4.80 5.00 5.20 3.00 sakazakii Mutan GFPuv dan Wild-type pada Permukaan Kontak Pangan

26 positif adalah pionir terjadinya kolonisasi pada suatu sisi penempelan yang selanjutnya sisi ini akan dimanfaatkan bakteri lainnya untuk menempel Peyyala et al. 2011, berdasarkan hasil pengamatan kemungkinan hal ini menjadikan rendahnya densitas biofilm oleh C. sakazakii GFPuv dibanding S. aureus pada awal waktu inkubasi. Gambar 13 Densitas biofilm C. sakazakii mutan GFPuv YRt2a dan S. aureus pada permukaan SS selama kompetisi Selama inkubasi, densitas biofilm S. aureus cenderung turun, yang kemungkinan dipengaruhi oleh adanya D-asam amino yang dilaporkan dapat dibentuk Kurecova et al. 2010; Uniprot, 2015. D-asam amino terdapat pada dinding sel bakteri yang dihasilkan oleh bakteri untuk dapat mengganggu bakteri tetangganya dalam proses maturasi biofilm kompleks pada lingkungan multispesies Lam et al. 2009. D-asam amino dilaporkan dapat menghambat akumulasi protein matriks biofilm S. aureus saat berada dalam lingkungan multispesies Hochbaum et al. 2011. Pelepasan sel dari biofilm pada S. aureus juga dipengaruhi oleh mekanisme quarum sensing agr yang dilakukan secara internal akibat adanya keberadaan bakteri lain di dalam lingkungan sebagai bentuk pertahanan diri Rutherford and Bassler, 2012. Penelitian lain menunjukkan bahwa penurunan jumlah sel yang menempel disebabkan karena adanya peristiwa kompetisi untuk memperebutkan sisi penempelan. Hidrofobisitas permukaan sel memainkan peran penting dalam lampiran bakteri, kolonisasi dan pembentukan biofilm Di Bonaventura et al. 2008; Zou et al. 2012. Pembentukan Biofilm oleh C. sakazakii Mutan GFPuv saat Ditumbuhkan Bersama L. rhamnosus pada Permukaan Stainless Steel Pembentukan biofilm oleh C. sakazakii mutan GFPuv FWHd16 dan C. sakazakii mutan YRt2a dengan L rhamnosus R23 mempunyai pola yang sama, namun L. rhamnosus R23 mempunyai densitas yang lebih tinggi dibanding C.

