Madzhab dalam Hukum Keluarga di Pakistan

ketiga adalah hukum yang di ciptakan oleh Modernisme dengan menciptakan dua instusi untuk mempromosiskan Islamisasi yaitu pertama dewan ideologi syariah dan yang kedua adalah lembaga riset Islam. Namun kedua badan tersebut hanya memiliki fungsi sebagai pengaruh. Hal tersebut merupakan alasan mengapa ketiga konstitusi yang dilakukan oleh Pakistan berisikan klausul yang menyatakan bahwa hukum Pakistan akan sesuai dengan al- Qur‟an dan as-Sunnah. 53 Masalah umum hukum keluarga sebagaimana yang dipaparkan diatas berkisar pada masalah sebagaimana berikut: 1. Perkawinan – perceraian dengan segala permasalahannya. 2. Waris dengan segala permasalahannya. 3. Waqaf dengan segala permasalahannya. Adapun yang menjadi konsep hasil dari pembaharuan hukum keluarga Islam di Pakistan, bahwa hukum keluarga tersebut diberlakukan kepada penduduk muslim. Sehingga yang paling menonjol dan merupakan tujuan utama perubahan tersebut adalah untuk kesatuan hukum atau unifikasi hukum keluarga Islam di samping memang terakumulasi juga kepentingan mengangkat status wanita dan respon tuntutan dan perkembangan zaman. 54 Mayoritas muslim di Pakistan adalah pengikut madzhab Hanafi, hal ini lebih jelas lagi dalam peraktik kehidupan beragama khususnya berhubungan dengan hukum Islam seperti dalam hukum keluarga dan warisan masih tetap mengikuti aliran 53 Rubya Mehdi, TheIslamization of the Law in Pakistan, United Kingdom: Curson Press, 1994, h. 25. 54 Ihsan Yilmaz, Muslim Laws Politik and Society in Modern nation states: dynamic legal pluralism in England, Turkey and Pakistan England, Ashgate, 1971, h. 125 madzhab tersebut. 55 contoh undang-undang hukum keluarga yang berhubungan dengan madzhab salah satunya adalah sebagai berikut:  Dowry and Bridal gifts [Restriction] act 1976 pada pasal 3Restriction on dowry, presents and bridal gifts. - 1 Neither the aggregate value of the dowry and presents given to the bride by her parents nor the aggregate value of the bridal gifts or of the presents given to the bridegroom shall exceed five thousand rupees.  Translite Indonesia pasal 3 mengatur mengenai pembatasan maksimal mahar, hadiah, dan hadiah pengantin. Pada pasal 3 tepatnya ayat 1 menetapkan jumlah maksimal mahar 5000.  Hal tersebut berkaitan dengan mazhab yang dianut oleh mayoritas masyarakat Pakistan dimana Imam Abu Hanifah dan para pengikutnya juga membatasi minimal mahar sebanyak 10 Dirham atasu setara dengan Rp. 35.476,86. Kurang dari itu dianggap tidak ada mahar atau pernikahan itu tidak sah. Ulama Hanafiyah beralasan dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh ad- Daruquthni dan Baihaqi sebagai berikut: ا ءاسنلا ح ني ا :م. ه سر اق , اق هنع ه يضر ه د ع نب رباج نع ا ن ج زي ا ا فك مهارد ر ع ن د ر م ا ءايل أا Artinya: Dari Jabir ra. Sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda: ‘’ketahuilah, wanita itu tidak boleh dikawinkan kecuali oleh para wali, dan wali itu tidak boleh mengawinkan mereka wanita kecuali dengan lakilaki yang sekufu‟dengannya, dan tidak ada mahar kecuali paling sedikit sepuluh dirham.HR. Daruquthni dan Baihaqi. 