Hidrologi Kemiringan Lahan Tanah dan Geologi

No. Tahun Besarnya Debit Sungai literdetik Maksimum Minimum 1 2002 16.197,17 6.238,08 2 2003 7.599,25 4.983,58 3 2004 13.740,75 8.454,58 4 2005 13.574,50 6.914,42 5 2006 10.039,83 4.093,42 6 2007 13.748,92 7.506,67 7 2008 30.673,58 18.694,17 8 2009 29.097,00 15.963,83 Sumber: Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor, 2011 Tabel 9. Debit Maksimum dan Minimum Sungai Ciliwung di Bendungan Katulampa

4.1.3 Hidrologi

Lokasi penelitian yang berada pada DAS Ciliwung Hulu merupakan sistem DAS dengan sungai utama adalah Sungai Ciliwung. Sungai ini mengalir dari arah selatan ke utara. Mata air dari Sungai Ciliwung berdasar dari Danau Telaga Warna yang terletak pada ketinggian 1433 m dpl. Kawasan Danau Telaga Warna juga dijadikan obyek wisata yang lahannya merupakan milik negara dan dikelola oleh Departemen Kehutanan dengan luas danau 1 ha dan area penyangga 5 ha. Intensitas curah hujan memiliki korelasi yang positif terhadap terjadinya peningkatan aliran limpasan run off, yang dapat meningkatkan volume serta fluktuasi debit sungai. Gambar 7. Danau Telaga Warna, salah satu sumber mata air di DAS Ciliwung Hulu Sumber: Syartinilia, 2004 Berikut peta drainase yang dihasilkan dari penggabungan informasi mengenai kondisi drainase dari peta tanah DAS Ciliwung Hulu dengan peta tanah Kabupaten Bogor Gambar 8 Syartinilia, 2004. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa adanya fluktuasi debit sungai yang sangat besar. Hal ini merupakan salah satu indikator yang menunjukkan bahwa di lokasi penelitian telah mengalami kerusakan sehingga selalu menimbulkan ancaman banjir pada setiap tahunnya, khususnya pada musim penghujan. Gambar 8. Peta Drainase Lokasi Penelitian 29 Sumber: Syartinilia, 2004

4.1.4 Kemiringan Lahan

Berdasarkan bentuk lerengnya, kemiringan lahan di lokasi penelitian bervariasi antara bentuk datar, landai, agak curam, curam sampai dengan sangat curam. Pembagian lokasi penelitian berdasarkan kemiringan lahan dan bentuk wilayah diklasifikasikan ke dalam bentuk kelas lereng seperti dapat dilihat pada Gambar 9 dan Tabel 10. Gambar 9. Peta Kemiringan Lahan di Lokasi Penelitian 30 Tabel 10. Kondisi Kemiringan Lahan Lokasi Penelitian No. Kelas Kemiringan Luas Ha 1 0 - 8 3.809,07 2 8 - 15 3.627,54 3 15 – 25 3.261,96 4 25 - 40 2.924,1 5 40 - 55 1.999,08 6 55 2.844,36 Sumber: Syartinilia, 2004

4.1.5 Tanah dan Geologi

Pada lokasi penelitian dijumpai 4 ordo tanah, yaitu Entisol, Inceptisol, Ultisol, dan Andisol. Keempat ordo tanah ini dijabarkan lebih detil menjadi 5 jenis tanah dengan luas yang bervariasi di lokasi penelitian Tabel 11. Jenis tanah yang mendominasi adalah Latosol, Andosol, dan Regosol. Jenis tanah Latosol Gambar 10 pada umumnya berbahan induk batuan vulkanik yang bersifat intermedier, bersolum dalam, pH agak tinggi dengan kepekaan erosi rendah. Jenis tanah latosol dan asosiasinya memiliki sifat tanah yang baik yaitu tekstur liat berdebu hingga lempung berliat, stuktur granular dan remah, kedalaman efektif umumnya 90 cm, dan agak tahan terhadap erosi, serta pH tanah yang agak netral dan kandungan bahan organik yang rendah atau sedang. Jenis tanah Regosol dan Andosol umumnya agak peka terhadap erosi, kedalaman efektifnya bervariasi, kandungan hara dan bahan organik relatif tinggi. Tabel 11. Jenis Tanah di Lokasi Penelitian No. Jenis Tanah Luas Hektar 1 Andosol Coklat Kekuningan 5.522,37 30,65 2 Asosiasi Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat 4.788,27 26,06 3 Komplek Regosol Kelabu dan Litosol 366,16 1,99 4 Latosol Coklat 7.122,44 38,76 5 Latosol Coklat Kemerahan 576,65 3,14 Sumber: Peta tanah semi detail DAS Ciliwung Hulu skala 1 : 50.000, Puslitnak dan agroklimat, 1992. Lokasi penelitian dibangun oleh formasi geologi vulkanik, yaitu komplek utama Gunung Salak dan Komplek Gunung Pangrango. Deskripsi litologi lokasi ini adalah tufa glas litnik kristal: tufa pumice, breksi pumice, dan batu pasiran tufa, sedangkan kondisi fisiografi lokasi ini merupakan daerah pegunungan dan berbukit. Bahan induk tanah yang terdapat di lokasi ini berupa tufa vulkanik tua dan merupakan bahan dasar pembentuk jenis tanah Latosol. Adanya pencampuran Berdasarkan sifat erodibilitas, tanah Latosol tergolong peka, sedangkan erodibilitas tanah Andosol dan Regosol masing-masing tergolong peka dan sangat peka. Potensi erosi di lokasi penelitian relatif tinggi, sehingga limpasan air hujan yang masuk ke dalam sungai akan mengakibatkan sedimentasi yang tinggi. Sumber: Syartinilia, 2004 Gambar 10. Peta Jenis Tanah Lokasi Penelitian 32 bahan vulkanik tua dan yang lebih muda memungkinkan terbentuknya jenis tanah lain yang berasosiasi dengan Latosol yaitu Regosol dan Andosol Abdurrachman, 2009.

4.1.6 Kawasan Lindung dan Non-lindung

Dokumen yang terkait

Aplikasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk mengidentifikasikan dan memetakan lahan kritis (studi kasus pada lahan kritis di Sub DAS Bancak Propinsi Jawa Tengah)

0 6 116

Identifikasi dan Pemetaan Lahan Kritis Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi

2 14 25

Evaluasi Perencanaan Tata Ruang Lahan Tambak Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis (Sig) Di Daerah Pesisir Kabupaten Ciamis, Jawa Barat

0 11 108

Pemetaan tingkat kerawanan bencana tsunami menggunakan data penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) studi kasus : kota Padang

0 11 150

Analisis Perubahan Penutupan Lahan di Kota Sukabumi, Jawa Barat dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG).

0 10 152

Aplikasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk mengidentifikasikan dan memetakan lahan kritis (studi kasus pada lahan kritis di Sub DAS Bancak Propinsi Jawa Tengah)

0 8 106

Monitoring Penutupan Lahan di DAS Grindulu dengan Metode Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis

0 5 7

ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI D I DAS GRINDULU PACITAN PROPINSI JAWA TIMUR

2 7 74

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DENGANAPLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH DI Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dan Penginderaan Jauh Di Kecamatan Tembalang Kota Semarang Tahun 2000 - 20

0 2 18

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAS KREO TERHADAP DEBIT PUNCAK DENGAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH

0 1 16