Kepentingan, tingkat kepentingan, dan pengaruh para pihak

diterima masyarakat dan bagaimana membantu masyarakat melakukan kontrak- kontrak dalam transaksi itu. Secara umum peranan LP3ES adalah melakukan edukasi baik ke pihak pembeli maupun penyedia jasa terhadap mekanisme pembayaran jasa lingkungan yang merupakan mekanisme yang masih belum banyak dikenal. BPLHD Jawa Barat merupakan lembaga pemerintahan yang memiliki peranan hampir sama dengan LP3ES yaitu perantarafasilitator antara pihak pembeli dan penyedia jasa lingkungan serta mengumpulkan pihak-pihak yang berpotensi sebagai pembeli dan penyedia jasa lingkungan. Selain itu BPLHD juga berperan dalam pengembangan kapasitas dan penguatan kelompok tani. Yayasan Peduli Citarum YPC juga merupakan lembaga swadaya masyarakat yang memiliki peran sebagai fasilitator seperti LP3ES, hanya saja YPC lebih fokus sebagai fasilitator lapang kepanjangan dari LP3ES. Selain pihak yang disebutkan di atas dengan perannya masing-masing, pihak lain yang tergabung dalam working group secara bersama-sama berperan untuk memantau, menyupervisi, dan memecahkan masalah yang mucul dalam proses pelakasanaan kegiatan inisiatif pembayaran jasa lingkungan ini dan mendiskusikan kemungkinan untuk memperbesar skala implementasi mekanisme ini.

5.2.3 Kepentingan, tingkat kepentingan, dan pengaruh para pihak

Pihak-pihak yang terkait dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan tentunya memiliki atribut tersendiri berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dari mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Atribut tersebut antara lain adalah kepentingan interest, pengaruh influence, dan tingkat kepentingan importance. Berikut ini adalah pengkajian kepentingan dari pihak yang terkait terhadap DAS Citarum beserta potensi dampak dari tujuan mekanisme pembayaran jasa lingkungan terhadap masing-masing kepentingan para pihak dan tingkat kepentingan relatif para pihak. Tujuan dari mekanisme ini sendiri yaitu: 1. Dilakukannya upaya konservasi air dan lahan di daerah tangkapan air oleh penyedia jasa lingkungan dengan sistem multistrata dengan harapan jasa lingkungan berupa tata air dapat terjaga. 2. Pemberian insentifkompensasi kepada penyedia jasa lingkungan yaitu masyarakat hulu DAS untuk kesejahteraan mereka. 3. Adanya alternatif pembiayaan rehabilitasi daerah tangkapan air. Berdasarkan tujuan tersebut kemudian dikaji bagaimana dampaknya terhadap kepentingan dari masing-masing pihak, apakah positif, negatif, tidak jelas, atau tidak diketahui. Selanjutnya tingkat kepentingan relatif menunjukkan pihak mana yang dijadikan prioritas berdasarkan kebijakan dan tujuan dari mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Kepentingan dari setiap pihak dapat diketahui dari harapan para pihak terhadap mekanisme, keuntungan yang ingin didapat dari mekanisme, dan kepentingan yang bertentangan dengan tujuan dari mekanisme de Vivero 2007. Selain itu, kepentingan para pihak yang tidak diwawancarai diasumsikan melalui tupoksi, visi, misi, tujuan, program-program terkait perbaikan lingkungan DAS pada masing-masing pihak. Berikut ini adalah penjabaran dari kepentingan para pihak baik yang sudah terlibat langsung maupun yang masih baru terlibat dalam working group Tabel 4. Tabel 4 Kepentingan para pihak No Pihak Kepentingan Interest Potensi dampak dari mekanisme Tingkat kepentingan relatif Pihak primer 1. Masyarakat hulu penyedia jasa lingkungan 1. Menghijaukan lahan kritis di sekitar mereka 2. Bantuan dana untuk melakukan penghijauan 3. Sumber pendapatan yang menguntungkan + + +- 1

2. PT.

Aetra air Jakarta 1. Mendapatkan sumber air baku dengan kualitas dan kuantitas yang baik 2. Meningkatkan brand image perusahaan + + 2