56 Hadits tersebut menjelaskan penetapan bahwa syarat mahar menurut ukuran yang benar secara syara‟ adalah tidak kurang dari sepuluh dirham dan nash-nash yang lain yang menunjukan persyaratan kewajiban melakukan, atau sahnya suatu akad atau lainnya. 57 55 Syariahalauddin, Sejarah Pemberlakuan Hukum Keluarga Di Pakistan, artikel diposkan pada tanggal 22 April 2012 dari http:www.scribd.comdoc90610937Makalah-HKI-DI-PAKISTAN , di akses pada hari senin 15 Agustus 2016, 16.45 WIB. 56 Ahmad bin al-Husain bin Ali bin Musa Abu Bakar al-Baihaqi, Sunnah al-Baihaqi al-Kubro, Juz VII Makkah: Dar al-Bazh, h. 240. 57 Abdul Wahhab Kallaf, Ilmu Ushul Fiqih, cet. Ke-2 Semarang: Toha Putra Group, 20014, h. 178. 57

BAB IV KEDUDUKAN DAN JUMLAH MAHAR DI INDONESIA DAN PAKISTAN

A. Konsep Mahar dalam Fiqih

Kata “Mahar” berasal dari bahasa Arab dan telah diadopsi kedalam bahasa Indonesia terpakai. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan mahar itu dengan pengertian “pemberian wajib berupa uang atau barang dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan ketika dilangsungkanakad nikah”. Hal ini sesuai dengan tradisi yang berlaku di Indonesia bahwa mahar itu diserahkan ketika berlangsungnya akad nikah. 1 Mahar atau maskawin adalah harta pemberian dari mempelai laki- laki kepada mempelai perempuan yang merupakan hak si istri. 2 Mahar merupakan satu diantara hak istri yang didasarkan atas Kitabullah, Sunnah Rasul dan ijma‟ kaum muslimin. 3 Konsep tentang maskawin atau mahar adalah bagian yang sangat penting dalam pernikahan. Tanpa maskawin atau mahar tidak dinyatakan telah melaksanakan pernikahan dengan benar. Maskawin atau mahar harus ditetapkan sebelum pelaksanaan pernikahan. 4 Mahar ditetapkan sebagai kewajiban suami kepada isteri, sebagai tanda 1 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2009, h. 84. 2 Nasiri, Hebohnya Kawin Misyar, Surabaya: Al Nur, 2010, h. 13. 3 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Madzhab, Jakarta: Penerbit Lentera, 2007, h. 364. 4 Istibsyaroh, Hak-Hak Perempuan, Jakarta: Teraju, 2004 , h. 101. keseriusan laki-laki untuk menikahi dan mencintai perempuan.Sebagai lambang ketulusan hati untuk mempergaulinya secara ma‟ruf. 5 Dasar wajibnya memberikan mahar ditetapkan dalam al- Qur‟an dan hadits Nabi. Dalil mengenai mahar dijelaskan dalam al- Qur‟an surah an-Nisa ayat 4 yang berbunyi: ُْوُلُكَف اًسْفَ ن ُهْنِم ٍءْيَش ْنَع ْمُكَل َِْْط ْنِإَف ًةَلِِْ ّنِهِتَق ُدَص َءآَسِنلا اوُتآو ِرّم اًئْيِنَه ًئيا Artinya: “Berikanlah maskawin mahar kepada wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah ambillah pemberian itu sebagai makanan yang sedap lagi baik akibatnya”. 