BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada wilayah Sub Das Cikapundung, DAS Citarum. Wilayah Sub DAS Cikapundung sebagai penyedia jasa lingkungan yaitu Desa
Sunten Jaya, Kecamatan Lembang, Bandung dan wilayah hilir yaitu PT Aetra Air Jakarta sebagai pembeli jasa lingkungan, serta Yayasan Peduli Citarum YPC
dan Lembaga Penelitian, Pendidikan, Penerangan Ekonomi dan Sosial LP3ES, dan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Jawa Barat sebagai fasilitator.
Penelitian dilakukan pada bulan September-November 2011.
3.2 Objek dan Alat Penelitian
Objek penelitian adalah para pihak yang terkait dalam mekanisme pembayaran jasa lingkungan Sub DAS Cikapundung, DAS Citarum yang sedang
berjalan, dan mekanisme itu sendiri. Alat yang digunakan antara lain: alat tulis, tape recorder, panduan wawancara, dan kamera digital.
3.3 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data untuk penelitian ini terdiri dari metode wawancara dan studi literatur. Metode wawancara dilakukan dengan cara semi
terstruktur dimana responden dipilih secara purposive sampling dengan mempertimbangkan keterlibatannya dalam mekanisme terkait dan merupakan
tokoh kunci key person dari setiap pihak yang terlibat stakeholder. Menurut Devers Frankel 2000, purposive sampling di desain untuk mendapatkan
pemahaman dari pemilihan individu atau kelompok yang berpengalaman atau untuk mengembangkan teori atau konsep. Tujuan tersebut dicari oleh peneliti
melalui pemilihan kasus yang kaya informasi, dimana individu, kelompok, organisasi, atau perilaku yang menyediakan wawasan terbesar terhadap
pertanyaan penelitian. Wawancara dilakukan terhadap ketua Kelompok Tani Syurga Air beserta 12 dari 32 orang anggotanya, dua orang dari PT.Aetra, dua
orang dari LP3ES, satu orang dari Yayasan Peduli Citarum, satu orang dari BPLHD Jawa Barat, satu orang dari BBWSC, satu orang dari Dinas Kehutanan,
satu orang dari Dinas Pengelola Sumber Daya Air, dan satu orang dari PDAM
Kota Bandung. Menurut Bernard 2002 diacu dalam Tongco 2007, tidak ada batasan terehadap banyaknya informan yang diambil untuk purposive sampling,
selama kebutuhan akan informasi masih dibutuhkan. Selanjutnya menurut Seidler 1974 diacu dalam Tongco 2007, ukuran contoh yang telah dipelajari terhadap
jumlah informan yang dipilih secara purposive, ditemukan bahwa setidaknya 5 informan dibutuhkan agar data teruji.
Wawancara semi terstruktur merupakan wawancara lintas para pihak untuk memeriksa atau menambahkan kelompok data yang difokuskan Reed et al.
2009. Sedangkan studi literatur dilakukan melalui penelusuran dokumen perjanjian mekanisme pembayaran jasa lingkungan Sub DAS Cikapundung, DAS
Citarum yang sedang berjalan dan data pendukung lainnya seperti kondisi Sub DAS Cikapundung, DAS Citarum, data kependudukan dari desa terkait, dll.
Berikut adalah jenis, sumber, dan metode pengumpulan data secara lengkap Tabel1.