3. PT. Palyja

1. Mendapatkan sumber air baku dengan kualitas dan kuantitas yang baik 2. Meningkatkan brand image perusahaan + + 2 4. PDAM Kota Bandung 1. Mendapatkan sumber air baku dengan kualitas dan kuantitas yang baik 2. Terpeliharanya daerah sumber air baku mata air + + 2 Tabel 4 Kepentingan para pihak lanjutan No Pihak Kepentingan Interest Potensi dampak dari mekanisme Tingkat kepentingan relatif

5. PDAM Kabupaten

Bandung 1. Mendapatkan sumber air baku dengan kualitas dan kuantitas yang baik 2. Terpeliharanya daerah sumber air baku mata air Mendapatkan air baku dengan kualitas dan kuantitas yang baik Terpeliharanya daerah sumber air baku mata air + + 2 6. PT. Indonesia Power 1. Kestabilan aliran dan kualitas air sungai yang mendukung pengoprasian pembangkit tenaga listrik + 2 7. Perum Jasa Tirta II 1. Ketersediaan sumber daya air dengan kualitas dan kuantitas yang baik untuk sumber air baku untuk minum, pertanian, industri,pembangkit listrik, dll. + 2

8. PT. Lippo Cikarang

1. Mendapatkan sumber air baku dengan kualitas dan kuantitas yang baik 2. Meningkatkan brand image perusahaan + + 2 Pihak sekunder 9. BPLHD 1. Alternatif pembiayaan program rehabilitasi 2. Target perbaikan lingkungan kualitas air, reduksi karbon, kualitas udara, kawasan lindung 40 + + 3

10. BBWSC

1. Terwujudnya konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air, dan pengendalian daya rusak air + 3

11. BPDAS

Citarum- Ciliwung 1. Pengelolaan DAS yang baik 2. Terbentuknya masyarakatkelompok tani kehutanan yang berwawasan lingkungan dan turut aktif dalam pengelolaan DAS 3. Rehabilitasi hutan dan lahan ? + + 3

12. Dinas

Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung Barat 1. Pemberdayaan masyarakat petani yang berwawasan lingkungan 2. Peningkatan produktifitas dan mutu produk pertanian, perkebunan, dan kehutanan + +- 3 Tabel 4 Kepentingan para pihak lanjutan No Pihak Kepentingan Interest Potensi dampak dari mekanisme Tingkat kepentingan relatif

13. Dinas

Kehutanan Propinsi Jawa Barat 1. Rehabilitasi lahan dan konservasi sumberdaya alam + 3

14. Dinas Pengelolaan

Sumberdaya Air Jawa Barat 1. Ketersedian kebutuhan air baku untuk kesejahteraan masyarakat + 3

15. Pemda

: Jawa Barat, Kabupaten Bandung Barat, dan kota Bandung 1. Pembangunan daerah berwawasan lingkungan 2. Pemberdayaan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat + + 3

16. ICWRMP

1. Perbaikan kondisi tangkapan air di hulu 2. Kecukupan kuantitas dan kualitas air sungai dan waduk + + 3

17. LP3ES

1. Terbentuknya kelembagaan pengelola pembayaran jasa lingkungan dan pemberdayaan masyarakat 2. Meningkatnya pemahaman akan lingkungan dan kesejahteraan atas usaha perbaikan lingkungan yang telah dilakukan oleh masyarakat hulu DAS 3. Meningkatnya pemahaman akan pembayaran jasa lingkungan oleh seluruh pihak terkait + + + 3

18. YPC

1. Berkembangnya interpreunership DAS menjadi trend 2. Meningkatnya pemahaman masyarakat akan lingkungan dan kesiapan untuk berkerjasama dengan pihak lain terkait perbaikan lingkungan 3. Adanya kolaborasi seluruh pihak yang terkait dalam menanggulangi permasalahan DAS + + ? 3

19. PKK DAS Citarum

1. Kelestarian DAS Citarum 2. Pemberdayaan masyarakat dalam mengelola DAS Citarum + + 3

20. PORTAB

1. Kelestarian sumberdaya alam untuk kesejateraan masyarakat 2. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan masyarakat + + 3 Tabel 4 Kepentingan para pihak lanjutan No Pihak Kepentingan Interest Potensi dampak dari mekanisme Tingkat kepentingan relatif

