Perbandingan Luas Penutupan Lahan Tahun 2002 dan Tahun 2009

Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa nilai akurasi pembuat terendah terdapat pada kelas penutupan lahan badan air sebesar 72,09, sedangkan nilai akurasi tertinggi sebesar 100 terdapat pada kelas penutupan lahan hutan. Akurasi lainnya adalah akurasi pengguna user’s accuracy, yaitu akurasi yang diperoleh dengan membagi jumlah piksel yang benar dengan total piksel yang dikelaskan ke dalam kelas tersebut, akurasi ini dikenal juga dengan istilah kesalahan komisi comission error. Nilai akurasi pengguna terendah terdapat pada kelas penutupan lahan ladang yaitu sebesar 81,12, sedangkan nilai akurasi pengguna tertinggi terdapat pada kelas penutupan lahan perkebunan dan semak belukar belukar yaitu sebesar 100. Besarnya akurasi hasil klasifikasi keseluruhan dapat diukur menggunakan akurasi umum overall accuracy dan akurasi kappa. Akurasi umum adalah akurasi yang dihitung berdasarkan jumlah piksel yang dikelaskan dengan benar pada seluruh kelas, dibagi dengan jumlah total piksel yang digunakan. Akurasi ini akan menghasilkan pengukuran yang cenderung over estimate karena dalam proses perhitungannya, akurasi umum hanya melibatkan piksel-piksel yang dikelaskan dengan benar saja. Untuk saat ini selain akurasi umum, evaluasi hasil klasifikasi sangat disarankan menggunakan akurasi kappa. Piksel-piksel yang terlibat dalam perhitungan akurasi kappa adalah seluruh piksel yang digunakan sebagai acuan untuk pengukuran akurasi hasil klasifikasi, sehingga jika dibandingkan dengan akurasi umum, perhitungan akurasi kappa akan lebih akurat dalam mengevaluasi hasil klasifikasi. Nilai akurasi umum hasil klasifikasi terbimbing dalam penelitian ini adalah sebesar 91,67, sedangkan akurasi kappa yang diperoleh sebesar 90,22.

5.2 Perbandingan Luas Penutupan Lahan Tahun 2002 dan Tahun 2009

Perbandingan luas penutupan lahan dilakukan antara peta penutupan lahan tahun 2002 LANDSAT ETM+20021222 Syartinilia, 2004 Gambar 3 dan Tabel 4 dengan peta penutupan lahan tahun 2009 AVNIR-2 19 Juli 2009 Gambar 14 dan Tabel 17 yang diperoleh dari hasil klasifikasi dengan metode terbimbing. Peta tahun 2009 dengan resolusi 10 x 10 meter yang dihasilkan dari metode klasifikasi terbimbing memiliki akurasi lebih besar jika dibandingkan dengan peta tahun 2002 dengan resolusi 30 x 30 meter yang juga dihasilkan dari metode klasifikasi terbimbing. Perbandingan ini dilakukan untuk mendapat gambaran mengenai perubahan luas yang terjadi dari kelas-kelas penutupan lahan hasil klasifikasi citra AVNIR-2. Perbandingan luas penutupan lahan tahun 2002 dengan penutupan lahan tahun 2009 disajikan pada Gambar 15. Gambar 15. Diagram perbandingan luas penutupan lahan tahun 2002-2009 Berdasarkan hasil klasifikasi citra AVNIR-2 tahun 2009 resolusi 10 x 10 meter, lokasi penelitian mengalami perubahan penutupan lahan pada setiap tipe penutupan lahannya. Dalam kurun waktu 2002-2009 telah terjadi peningkatan dan penurunan luas wilayah penutupan lahan yang terdapat di wilayah tersebut. Berdasarkan Gambar 15 hampir semua tipe penutupan lahan mengalami peningkatan luas, seperti hutan, perkebunan, sawah, pemukiman, dan badan air. Sedangkan penutupan lahan semak belukar dan ladang mengalami penurunan luas penutupan lahan. Dari semua tipe penutupan lahan, yang mengalami peningkatan luas paling tinggi yaitu pemukiman yang semula tahun 2002 memiliki luas 1.196,3 ha kemudian pada tahun 2009 meningkat menjadi 3.366,77 ha atau meningkat sebesar 2170,47 ha 11,75 dengan laju peningkatan sebesar 1,68 per tahun Tabel 19. Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan lahan. Selain itu, ketiga lokasi ini merupakan kawasan wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan dari luar kota, lokal, maupun internasional. Keadaan ini mendorong masyarakat untuk terus membangun area komersial seperti area perdagangan, villa, hotel, dan lain-lain. Oleh sebab itu, konversi lahan oleh masyarakat di tiga kecamatan ini terus-menerus dilakukan. Tabel 19. Perbandingan luas penutupan lahan tahun 2002 dan tahun 2009 No. Kelas 2002 2009 Δ Luas Peningkatan Lajuthn Luas ha Luas ha ha Luas