Tabel 1 Jenis, sumber, dan metode pengumpulan data
No Jenis Data
Sumber Data Metode Pegumpulan
Data Data Pokok
1 Skema PJL di Sub DAS
Cikapundung, DAS
Citarum : -
Latar belakang
munculnya mekanisme PJL di lokasi tersebut
- Cara penentuan nilai
imbal jasa
yang disepakati
dasar,cara perhitungan, dan proses
- Aturan dari mekanisme
yang berjalan -
Isi perjanjian -
Penegakan aturan
monev, pemberian
sanksi, dll -
Perkembangan mekanisme PJL yang
dilakukan -
Permasalahan yang
timbul dalam
pelaksanaan dan solusi yang diambil
Kelompok Tani Syurga Air PT Aetra Air Jakarta
Yayasan Peduli Citarum Lembaga
Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan
Ekonomi dan
Sosial LP3ES
Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
BPLHD Jawa Barat Penelusuran dokumen
dan wawancara
Tabel 1 Jenis, sumber, dan metode pengumpulan data lanjutan
No Jenis Data
Sumber Data Metode Pegumpulan
Data
2 Keterlibatan para pihak :
- Identifikasi para pihak
- Peranan para pihak
- Tingkat
kepentingan serta
pengaruh para
pihak Hak dan kewajiban para
pihak serta pemenuhan hak
dan kewajiban
tersebut Kelompok Tani Syurga Air
PT Aetra Air Jakarta Yayasan Peduli Citarum
Lembaga Penelitian,
Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi
dan Sosial
LP3ES Badan
Pengelolaan Lingkungan
Hidup BPLHD Jawa Barat
Penelusuran dokumen, observasi lapang, dan
wawancara
Data Pendukung
3 Kondisi
Sub DAS
Cikapundung BPDAS Citarum-Ciliwung
Penelusuran dokumen dan studi literatur
4 Kondisi
sosial-ekonomi masyarakat
Kantor desa Sunten Jaya Kecamatan Lembang,
Bandung Penelusuran dokumen
dan wawancara
3.4 Analisis Data
3.4.1 Analisis deskriptif Analisis deskriptif dilakukan berdasarkan data dari dokumen perjanjian
mekanisme inisiatif pembayaran jasa lingkungan yang ada dengan tiga jalur analisis data Miles Huberman 1992 diacu dalam Agusta 2003, yaitu reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data untuk menyederhanakan data, meringkas, dan menggolongkannya. Penyajian data dapat
berupa skema atau bagan alir mekanisme atau teks naratif. Penarikan kesimpulan dengan cara peninjauan ulang data untuk menarik kesimpulan.
Untuk mekanisme yang sudah berjalan dievaluasi dengan metode triangulasi, yaitu menyocokkan data yang diperoleh dari studi literatur terhadap
dokumen terkait dengan hasil dari observasi lapang dan wawancara. Kemudian penyocokkan data tersebut dianalisis secara deskriptif.
3.4.2 Analisis para pihak
Menurut Groenendijk 2003, para pihak stakeholder adalah keseluruhan aktor atau kelompok yang mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh kebijakan,
keputusan, dan penerapan sebuah proyek. Para pihak merepresentasikan sistem dengan tujuan, sumberdaya, dan sensitifitas masing-masing. Analisis para pihak
berusaha untuk membedakan dan mempelajari pihak-pihak yang didasari oleh atribut mereka dan kriteria yang tepat untuk situasi yang spesifik.
Pihak yang terlibat dianalisis untuk mengetahui peranannya melalui metode pendekatan yang dikembangkan oleh Groenendijk 2003, metode tersebut
diawali dengan mengidentifikasi pihak yang terlibat dan mengklasifikasikan pihak tersebut menjadi pihak primer, pihak sekunder, dan pihak eksternal berdasarkan
keterkaitannya secara langsungtidak langsung dengan mekanisme yang ada. Kemudian, tiap pihak yang berbeda tersebut tentunya memiliki atribut yang
berbeda untuk dikaji tergantung situasi dan tujuan dari analisis. Atribut kunci dari analisis para pihak adalah kepentingan interest. Atribut lainnya yang juga
dimasukkan dalam analisis adalah pengaruh influence dan kepentingan importance.
Kepentingan interest terhadap tujuan proyekmekanisme merupakan atribut yang penting untuk diinvestigasi dari para pihak. Kepentingan ini
mungkin bersimpati terhadap tujuan para pihak juga menginginkan apa yang coba dicapai oleh proyek atau kebalikannya tujuan proyek bertolak
belakang terhadap kepentingan dari para pihak. Pengaruh influence adalah kewenangan para pihak terhadap proyek-
untuk mengontrol keputusan apa yang dibuat, untuk memfasilitasi penerapannya atau untuk menggunakan tekanan yang mempengaruhi
proyek secara negatif. Pengaruh mungkin saja diartikan sebagai tingkatan orang, kelompok, atau organisasi yang dapat membujuk atau memaksa
pihak lain dalam membuat keputusan dan mengikuti beberapa tindakan. Tingkat kepentingan importance mengindikasikan prioritas yang
diberikan untuk memuaskan kebutuhan dan kepentingan para pihak pada proyek. Jadi itu merujuk pada masalah, kebutuhan, dan kepentingan para
pihak yang merupakan prioritas proyek. Ketiga atribut tersebut dapat dianalisis melalui tabel berikut.