6 Ayat tersebut menjelaskan adanya kewajiban memberikan mahar pada perempuan yang akan dinikahi. Mahar tersebut merupakan hak mutlak bagi perempuan, bukan hak ayah atau saudara laki-laki perempuan tersebut. Selain dalam al- Qur‟an kewajiban mahar disebutkan pula di dalam hadits Rasulullah sebagai berikut: َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهّللا ىّلَص ِهّللا َلوُسَر َ ُهَل َلاَق َةَمِطاَف ّىِلَع َجّوَزَ ت اّمَل : َلاَق ٍساّبَع ِنْبا ْنَع ،اًئْيَش اَهِطْعَا : َق دواد وبا اور ُةّيِمْطَْْا َكُعْرِد َنْيَا :َلاَق ،ٌئْيَش ىِدْنِعاَم :َلا Artinya: “Dari Ibnu Abbas ia berkata: ketika Ali menikahi Fatimah, Rasulullah SAW berkata kepada Ali: berikanlah sesuatu kepada Fatimah, Ali berkata: saya tidak memiliki sesuatu”. Nabi berkata: ‘’dimana baju besimu”. H.R Abu Dawud. 5 Muhammad Husain, Fiqih Perempuan Refleksi Kiyai atas Wacana Agama dan Gender, Yongyakarta: LKIS, 2010, h. 108-109. 6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro, 2005, h. 77. Nabi sangat menekankan kepada Ali agar memberikan sesuatu apapun kepada Fatimah anak beliau sebagai mahar walau hanya dengan baju besi. Begitu pula Rasulullah sangat menekankan pada umat Islam tentang kewajiban memberikan mahar kepada calon istri walau hanya dengar beberapa surah dari al- Qur‟an, sebagaimana hadist Rasul yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Sahl bin Sadin sebagai berikut: ّللا َلوُسَر اَي :ْتَلاَقَ ف َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهّللا ىّلَص ِهّللا َلوُسَر ْتَءاَج ًةَأَرْما ّنَأ :ٍدْعَس ِنْب ِلْهَس ْنَع ُتْئِج ِه َرَظَنَ ف يِسْفَ ن َكَل َبَهَِِ ُهَسْأَر َأَطْأَط ُُّ ُهَبّوَصَو اَهْ يَلِإ َرَظّنلا َدّعَصَف َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهّللا ىّلَص ِهّللا ُلوُسَر اَهْ يَلِإ َلوُسَر اَي :َلاَقَ ف ِهِباَحْصَأ ْنِم ٌلُجَر َماَقَ ف ْتَسَلَج اًئْيَش اَهيِف ِضْقَ ي ََْ ُهّنَأ ُةَأْرَمْلا ْتَأَر اّمَلَ ف ّللا ََْ ْنِإ ِه َلاَق ِهّللا َلوُسَر اَي ِهّللاَو ََ :َلاَقَ ف .ٍءْيَش ْنِم َكَدْنِع ْلَه َلاَقَ ف اَهيِنْجِوَزَ ف ٌةَجاَح اَِِ َكَل ْنُكَت ََِإ ْبَهْذا : ّللا َلوُسَر اَي ِهّللاَو ََ :َلاَقَ ف َعَجَر ُُّ َبَهَذَف .اًئْيَش ُدََِ ْلَه ْرُظْناَف َكِلْهَأ ْرُظْنا :َلاَق اًئْيَش ُتْدَجَو اَم ِه َو ٍديِدَح ْنِم اًََاَخ َََو ِهّللا َلوُسَر اَي ِهّللاَو ََ :َلاَقَ ف َعَجَر ُُّ َبَهَذَف .ٍديِدَح ْنِم اًََاَخ ْوَلَو اَذَه ْنِكَل ّللا ُلوُسَر َلاَقَ ف ُهُفْصِن اَهَلَ ف ٌءاَدِر ُهَل اَم :ٌلْهَس َلاَق .يِراَزِإ ْنِإ َكِراَزِإِب ُعَنْصَت اَم :َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهّللا ىّلَص ِه َلاَط َّّح ُلُجّرلا َسَلَجَف ؟ٌءْيَش َكْيَلَع ْنُكَي ََْ ُهْتَسِبَل ْنِإَو ٌءْيَش ُهْنِم اَهْ يَلَع ْنُكَي ََْ ُهَتْسِبَل َماَق ُُّ ُهُسَلََْ ُهّللا ىّلَص ِهّللا ُلوُسَر ُآَرَ ف : َلاَق ؟ِنآْرُقْلا ْنِم َكَعَم اَذاَم :َلاَق َءاَج اّمَلَ ف َيِعُدَف ِهِب َرَمَأَف اًيِلَوُم َمّلَسَو ِهْيَلَع َلاَق ْمَعَ ن :َلاَق ؟َكِبْلَ ق ِرْهَظ ْنَع ّنُهُؤَرْقَ تَأ َلاَق اَهَدّدَع اَذَك ُةَروُسَو اَذَك ُةَروُسَو اَذَك ُةَروُس يِعَم ْبَهْذا : ْدَقَ ف .يراخبلا اور .