berasaskan kesederhanaan
dan kemudahan sebagimana
yang tercantum di
dalam Kompilasi
Hukum Islam
pasal 30. dalam
Undang- undang ini dapat
dihukum dengan hukuman
maksimal 6 bulan atau denda yang
setara dengan
batas maksimum yang diatur oleh
Undang-undang.
C. Analisis Perbandingan Kedudukan dan Jumlah Mahar di Indonesia
dan Pakistan
Mahar merupakan suatu kewajiban yang harus dipikul oleh setiap calonsuami yang akan menikahi calon istri sebagai tanda persetujuan dan
kerelaan untuk hidup bersama sebagai suami istri.
17
Di dalam al- Qur‟an
dan as-Sunnah mahar tidak dibatasi dengan jumlah. Dan mahar pun di peruntukan oleh perempuan yang dijadikan sebagai isteri. Berbeda halnya
dengan para Imam madzhab yang menentukan batasan minimal mahar salah satunya yang dikemukakan oleh Imam Abu Hanifah dan para
pengikutnya batas minimal mahar sebanyak 10 Dirham. Ulama Hanafiyah
17
Mustafa Kamal Pasha, Fikih Islam, Yogjakarta: Citra Karsa Mandiri, 2009, h. 274
beralasan dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh ad-Daruquthni dan Baihaqi sebagai berikut:
َإ نهجوزي َو اؤفك َإ ءاسنلا حكني َ :م.ص ها لوسر لاق ,لاق هنع ها يضر ها دبع نب رباج نع مهارد ةرشع نود رهم َ و ءايلوِا
Artinya: Dari Jabir ra. Sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda: ‘’ketahuilah, wanita itu tidak boleh dikawinkan kecuali oleh para wali,
dan wali itu tidak boleh mengawinkan mereka wanita kecuali dengan laki-
laki yang sekufu‟dengannya, dan tidak ada mahar kecuali paling sedikit sepuluh dirham. HR. Daruquthni dan Baihaqi.
18
Hadits di atas menjelaskan bahwa batas minimal mahar adalah sepuluh dirham. Kurang dari itu dianggap tidak ada mahar atau pernikahan
itu tidak sah. Adapun dalil tersebut merupakan qiyas yang dikemukakan oleh mazhab Hanafiyah yaitu dengan mengqiyaskan batas minimal
maharkepada nishabpotong tangan dalam pencurian, karena masing- masing merupakan ketentuan
syara‟yang menghalalkan anggota tubuh. Menurut mereka nishab pencurian yang mewajibkan potong tangan adalah
sepuluh dirham atau setara dengan Rp. 35. 476, 86. Maka itulah yang bisa menghalalkan kehormatan wanita. Hadits ini menjelaskan penetapan
bahwa syarat mahar menurut ukuran yang benar secara syara‟ adalah tidak kurang dari sepuluh dirham dan nash-nash yang lain yang menunjukan
persyaratan kewajiban melakukan, atau sahnya suatu akad atau segala sesuatu yang disyaratkan.
19
Berbeda halnya dengan mahar yang di kemukakan oleh madzhab Syafi‟i yang berpendapat bahwa mahar tidak
18
Ahmad bin al-Husain bin Ali bin Musa Abu Bakar al-Baihaqi, Sunnah al-Baihaqi al-Kubro, Makkah: Dar al-Bazh, Juz VII, h. 240.
19
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih, Semarang: Toha Putra Group, 2014, cet. Ke-2, h. 178.
ada batas terendahnya. Segala sesuatu yang berharga dapat dijadikan sebagai mahar.
20
Di negara muslim khusnya Indonesia dan Pakistan mempunyai peraturan perundang-undangan tersendiri mengenai mahar. Peratauran
perundang-undangan tersebut di pengaruhi oleh aliran madzhab yang berlaku di kedua negara tersebut. Mayoritas masyarakat di Indonesia
menganut madzhab Syafi‟i dan adapun perundang-undangan yang menyanagkut mengenai mahar di Indonesia tercantum secara jelas di
dalam Kompilasi Hukum Islam. Materi hukum yang tercantum di dalam Kompilasi Hukum Islam ma
sih di dominasi oleh madzhab Syafi‟i.
21
Mahar di Indonesia berasaskan kesederhanaan dan kemudahan sesuai dengan
pendapat madzhab yang dianut oleh mayoritas muslimIndonesia. Di Pakistan mayoritas muslim menganaut madzhab Hanafi. Di
dalam praktek keseharian masyarakat muslim Pakistan yang berhubungan dengan hukum Islam, khususnya terhadap hukum keluarga dan waris
masih masih tetap mengikuti aliran madzhab Hanafi.
22
Begitu pula terhadap mahar di Pakistan mahar di tentukan jumlahnya dan ditegaskan
bagi siapa saja yang melanggar kan dikenakan sanksi pidana di dalam perundang-undangannya Dowry and Bridal Gifts [Restriction] Act 1976.
20
Abdul Mukti Ali, Agama dan Masyarakat, Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 1993, h. 340.
21
Cik Hasan Bisri ed, KHI dan PA dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, h. 15
22
Syariahalauddin, Sejarah Pemberlakuan Hukum Keluarga di Pakistan, artikel di postkan pada tanggal 22 April 2012 dari
http:www.scribd.comdoc90610937Makalah-HKI-Di-Pakistan .
Diakses pada tanggal 15 Agustus 2016, 16.45 WIB.
Berdasarkan hasil pemaparan penulis di atas, maka untuk memperjelas uraian dan analisis bab keempat skripsi ini dapat dipahami
bahwa peraturan mengenai mahar di Pakistan lebih dipertegas dibandingkan dengan di Indonesia. Faktor yang mempengaruhi
perundang-undangan mahar di pakistan berbeda dengan negara muslim lainnya disebabkan oleh pertama karena faktor tradisi atau adat yang
masih berlaku pada masyarakat pakistan sangat kuat . Khususnya terhadap mahar. Di Pakistan pemberian mahar di pengaruhi oleh tradisi atau adat
yang berlaku di kalangan masyarakat. Hal itu dimungkinkan karena oleh praktek dimana pihak wali lebih mendominasi dalam menetapkan jumlah
mahar, atau pemberian yang seolah-olah statusnya sama dengan mahar dengan jumlah yang sangat besar, sehingga hal itu memberatkan pihak
yang ingin melangsungkan akad pernikahan. Perundang-undangan mahar di Pakistan merupakan pembaharuan
terhadap hukum keluarga di Pakistan yang beranjak jauh dari kitab fiqih klasik. Hal tersebut di lakukan untuk memudahkan mengenai tradisi mahar
yang berlaku di Pakistan agar tidak memberatkan bagi masyarkat yang ingin melangsungkan akad nikah sebagimana yang terapkan di dalam
agama Islam. Dijelaskan secara jelas dan rinci di dalam undang-undang tersebut. Hal tersebut jika dibandingkan tentu sangatlah berbeda dengan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Kedua faktaktor penyebab Pakistan memiliki hukum keluarga yang
berbeda dengan Indonesia tentu di sebabkan oleh adanya perbedaan