Tabel 2 Kepentingan para pihak
Kepentingan Interest
Potensi dampak dari mekanisme
Tingkat kepentingan relatif
Pihak primer
Pihak 1 .....
Pihak n
Pihak sekunder
Pihak 1 ......
Pihak n
Pihak eksternal
Pihak 1 ......
Pihak n
Pada kolom potensi dampak terhadap mekanisme dapat diklasifikasikan menjadi positif +, negatif -, tidak jelas -+, dan tidak diketahui ?. Untuk
kolom tingkat kepentingan relatif pada tiap
pihak
diisi berdasarkan kebijakan dan tujuan dari mekanisme dengan skala 1-5.
Kesuksesan sebuah mekanisme sebagian tergantung dari kebenaran asumsi yang dibuat dari para pihak yang berbeda, dan resiko yang dihadapi oleh
mekanisme. Beberapa dari resiko akan menimbulkan konflik kepentingan. Dengan mengkombinasikan pengaruh dan kepentingan dari tiap
pihak
pada sebuah diagram matriks, asumsi dan resiko pada
pihak
dapat teridentifikasi. Posisi dari para pihak pada kuadran tertentu mengindikasikan resiko relatif yang
mungkin ditimbulkan dan potensi koalisi untuk mendukung mekanisme yang ada. Berikut adalah bentuk matriks tersebut Gambar 6.
High
Importance
Low Influence
High Gambar 6 Diagram matriks kepentingan dan pengaruh dari tiap pihak.
A B
C D
Pihak 1 Pihak 2
Pihak 3 Pihak 4
Pihak 5
Kotak A, B, dan C merupakan pihak kunci dari mekanisme yang dapat secara signifikan mempengaruhi mekanisme. Implikasi dari tiap kotak adalah
sebagai berikut : A.
Pihak dengan kepentingan yang tinggi terhadap mekanisme tapi memiliki pengaruh yang rendah. Hal tersebut mengimplikasikan
bahwa mereka membutuhkan inisiatif khusus jika kepentingan mereka ingin dilindungi.
B. Pihak dengan tingkat pengaruh yang tinggi pada mekanisme dan juga
kepentingan yang tinggi terhadap kesuksesan mekanisme. Untuk memastikan koalisis efektif yang mendukung mekanisme, staf
mekanisme perlu membangun hubungan kerja yang baik dengan pihak ini.
C. Pihak dengan pengaruh yang tinggi, yang dapat mempengaruhi
dampak mekanisme, tetapi tidak memiliki kepentingan terhadap mekanisme. Pihak ini bisa menjadi sumber resiko yang signifikan, dan
dibutuhkan monitoring dan manajemen yang hati-hati. Pihak kunci ini dapat menghentikan mekanisme dan perlu diperhatikan.
D. Pihak di kuadran ini dengan pengaruh yang rendah dan kepentingan
yang rendah pula terhadap mekanisme, mungkin membutuhkan monitoring yang sedikit atau evaluasi namun dengan prioritas rendah.
Mereka bukanlah subjek dari aktivitas mekanisme.
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sub DAS Cikapundung 4.1.1 Letak dan luas
Daerah Sungai Cikapundung terletak di sebelah utara Kota Bandung Provinsi Jawa Barat, dan merupakan bagian hulu Sungai Citarum. Secara
administrasi pemerintahan ada di Kabupaten Bandung meliputi : Kecamatan Lembang, Kecamatan Cilengkrang, dan Kecamatan Cimenyan serta Kota
Bandung meliputi: Kecamatan Cidadap dan Kecamatan Coblong. Luas daerah Sub DAS Cikapundung secara keseluruhan sekitar 40.491,79 ha dengan panjang
sungai 975,49 km dan kerapatan sungai 2,41 kmkm
2
BPDAS Citarum Ciliwung 2006. Pada bagian hulu terdapat percabangan sungai yang membentuk dua sub
sistem DAS, yang terletak di Maribaya. Percabangan ke arah Barat merupakan sub sistem Cigulung meliputi Sungai Cikidang, Cibogo, Ciputri, dan Cikawari.
