Signifikan Penelitian Metode Penelitian

Adapun metodelogi penelitian yang digunakan dalah metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian historis dengan maksud menguji hipotesis atau membandingkan hasil studi kepustakaan dengan dugaan adanya kesamaan sejarah antar satu negara yang mengalami hemogoni oleh penjajah. 33 Adapun teknik pengumpulan data dari penelitian historis ini diperoleh melalui catatan-catatan artifak atau laporan-laporan verbal dengan tahapan sebagi berikut: a. Melakukan observasi terhadap hasil observasi orang lain studi kepustakaan. b. Kecermatan penting dilakukan dengan memperhatikan keobjektifitas, keotentikan data, yang terpenting terdapat dari sumber yang tepat. c. Data yang diperoleh harus bersifat sistematis menurut urutan peristiwa dan bersifat tuntas.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan skripisi ini adalah BAB perbab, dimana antara BAB yang satu dengan BAB yang lainya memiliki keterkaitan. Sistematika penulisan yang dimaksudkan adalah sebagai berikut: Pada BAB I merupakan bab Pendahuluan dalam membuka penulisan skripsi ini, pada bab ini saya menguraikan dengan uraian bahasa meliputi: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Studi Terdahulu, Signifikan Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Pada BAB II saya menjelaskan serta mendeskripsikan mengenai Konsep Mahar dalam Islam dan Tradisi Bangsa Arab. 33 Http:macam-macampenelitiankualitatif.Subliyato.com diakses pada hari Rabu 04-11-2015, jam 13.15 WIB. Pada BAB III ini saya menjelaskan serta mendeskripsikan mengenai hukum keluarga Islam di Indonesia dan Pakistan sebagai negara muslim, pengaruh mazhab terhadap pembentukan hukum keluarga Islam di Indonesia dan Pakistan. Pada BAB IV ini saya membahas mengenai Konsep Mahar dalam Fiqih, setelah itu saya membahas mengenai Kewajiban Jumlah Mahar di Pakistan dan kedudukan Mahar di Indonesia, serta Laporan Admistrasi Mahar di Pakistan Pada BAB V ini Merupakan bab penutup, yang terdiri dari kesimpulan terhadap permasalahan dalam penyusunan skripsi ini. Sekaligus memberikan saran yang mungkin dapat membantu memajukan hukum keluarga. 22

BAB II KONSEP MAHAR DALAM ISLAM DAN TRADISI BANGSA ARAB

A. Sejarah Mahar

Mahar sudah dikenal pada masa jahiliyah, jauh sebelum Islam datang. Akan tetapi, sebelum datangnya Islam mahar bukan diperuntukkan kepada calon istri, melainkan kepada ayah atau kerabat dekat laki-laki dari pihak istri. Karena pada masa itu konsep perkawinan menurut hukum adat ketika itu sama dengan transaksi jual beli, yakni jual beli antara calon suami sebagai pembeli dan ayah atau keluarga dekat laki-laki dari calon istri sebagai pemilik barang. Di zaman jahiliyah hak perempuan itu dihilangkan dan disia-siakan, sehingga walinya dengan semena-mena dapat menggunakan hartanya. Dan tidak memberikan kesempatan untuk mengurus hartanya dan menggunakannya. Lalu, Islam datang menghilangkan belenggu ini, kepadanya mahar di berikan. 1 Menurut Anderson, sejak zaman pra-Islam Arab jahiliyah telah ada berbagai macam corak perkawinan. Dimulai dari perkawinan patrilineal dan patrilokal, matrilineal dan matrilokal, hingga perkawinan temporer untuk sekedar bersenang- senang perkawinan muth‟ah. Bentuk perkawinan yang terhormat pada masa itu adalah patrilineal dimana pengantin pria membayar sejumlah uang atau mahar kepada calon pengantin perempuan. 2 1 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah jilid ke-VII , Bandung : PT. Alma‟arif, 1981, h. 53. 2 Jhon Anderson, Hukum Islam Di Dunia Modern, Surabaya: Amarpress, 1990, h. 48. Pemberian mahar dalam perkawinan tidak dapat di pisahkan dalam tradisi perkawinan pada masyarakat Arab pra-Islam. Pada masa itu, seorang laki-laki yang ingin meminang seorang perempuan harus melalui melalui seorang laki-laki yang menjadi wali dari anak perempuannya sendiri, dan laki-laki yang bersangkutan memberikan mahar kepada wali, kemudian menikahinya. 3 Ketika al- Qur‟an datang mahar tetap diberlakukan, hanya saja konsepnya yang mengalami perubahan. Kalau dahulu mahar dibayarkan kepada orang tua ayah calon istri sekarang mahar tersebut diperuntukkan calon istri. Salah satu dari usaha Islam ialah memperhatikan dan menghargai kedudukan wanita, yaitu memberinya hak untuk memegang urusannya. Kata “Mahar” berasal dari bahasa Arab dan telah diadopsi kedalam bahasa Indonesia terpakai. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan mahar itu dengan pengertian “pemberian wajib berupa uang atau barang dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan ketika dilangsungkanakad nikah”. Hal ini sesuai dengan tradisi yang berlaku di Indonesia bahwa mahar itu diserahkan ketika berlangsungnya akad nikah. 4 Di dalam istilah ahli fiqih mahar juga dipakai dengan istilah „‟Shadaq, nihlah dan faridhah „‟ didalam bahasa Indonesia di paki dengan istilah maskawin. 5 Mahar atau maskawin adalah harta pemberian dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan yang merupakan hak si istri. 6 Mahar merupakan satu diantara hak istri yang didasarkan atas Kitabullah, Sunnah Rasul dan ijma‟. 7 Konsep tentang 3 Khoiruddin Nasution, Islam tentang Relasi Suami dan Isteri Hukum Perkawinan 1, Jakarta: Academia Tazzafa, 2004, h. 127. 4 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2009, h. 84. 5 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1994, h. 81. 6 Nasiri, Hebohnya Kawin Misyar, Surabaya: Al Nur, 2010, h. 13. 7 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Madzhab, Jakarta: Penerbit Lentera, 2007, h. 364.