21. K3A

Kelompok Kerja Komunikasi Air 1. Kesepahaman persepsi terhadap pentingnya fungsi air bagi kehidupan manusia pada seluruh stakeholder terkait DAS Citarum + 3

22. Forum Komunikasi

Penggiat Lingkungan 1. Kelestarian DAS Citarum + 3 Keterangan : + = positif, - = negatif, +- = tidak jelas, ? = tidak diketahui 1=prioritas pertama, 2=prioritas kedua, 3=prioritas ketiga, dst. Berdasarkan Tabel 4 diatas, tidak ada tujuan dari mekanisme pembayaran jasa lingkungan yang berdampak negatif terhadap kepentingan dari para pihak. Hanya saja ada 2 kepentingan yang tidak jelas +- yaitu kepentingan sumber pendapatan yang menguntungkan dan peningkatan produktifitas dan mutu produk pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Kepentingan tersebut dapat berdampak negatif jika sumber pendapatan yang diinginkan adalah dari produk pertanian sayur atau usaha lainnya yang tidak ramah lingkungan. Selain itu terdapat dampak dari tujuan mekanisme terhadap kepentingan yang tidak diketahui ?, hal itu dikarenakan kepentingan pihak tersebut terlalu luas atau tidak berkaitan langsung dengan tujuan dari mekanisme. Untuk tingkat kepentingan relatif, masyarakat hulu merupakan prioritas utama sebagai penyedia jasa lingkungan karena tujuan dari mekanisme ini yang berupa perbaikan daerah hulu dan pemberian kompensasi untuk kesejahteraan mereka. Pihak yang menjadai prioritas kedua merupakan pihak pembeli jasa lingkungan maupun yang berpotensi sebagai pembeli jasa lingkungan. Pihak tersebut sebenarnya dapat menjadi prioritas pertama jika jasa lingkungan berupa kualitas dan kuantitas air yang mereka butuhkan terpenuhi, namun karena mekanisme ini masih berskala kecil, sehingga dampak yang diharapkan dari jasa lingkungan tersebut belum bisa terasa secara signifikan. Pihak yang tergolong prioritas ketiga merupakan pihak yang dapat menjadi perantara atau fasilitator terhadap mekanisme ini, dan kepentingan mereka bukan merupakan tujuan utama dari mekanisme ini. Atribut dari para pihak selanjutnya adalah pengaruh influence dan tingkat kepentingan importance. Atribut pengaruh dikaji berdasarkan kekuatan relatif terhadap mekanisme, seperti misalnya apakah pihak tersebut dapat mendukung implementasi dari mekanisme ini atau justru menggagalkan implementasi ini. Selain itu pengaruh dapat dilihat dari kedudukan ekonomi, sosial atau politik, kedudukan hierarki, dan dapat juga berupa pihak dengan kontak atau hubungan personal dengan pihak berpengaruh. Selain itu dapat dilihat juga dari sisi pengetahuan ahli, kapasitas negosiasi, karisma, dan sumberdaya strategis untuk mengontrol de Vivero 2007. Atribut tingkat kepentingan mengindikasikan prioritas yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan dan epentingan para pihak pada mekanisme. Penilaian kemudian dilakukan terhadap ua atribut tersebut yang melekat pada tiap pihak terlampir dengan skala 1-5 rendah-tinggi. Hasil dari penilaian tersebut kemudian digambarkan dalam matriks berikut Gambar 13. Gambar 13 Matriks pengaruh dan tingkat kepentingan para pihak. Pada gambar di atas kuadran B merupakan ―key player‖ yang harus diperhatikan karena memiliki pengaruh dan kepentingan yang tinggi terhadap keberlangsungan mekanisme pembayaran jasa lingkungan Reed 2009. Untuk memastikan koalisi efektif yang mendukung mekanisme, staf mekanisme perlu membangun hubungan kerja yang baik dengan pihak ini Groenendijk 2003. Masyarakat hulu penyedia jasa lingkungan memiliki kepentingan yang tinggi terhadap mekanisme