Sedangkan ke arah Timur meliputi Sungai Cibodas, dan Sungai Cigalukguk USAID 2007.
Sumber : BPDAS Citarum Ciliwung
Gambar 7 Peta Sub DAS Cikapundung, DAS Citarum.
4.1.2 Kondisi geografis
Berdasarkan analisis peta geologi lembar Bandung yang dinyatakan dalam bentuk irisan memanjang geologi permukaan, daerah hulu Sungai Cikapundung
didasari oleh batuan dasar gunung api tua tak teruraikan, bagian hulu tertimbun oleh material gunung api muda tak teruraikan. Hal tersebut dikarenakan daerah
hulu Sungai Cikapundung terdiri dari rangkaian pegunungan tinggi Gunung Tangkuban Perahu dan Bukit Tunggul. Untuk jenis tanah, daerah hulu Sungai
Cikapundung terdiri atas jenis tanah : andosol coklat, asosiasi andosol dan regosol coklat, dan latosol coklat Darsiharjo 2004. Dari segi kelerangan di daerah Sub
DAS Cikapundung, terdiri dari kelerengan 0-8 8.212,82 ha, 15-25 18.723,60 ha, 25-40 2.867,88 ha, 49 10.687,73 ha BPDAS Citarum
Ciliwung 2006.
4.1.3 Curah hujan
Curah hujan berdasarkan pemantauan 6 stasiun Margahayu, Kayu Ambon, Cemara, Dago Pakar, Lembang, dan Buah Batu berkisar antara 1500-2400
mmtahun dengan hari hujan berkisar antara 96-220 hari dan curah hujan maksimum 89 mm USAID 2007.
4.1.4 Luas dan tata guna lahan
Tataguna lahan di Sub DAS Cikapundung meliputi : hutan lahan kering sekunder 5.204,90 ha 12,85, hutan tanaman 54,39 ha 0,13, pemukiman
18.615 ha 45,97, pertanian lahan kering 10.336,63 ha 25,53, pertanian lahan kering campuran 4.162,35 ha 10,28, sawah 1.917,65 ha 4,74, tanah
terbuka 200,25 ha 0,49 BPDAS Citarum Ciliwung 2006.
4.1.5 Sosial ekonomi penduduk
Terdapat kurang lebih 71.875 penduduk yang bermukim di sekitar Sungai Cikapundung dengan tingkat kepadatan menengah ke bawah Ari 2008. Tingkat
pertumbuhan penduduk cukup tinggi dengan sebagian penduduk yang tinggal di wilayah Sub DAS Cikapundung dikelompokkan sebagai penduduk miskin. Untuk
mata pencaharian, sebagian besar penduduk bergantung pada sektor pertanian 35,6, baik bercocok tanam, beternak, maupun berkebun atau wana tani. Pada
tingkat pendidikan, masyarakat tersebut masih tergolong rendah karena sebagian
besar hanya tamat SD bahkan ada yang tidak pernah sekolah atau tidak tamat SD USAID 2007.