1 Hutan

4.956,6 5.041,29 84,69 0,45 0,06 2 Perkebunan 1.188,0 1.380,07 192,07 1,04 0,15

3 Semak belukar

2.489,0 1.536,98 -952,02 5,16 0,74 4 Sawah 2.322,1 2.743,81 421,71 2,29 0.33 5 Ladang 6.293,8 3.931,23 -2.362,57 12,79 1.83 6 Pemukiman 1.196,3 3.366,77 2.170,47 11,75 1,68

7 Badan air

23,2 353,97 330,77 1,80 0,26 Pada penelitian ini, hutan mengalami peningkatan luas paling kecil selama kurun waktu 2002-2009, yaitu sebesar 84,69 ha atau 0,45 dari total luas hutan dengan laju peningkatan hanya sebesar 0,06 per tahun. Perubahan tipe penutupan lahan perkebunan, semak belukar, sawah, ladang, pemukiman, dan badan air menjadi hutan yang mengakibatkan luas hutan bertambah dapat disebabkan karena adanya perbedaan resolusi citra yang digunakan sehingga terjadi distorsi luas hutan. Citra dengan resolusi 10x10 meter seperti AVNIR-2 akan menyimpan informasi lebih banyak bila dibandingkan dengan citra dengan resolusi 30x30 meter seperti LANDSAT ETM+. Peningkatan luas selanjutnya terjadi pada sawah yaitu sebesar 2,29. Peningkatan jumlah dan kepadatan penduduk telah mendorong penduduk untuk membuka lahan baru untuk digunakan sebagai lahan-lahan budidaya. Lahan pertanian yang terdesak oleh pemukiman yang biasanya terjadi di wilayah perkotaan juga dapat mendorong penduduk untuk membuka lahan baru untuk dijadikan lahan pertanian. Peningkatan luas penutupan lahan juga terjadi pada badan air yaitu sebesar 330,77 ha atau sekitar 1,8 dari luas awal di tahun 2002. Hal ini juga dapat disebabkan oleh penggunaan citra dengan resolusi yang berbeda pada kedua peta. Peta yang dihasilkan dari klasifikasi AVNIR-2 dengan resolusi 10 x 10 meter mempunyai informasi yang lebih banyak bila dibandingkan dengan citra LANDSAT ETM+ dengan resolusi 30 x 30 meter. Jadi, penampakkan badan air yang mempunyai luas kurang dari 30 meter tidak bisa terlihat di peta 2002 namun bisa terlihat di peta 2009. Kelas yang mengalami penurunan terbesar dari semua tipe penutupan lahan yaitu ladang. Tahun 2002 luas ladang mencapai 6.293,8 ha yang kemudian menurun menjadi 3.931,23 ha pada tahun 2009 atau menurun sebesar 12,79 2362,57 ha dari luas ladang tahun 2002. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi lokasi penelitian yang memiliki curah hujan tinggi, sehingga pertanian lahan kering kurang cocok diterapkan di kawasan ini yang mengakibatkan berkurangnya minat masyarakat untuk berladang. Penurunan luas yang besar ini juga dapat terjadi karena terjadinya peningkatan luas tipe penutupan lahan yang lain terutama pemukiman.

5.3 Perubahan Penutupan Lahan Periode 2002 – 2009

Dokumen yang terkait

Aplikasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk mengidentifikasikan dan memetakan lahan kritis (studi kasus pada lahan kritis di Sub DAS Bancak Propinsi Jawa Tengah)

0 6 116

Identifikasi dan Pemetaan Lahan Kritis Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi

2 14 25

Evaluasi Perencanaan Tata Ruang Lahan Tambak Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis (Sig) Di Daerah Pesisir Kabupaten Ciamis, Jawa Barat

0 11 108

Pemetaan tingkat kerawanan bencana tsunami menggunakan data penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) studi kasus : kota Padang

0 11 150

Analisis Perubahan Penutupan Lahan di Kota Sukabumi, Jawa Barat dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG).

0 10 152

Aplikasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk mengidentifikasikan dan memetakan lahan kritis (studi kasus pada lahan kritis di Sub DAS Bancak Propinsi Jawa Tengah)

0 8 106

Monitoring Penutupan Lahan di DAS Grindulu dengan Metode Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis

0 5 7

ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI D I DAS GRINDULU PACITAN PROPINSI JAWA TIMUR

2 7 74

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DENGANAPLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH DI Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dan Penginderaan Jauh Di Kecamatan Tembalang Kota Semarang Tahun 2000 - 20

0 2 18

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAS KREO TERHADAP DEBIT PUNCAK DENGAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH

0 1 16