Eceng gondok Eichhornia crassipes

15 biologis yang tidak mengakibatkan perubahan ekosistem secara drastis. Opuszynski Shireman 1995 menyatakan bahwa ikan pemakan makrofita disebut herbivora, bila dari volume pakan yang ada di perut ikan 50 terdiri atas komponen makrofita. Ikan koan merupakan salah satu jenis ikan herbivora di perairan tawar, ukuran finggerling adalah efisien untuk ditebar dalam rangka mengendalikan makrofita Hosny et al., 2008. Hasil penelitian Parker 2005 memperlihatkan interaksi antara herbivora dan tumbuhanmakrofita mempunyai dampak sebagai berikut : - Terjadinya penyuburan atau pemiskinan di perairan karena perambanan makrofita oleh herbivora. - Dinamika perkembanganpertumbuhan makrofita dan herbivora karena adanya perambanan makrofita oleh herbivora. - Terjadinya kompetisi herbivora karena preferensi terhadap makrofita. Ikan koan yang makan eceng gondok ekskresinya akan memengaruhi kualitas air karena pada umumnya ikan herbivora mengekskresikan 43 dari sisa makanannya ke perairan, tetapi ikan koan ekskresinya mencapai 74 Opuszynski Shireman, 1995. Pernyataan tersebut dapat mendukung hasil penelitian Bettoli et al, 1993 in Opuszynski Shireman 1995 yang mengemukakan bahwa setelah introduksi ikan koan, fitoplankton di perairan meningkat di danau Conroe 1980-1986 . Hasil penelitian Squires et al., 2002 menunjukkan bahwa perambanan makrofita meningkatkan transparansi air dan biomassa plankton. Flower Robson 1978 in Pipalova 2006 mengutarakan bahwa padat tebar ikan koan 150 kg ha -1 dan 450 kg ha -1 dalam satu bulan dapat meningkatkan fosfat masing- masing 40 dan 57. Pertumbuhan ikan koan juga akan cepat karena 54 fosfor dan 42 nitrat diikat dalam jaringan ikan menurut Lembi et al.,1978 in Pipalova 2006. Populasi makrofita Eichhornia crassipes di perairan Danau Limboto telah menutupi permukaan air seluas 40 - 60 Krismono et al., 2007. Sedangkan populasi makrofita yang baik untuk perairan danau atau waduk cukup 3 Soemarwoto, 1991, sedangkan menurut Boyd 1990 sekitar 10 - 20. Helfrich et al, 2000 menyatakan bahwa makrofita di danau lebih baik kurang dari 25 dan Rendal et al., in Petr 2000 kisaran penutupannya antara 1-30. 16 Gambar 4. Cara pengendalian makrofita dan dampaknya di perairan de Nie, 1987 PENGENDALIAN MAKROFITA DALAM PENGELOLAAN DARI PERGERAKAN MAKROFITA Pengendalian kimiawi Pengendalian mekanikfisik Pengendalian biologis dengan ikan koan Penurunan makrofita Setelah Pengendalian pertumbuhan makrofita Peningkatan produksi Penambahan laju pertumbuhan fitoplankton Berangsur-angsur makrofita menghilang Tidak ada produksi fitoplankton menghilangkan nutrient temporal Mulai ada produksi fitoplankton Penambahan nutrien dari siklus ikan koan Penambahan pertumbuhan epifit dan produktivitas fitoplankton Dominasi fitoplankton Air jernih Penambahan biomassa dari pertumbuhan avertebrata, menahan fitoplankton Kecukupan konsumsi epifit oleh perambanan Kecukupan cahaya, karbon anorganik untuk makrofita Kecukupan produksi dari fitoplankton oleh tekanan makrofita Kekurangan konsumsi epifit oleh perambanan 17 Menurut Opuszynski Shireman 1995 penebaran ikan koan dengan kepadatan tinggi pada perairan yang mempunyai kepadatan makrofita tinggi akan berdampak di perairan yaitu makrofita terkontrol dan semua unsur di perairan akan meningkat nutrien, detritus, benthos, plankton, dan predator. Danau Kerinci mempunyai luas 4200 ha, kedalaman maksimum 110 m dan berada 783 m dpl. Permukaan airnya yang tertutup oleh gulma air eceng gondok sebesar 80 dapat dihilangkan dengan tuntas oleh ikan koan berukuran 5 –10 gram sebanyak 48,000 ekor dan ditebar selama empat tahun 1995-1998. Dampak pengurangan eceng gondok tersebut tidak merubah kualitas air Danau Kerinci khususnya kandungan oksigen terlarut, total N, amonia, dan total besi sebelum dan sesudah penebaran Hartoto et al., 2001. Hal ini mungkin disebabkan sisa-sisa eceng gondok mengendap ke dasar perairan danau dalam proses bertahap. Pengendalian eceng gondok secara biologis oleh ikan koan dengan biomassa 50-250 kg ha -1 dan ukuran ikan fingerling akan berdampak terhadap penambahan nutrien pada perairan secara perlahan-lahan. Penambahan nutrien pada tahap awal I didominansi oleh makrofita, selanjutnya pada tahap II peningkatan populasi organisme penempel dan peningkatan populasi fitoplankton dan akhirnya pada tahap III terjadi dominansi fitoplankton de Nie, 1987. Ryding Rast 1989 menyatakan dalam pengendalian makrofita harus memperhatikan dampaknya, yaitu pertumbuhan fitoplankton secara cepat akibat terbukanya perairan dan peningkatan proses fotosintesis. Peningkatan pertumbuhan fitoplankton dapat mencapai delapan kali lipat dari sebelumnya Kirkagac Demir, 2004. Berdasarkan evaluasi metode pengendalian eceng gondok secara biologis dengan ikan koan di Mesir, El Samman El Ella 2006 menganjurkan penebaran ikan koan lebih besar dari 100 kg ha -1 dengan ukuran ikan paling kecil sekitar 10-20 g ekor -1 . Penebaran ikan koan untuk pengendalian populasi makrofita di perairan danau dengan biomassa berkisar antara 50, 100 dan 200 kg ha -1 Badiane et al., 2008 dan 200, 400 dan 600 kg ha -1 Kirkagac Demir, 2004. Penebaran ikan koan di bendungan Aswan di Mesir, biomassa ikan lebih kecil dari 100 kg ha -1 dengan kisaran ukuran antara 10 – 20 g ekor -1 lebih efektif 70 dibanding metode lain Hosny et al., 2008. Pelaksanaan penelitian ini memperhatikan hasil Convention on Biological Diversity CBD yang menyatakan bahwa pemanfaatan sumber daya keanekaragaman hayati harus 18 menjaga keberkelanjutan, mengurangi dampak negatif, menguntungkan dan mendidik masyarakat untuk mengerti pentingnya keanekaragaman hayati. Duncan 2002 menyampaikan bahwa dalam rangka menghindari dampak genetik dari ikan koan di danau- danau di Florida ditebar dengan ikan koan jantan supaya tidak berkembang biak. 19 3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2009 sampai dengan Februari 2010, yang berlangsung di dua lokasi, yakni: 1 Adaptasi benih ikan koan dari Februari sampai dengan November 2009 dan penelitian di Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FMIPA Universitas Negeri Gorontalo UNG selama 20 hari bulan November – Desember 2009. 2 Penelitian di perairan Danau Limboto wilayah Desa Iluta, Kabupaten dan Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo pada bulan Desember 2009 sampai dengan Februari 2010 Gambar 5. Keterangan : Lokasi penelitian Gambar 5. Lokasi penelitian di Danau Limboto 20