4.2 Penyedia Jasa Lingkungan
Masyarakat Desa Sunten Jaya yang tergabung dalam Kelompok Tani Syurga Air merupakan masyarakat yang bersedia berperan sebagai penyedia jasa
lingkungan. Desa Sunten Jaya terletak di Kecamatan Lembang pada ketinggian 1200 m dpl yang memiliki mata-mata air yang potensial sebagai sumber air di
daerah-daerah sekelilingnya, termasuk menjadi suplai air untuk Sungai Cikapundung daerah tangkapan air Sub DAS Cikapundung yang bermuara ke
Sungai Citarum di daerah Dayeuh Kolot. Berdasarkan Profil Desa Sunten Jaya 2009, jumlah mata air yang berada di desa ini sebanyak 6 sumber mata air dalam
kondisi baik yang dimanfaatkan oleh 2.068 kepala keluarga. Luas Desa Sunten Jaya 4.556,56 km
2
dengan total populasi 7.032 jiwa. Rata-rata penduduk desa ini memiliki mata pencaharian sebagai petani, peternak,
pedagang, pegawai negeri, buruh migran, dan jasa ojek. Sebagian besar lahan desa digunakan sebagai lahan pertanian termasuk bercocok tanam di daerah-daerah
lereng bukit dengan kemiringan yang cukup tajam, atau sekitar 30° 57,7 menurut profil desa tahun 2009. Hal tersebut berdampak pada meningkatnya
lahan kritis setiap tahun yang hingga saat ini mencapai sekitar 160 ha Yayasan Peduli Citarum 2011. Sementara untuk kegiatan peternakan sapi perah, sekitar
3000 ekor sapi dimiliki 35 penduduk desa yang bekerja sebagai peternak dengan produksi per hari rata-rata 10-15 liter susu dari tiap ekor sapi. Namun,
peternak tersebut memiliki kebiasaan untuk membuang kotoran ternak langsung ke aliran sungai karena aliran sungai tersebut tidak digunakan warga sebagai
sumber air bersih USAID 2007.
Gambar 8 Mata pencaharian mayoritas desa Sunten Jaya sebagai petani sayur dan peternak.
Gambar 9 Peta lokasi penyedia jasa lingkungan Desa Sunten Jaya Sub DAS Cikapundung, DAS Citarum.
4.3 Pembeli Jasa Lingkungan PT Aetra Air Jakarta merupakan industri pengelola air baku air minum bagi
area industri, area bisnis maupun pemukiman penduduk di wilayah operasional Aetra, meliputi Jakarta Timur, sebagian Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. Aetra
mendapat konsesi untuk melakukan usaha selama 25 tahun berdasarkan Perjanjian Kerjasama dengan Perusahaan Daerah Air Minum DKI Jakarta PAM Jaya.
Kerjasama ini berlaku efektif sejak tanggal 1 Februari 1998 hingga tanggal 31 Januari 2023. Aetra bertanggung jawab untuk mengelola, mengoperasikan,
memelihara, serta melakukan investasi untuk mengoptimalkan, menambah dan meningkatkan pelayanan air bersih di wilayah operasional Aetra, yaitu sebelah
timur Sungai Ciliwung yang meliputi sebagian wilayah Jakarta Utara, sebagian wilayah Jakarta Pusat dan seluruh wilayah Jakarta Timur Anonim
2
2011. Sumber air baku PT. Aetra berasal dari Waduk Jatiluhur yang dikelola oleh Perum
Jasa Tirta II PJT II, yang dialirkan ke Jakarta melalui saluran terbuka Kanal Tarum Barat Kalimalang. Produk utama PT. Aetra adalah air bersih perpipaan.
Air didistribusikan ke pelanggan rumah tangga dan industri yang berada di area operasionalnya melalui jaringan perpipaan PT. Aetra Air Jakarta 2009.
Kapasitas produksi air PT. Aetra adalah sebesar 9000 literdetik dengan standar kualitas air minum sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
492MenkesPERIV2010 untuk melayani 386.400 pelanggan PT. Aetra Air Jakarta 2011. Untuk memproduksi air dengan standar tersebut seringkali PT.
Aetra berhadapan dengan masalah kualitas air baku yang buruk. Dari segi standar kekeruhan misalnya, sering kali didapatkan air baku dengan kekeruhan 2.000-
3.000 NTU, bahkan sampai 28.000 NTU sedangkan stndar kekeruhan untuk kualitas air baku adalah 200 NTU Kompas 2010. Selain itu dari hasil
pengukuran amonia telah mencapai lebih dari 1,7 ppm sedangkan pada kondisi normal hanya berkisar maksimum 0,5 ppm Anonim 2010.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Mekanisme Inisiatif Pembayaran Jasa Lingkungan di Sub DAS Cikapundung, DAS Citarum