis akan terjadi secara bertahap perubahan