Training Area Analisis Keterpisahan Separability Assesment Penggabungan Kelas Merging Grouping

Berbeda dengan klasifikasi sebelumnya, Klasifikasi terbimbing adalah klasifikasi yang dilakukan dengan arahan analisis supervised. Kriteria pengelompokkan kelas ditetapkan berdasarkan penciri kelas yang diperoleh analisis melalui pembuatan training area Jaya, 2010. Klasifikasi penutupan lahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Klasifikasi Terbimbing Supervised Classification dengan menggunakan metode Peluang Maksimum Maksimum Likelihood Classifier. Metode ini merupakan metode yang paling umum digunakan dan merupakan metode standar. Metode ini mempertimbangkan peluang dari suatu piksel untuk dikelaskan ke dalam kelas atau kategori tertentu. Dapat dihitung dengan menghitung persentase tutupan pada citra yang akan diklasifikasi. Jika peluang ini tidak diketahui maka besarnya peluang dinyatakan sama untuk semua kelas satu per jumlah kelas yang dibuat Jaya, 2010. Setelah menentukan training area, maka akan dilakukan proses lain seperti penggabungan kelas Merging berdasarkan nilai keterpisahannya, labelling, pendugaan akurasi, dan proses deteksi perubahan penggunaan dan penutupan lahan.

2.5.1 Training Area

Dalam klasifikasi terbimbing, analisis perlu membuat kelas-kelas yang diinginkan dan selanjutnya membuat signature atau penciri yang sesuai dengan yang digunakan. Dalam hal ini diperlukan suatu cara untuk mendapatkan data- data yang mewakili setiap kelas yang ingin diekstrak. Klasifikasi ini sangat sesuai, jika ingin membuat kelas-kelas yang jelas kita inginkan. Training area diperlukan dalam setiap kelas yang akan dibuat, dan diambil dari areal yang cukup homogen. Pada saat pembuatan, analisis harus bisa melihat secara jelas perbedaan yang tampak pada citra. Jika perbedaan tidak tampak secara jelas, maka kemungkinan ada kesalahan klasifikasi. Masing-masing training area mewakili satu kelas atau kategori tutupan lahan. Secara teoritis jumlah piksel yang harus diambil per kelas adalah sebanyak jumlah band yang digunakan plus satu N+1. Tetapi pada prakteknya, jumlah piksel yang harus diambil dari setiap kelas biasanya 10 sampai 100 kali jumlah band yang digunakan Jaya, 2010. Pada ERDAS, pembuatan training area dilakukan menggunakan: a. layer dari vektor. b. membuat secara langsung pada citra dengan Tools AOI. c. metode kesamaan spektral speed pixel dengan piksel-piksel yang ada di sekitarnya. d. menggunakan batasan radius tertentu. e. menggunakan hasil klastering.

2.5.2 Analisis Keterpisahan Separability Assesment

Analisis keterpisahan adalah analisis kuantitatif yang menunjukan keterpisahan statistik antara kelas penutupan lahan, apakah suatu kelas layak untuk digabung atau tidak berdasarkan kriteria tingkat keterpisahan Jaya, 2006. Kriteria tingkat keterpisahan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kriteria Tingkat Keterpisahan Nilai Transformasi Keterpisahan Keterangan 1.600 1.600 – 1.800 1.700 – 1.900 1.900 – 2.000 2.000 Tidak terpisahkan inseperable Cukup baik poor Baik fair Sangat baik good Sempurna excellent Sumber : Jaya 2006

2.5.3 Penggabungan Kelas Merging Grouping

Merging adalah proses penggabungan kelas-kelas yang memiliki jarak yang dekat dengan mempertimbangkan jumlah piksel pada setiap kelas, kemiripan similarity, serta nilai keterpisahaan antar kelas Jaya, 2006.

2.5.4 Labeling

Dokumen yang terkait

Aplikasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk mengidentifikasikan dan memetakan lahan kritis (studi kasus pada lahan kritis di Sub DAS Bancak Propinsi Jawa Tengah)

0 6 116

Identifikasi dan Pemetaan Lahan Kritis Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi

2 14 25

Evaluasi Perencanaan Tata Ruang Lahan Tambak Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis (Sig) Di Daerah Pesisir Kabupaten Ciamis, Jawa Barat

0 11 108

Pemetaan tingkat kerawanan bencana tsunami menggunakan data penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) studi kasus : kota Padang

0 11 150

Analisis Perubahan Penutupan Lahan di Kota Sukabumi, Jawa Barat dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG).

0 10 152

Aplikasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk mengidentifikasikan dan memetakan lahan kritis (studi kasus pada lahan kritis di Sub DAS Bancak Propinsi Jawa Tengah)

0 8 106

Monitoring Penutupan Lahan di DAS Grindulu dengan Metode Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis

0 5 7

ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI D I DAS GRINDULU PACITAN PROPINSI JAWA TIMUR

2 7 74

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DENGANAPLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH DI Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dan Penginderaan Jauh Di Kecamatan Tembalang Kota Semarang Tahun 2000 - 20

0 2 18

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAS KREO TERHADAP DEBIT PUNCAK DENGAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH

0 1 16