3.2 Metode Penelitian

Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi dua bagian yaitu : a Penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan padat tebar ikan koan yang optimum dalam perambanan eceng gondok di laboratorium. b Penelitian yang bertujuan untuk mengkaji laju perambanan ikan koan dan laju pertumbuhan eceng gondok dalam mengendalikan perkembangan eceng gondok di Danau Limboto dan dampaknya terhadap produktivitas perairan Danau Limboto dilakukan di perairan Danau Limboto, wilayah Desa Iluta.

3.2.1. Metode penelitian di laboratorium

Metode penelitian menggunakan percobaan semu. Penelitian dilakukan di laboratorium dengan kondisi dibuat menyerupai di lapangan bertujuan untuk mendapatkan padat tebar ikan koan yang optimum dalam perambanan eceng gondok sebagai pakan.

3.2.1.1 Desain Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap, dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan berupa padat tebar ikan 2, 4, 8, dan 16 ekor per akuarium. Satuan penelitian adalah kompartemen yaitu pertama eceng gondok dan yang kedua adalah eceng gondok dengan ikan dalam kantong plastik berbentuk tabung dengan ukuran tinggi 40 cm dan diameter lingkaran 31,5 cm volume 50 L diberi aerasi dengan aerator ACDC Gambar 6a. Akuarium diletakkan pada bak porselin Gambar 6b, kondisi laboratorium seperti pada Lampiran 12 . A B Gambar 6. Desain akuarium A dan tata letak akuarium di laboratorium B FMIPA UNG Akuarium No.1 16 ekor Akuarium No.2 2 ekor Akuarium No.3 16 ekor Akuarium No.4 8 ekor Akuarium No.5 4 ekor Akuarium No.6 2 ekor Akuarium No.7 4 ekor Akuarium No.8 2 ekor Akuarium No.9 8 ekor Akuarium No.10 16 ekor Akuarium No.11 8 ekor Akuarium No. 12 4ekor