ِنآْرُقْلا ْنِم َكَعَم اَِِ اَهَكُتْكّلَم Artinya: “Dari Sahl bin Sa’ad: bawa seorang perempuan telah datang kepada Rasulullah saw kemudian ia berkata: wahai Rasulullah aku datang untuk mencintai dirimu seorang. Maka Rasulullah saw. menaikan pandangannya kepada perempuan itu dan merendahkan pandangannya kemudian menundukkan kepalanya, dan ketika perempuan itu melihat belum ada keputusan apa-apa maka perempuan itu pun duduk dan datanglah seorang laki-laki dari golongnya dan berkata: wahai Rasulullah jika anda tidak punya keinginan untuk mengawininya, maka kawinkanlah aku dengannya, Rasulullah berkata: “apakah kamu mempunyai sesuatu ?” “tidak demi Allah ya Rasulullah saya tidak mempunyai apa- apa”, maka Rasulullah berkata:“pergilah kepada kel uargamu dan lihatlah apakah kamu menemukan sesuatu”. Maka pergilah laki-laki tersebut kemudian datang kembali kepada Rasulullah dan laki- laki itu berkata “tidak ada, demi Allah saya tidak mendapatkan sesuatu pun, maka Rasulullah berkata “carilah walau pun hanya berbentuk cincin besi”,maka laki-laki itu pergi dan kembali lagi kemudian ia berkata “demi Allah tidak ada ya Rasulullah walaupun hanya sebuah cincin besi akan tetapi ini saya mempunyai sarung, Rasulullah berkata apa yang bisa kau lakukan dengan sarungmu ? jika kamu memakainya maka tak ada satu pun untuk dia, dan jika ia memakainya maka tak akan ada satu pun untukmu, maka duduklah laki-laki itu pada majelis tersebut dalam waktu yang lama kemudian ia berdiri. Dan Rasulullah saw. melihatnya kemudian memanggilnya dan ketika laki-laki itu datang, Rasulullah berkata “apa yang kamu tahu tentang al-Qur’an”? laki-laki itu menjawab “saya menghafal surat ini dan surat ini dan surat ini, kemudian Rasulullah berkata “apakah kamu membacakan untuk dia dari hatimu yang paling dalam ? laki- laki itu menjawab “ya” Rasulullah berkata “pergilah maka kamu telah menikahinya dengan apa yang kamu punya dari al- Qur’an”. 7 H.R Al-Bukhari Pada umumnya mahar biasanya berbentuk materi baik berupa uang atau barang berharga lainnya.N amun syari‟at Islam memungkinkan mahar dalam bentuk yang lainnya, seperti dalam bentuk jasa melakukan sesuatu. Sebagaimana firman Allah dalam surah al-Qasas ayat 27 yang berbunyi: ْنَأ ىَلَع َِْْ تاَه َََّنْ با ىَدْحِإ َكَحِكْنُأ ْنَأ ُديِرُأ ِِّإ َلاَق َكِدْنِع ْنِمَف اًرْشَع َتْمَََْأ ْنِإَف ٍجَجِح َ ِّاَََ َِّرُجْأَت َِِِْاّصلا َنِم ُهّللا َءاَش ْنِإ ُِّدِجَتَس َكْيَلَع ّقُشَأ ْنَأ ُديِرُأ اَمَو . Artinya :”Berkatalah Dia Syuaib: Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun. Maka itu adalah suatu kebaikan dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu.Dankamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang- orang yang baik. 8 Kewajiban membayarkan mahar pada hakikatnya tidak hanya untuk mendapatkan kesenangan, namun lebih kepada penghormatan dan 7 Al-Bukhari, Sahih Al-bukhari, Juz III, Beirut: Dar al-Kutub al-ilmiyah, 2008, h. 440. 8 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro, 2005, 388.