pembayaran jasa lingkungan terkait dengan tujuan mekanisme ini sendiri yang cukup mengakomodir kepentingan pihak ini. Untuk pengaruh tertinggi juga ada pada masyarakat hulu penyedia jasa lingkungan karena dalam studi kasus ini aktivitas perubahan penggunaan lahan ada pada lahan milik masyarakat tersebut dan keputusan penggunaan lahan tersebut tentunya ada pada masyarakat pemilik lahan itu sendiri yang tidak dapat diganggu gugat oleh pihak lain. PT. Aetra Air Jakarta juga memiliki kepentingan yang sama tingginya dengan masyarakat hulu penyedia jasa lingkungan terkait dari tujuan mekanisme pembayaran jasa lingkungan ini. Namun, dari sisi pengaruh pihak ini lebih rendah pengaruhnya dari masyarakat hulu penyedia jasa lingkungan karena PT. Aetra hanya dapat mempengaruhi dari segi jumlah kompensasi yang ingin dibayarkannya kepada penyedia jasa lingkungan. Untuk pihak PT. Palyja dan badan usaha lain-lain, memiliki pengaruh yang sama dengan PT. Aetra namun karena pihak-pihak tersebut belum terlibat langsung, pihak ini memilki kepentingan yang lebih rendah. Untuk pihak BBWSC, BPDAS, BPLHD, Dishut Jabar, dan DPSDA Jabar memiliki pengaruh yang lebih rendah dibanding dengan pihak lain dalam kuadran B dikarenakan mekanisme pembayaran jasa lingkungan belum memiliki aturan tersendiri yang mengikat dan pihak ini baru berpengaruh dalam hal mengumpulkan pihak-pihak yang berpotensi terlibat serta sebagai fasilitator untuk terimplementasinya mekanisme ini terkait dengan wewenangnya dalam pengelolaan DAS. Dan dari sisi kepentingan pihak ini memiliki kepentingan yang tergolong sedang karena mekanisme PJL ini bukan merupakan prioritas utama program mereka namun efek dari mekanisme ini dapat mendukung program mereka. Kuadran A merupakan pihak dengan kepentingan yang tinggi terhadap mekanisme tapi memiliki pengaruh yang rendah. Hal tersebut mengimplikasikan bahwa mereka membutuhkan inisiatif khusus jika kepentingan mereka ingin dilindungi Groenendijk 2003. Pihak yang masuk dalam kuadran ini adalah Dishutbun Bandung Barat, Pemda, ICWRMP, dan LP3ES. Pihak ini, terutama LP3ES memiliki kepentingan dalam hal terimplementasinya mekanisme PJL, namun untuk mempengaruhi pihak lain, mereka membutuhkan pihak lainnya yang memiliki pengaruh yang lebih tinggi misalnya BPLHD Jawa Barat. Menurut Reed 2009, walaupun mereka mendukung imlementasi PJL, mereka kekurangan kapasitas untuk mempengaruhi, walaupun mereka menjadi berpengaruh dengan membentuk aliansi dengan pihak lain. Kuadran D, merupakan pihak pengaruh yang rendah dan kepentingan yang rendah pula terhadap mekanisme, mungkin membutuhkan monitoring yang sedikit atau evaluasi namun dengan prioritas rendah. Mereka bukanlah subjek dari aktivitas mekanisme Groenendijk 2003. Pihak dalam kudran tersebut pada gambar di atas merupakan pihak yang terdiri dari LSM dengan pengaruh dan kepentingan yang rendah karena prioritas tujuan dari mekanisme PJL ini bukanlah mereka dan kapasitas pengaruh mereka baru pada tahap memotivasi. Pada analisis yang telah dilakukan, tidak ditemukan pihak yang masuk ke dalam kuadran C. Menurut Groenendijk 2003, pihak pada kuadran C adalah pihak dengan pengaruh yang tinggi, yang dapat mempengaruhi dampak mekanisme, tetapi tidak memiliki kepentingan terhadap mekanisme. Pihak ini bisa menjadi sumber resiko yang signifikan, dan dibutuhkan monitoring dan manajemen yang hati-hati. Pihak kunci ini dapat menghentikan mekanisme dan perlu diperhatikan.

5.2.4 Hak dan kewajiban para pihak