4.40 4.60

4.80 5.00

5.20 5.40

5.60 5.80

24 48 72 Den si tas B iof il m L og CF Ucm 2 Waktu Inkubasi C. sakazakii YRt2a

S. aureus

27 sakazakii mutan GFPuv. Biofilm yang terbentuk oleh C. sakazakii mutan GFPuv FWHd16 dan L. rhamnosus R23 saat ditumbuhkan dalam satu medium memiliki densitas tertinggi pada waktu inkubasi 48 jam Gambar 14. Biofilm C. sakazakii mutan GFPuv FWHd16 yang terbentuk ketika terjadi kompetisi pada 24 jam adalah 4.75±0.08 Log CFUcm 2 dan meningkat saat 48 jam menjadi 4.95±0.10 Log CFUcm 2 , pada inkubasi 72 jam densitas yang dihasilkan mengalami penurunan menjadi 4.72±0.09 Log CFUcm 2 . Pada ketiga waktu inkubasi tersebut densitas biofilm yang dibentuk oleh C. sakazakii mutan GFPuv FWHd16 jumlahnya lebih rendah dibanding L. rhamnosus R23. Pada waktu inkubasi 24 jam, densitas biofilm L. rhamnosus R23 adalah 5.00±0.14 Log CFUcm 2 , meningkat menjadi 5.20±0.11 Log CFUcm 2 pada 48 jam dan menurun saat inkubasi 72 jam. Gambar 14 Densitas biofilm C. sakazakii mutan GFPuv FWHd16 dan L.rhamnosus R23 pada permukaan SS selama kompetisi Pembentukan biofilm C. sakazakii mutan GFPuv YRt2a dan L. rhamnosus R23 juga memiliki densitas yang sama selama inkubasi, namun densitas biofilm C. sakazakii mutan GFPuv YRt2a ±0.13 Log CFUcm 2 lebih rendah daripada C. sakazakii mutan GFPuv FWHd16 ketika dikompetisikan Gambar 14 dan Gambar 15. Berdasarkan hasil Gambar 15, kedua jenis bakteri yang berkompetisi mencapai densitas tertinggi pada waktu inkubasi 48 jam dengan biofilm yang dibentuk oleh L. rhamnosus R23 memiliki densitas yang lebih tinggi dibanding C. sakazakii mutan GFPuv. Biofilm C. sakazakii mutan GFPuv YRt2a yang terbentuk pada pelat SS adalah 4.64±0.10 Log CFUcm 2 , 4.84±0.07 Log CFUcm 2 dan 4.54±0.05 Log CFUcm 2 pada 24, 48 dan 72 jam. Biofilm L. rhamnosus R23 yang terbentuk pada pelat SS mencapai densitas tertinggi pada inkubasi 48 jam, yakni sebesar 5.13±0.14 Log CFUcm 2 dan biofilm L. rhamnosus R23 terendah sebesar 4.93±0.12 Log CFUcm 2 pada 72 jam densitas. Kedua jenis mutan menghasilkan jumlah populasi sel biofilm yang lebih rendah dibandingkan dengan biofilm yang dibentuk oleh L. rhamnosus R23 dalam medium yang sama. Berdasarkan uji statistik, densitas biofilm yang dibentuk oleh mutan C. sakazakii baik FWHd16 dan YRt2a pada masing-masing waktu inkubasi

4.40 4.60

4.80 5.00

5.20 5.40

24 48 72 De n sitas B iof il m L og CF Uc m 2 Waktu Inkubasi C. sakazakii FWHd16

L. rhamnosus R23

28 berbeda nyata dengan biofilm L. rhamnosus R23 pada jenis permukaan pelat SS Lampiran 5. Keberadaan L. rhamnosus R23 pada media tumbuh kemungkinan berpengaruh terhadap rendahnya jumlah populasi sel biofilm C. sakazakii mutan GFPuv yang terbentuk pada pelat SS. Gambar 15 Densitas biofilm C. sakazakii mutan GFPuv YRt2a dan L.rhamnosus R23 pada permukaan SS selama kompetisi Biofilm C. sakazakii mutan GFPuv memiliki hasil densitas lebih rendah dibandingkan BAL ketika dalam kondisi berkompetisi. Salah satu faktor yang menghambat pembentukan biofilm oleh suatu bakteri pada lingkungan multispesies adalah hadirnya bakteri yang dapat membentuk EPS. Pembentukan biofilm oleh E. coli EHEC dihambat oleh hadirnya L. acidophilus yang memproduksi EPS karena dapat menggangu ekpresi adhesi permukaan EHEC sementara pertumbuhan EHEC tidak terpengaruh. Kemampuan L. acidophilus dalam menghasilkan EPS untuk menghambat pembentukan biofilm baketri Gram- positif dan Gram-negatif lainnya juga ditunjukkan saat ditumbuhkan bersama dengan S. enteritidis, S. typhimurium, Y. enterocolitica, P. aeruginosa, dan L. monocytogenes Kim et al. 2009. Mekanisme lainnya yang diketahui berhubungan dengan sifat penempelan bakteri adalah sifat agregasinya. Beberapa bakteri yang diketahui memiliki sifat agregasi umumnya bersifat hidrofobik dan menunjukan hasil yang baik dalam evaluasi kemampuan bertahan hidup Morelli dan Callegari, 2006. Sifat agregasi bakteri terdiri atas autoagregasi dan koagregasi. Autoagregasi adalah kemampuan bakteri untuk menempel dengan sesamanya yang diperlukan oleh bakteri asam laktat untuk menempel pada permukaan sel epitel usus sedangkan sifat koagregasi adalah kemampuan bakteri untuk menempel membentuk agregat dengan bakteri jenis lain untuk dapat membentuk pertahanan yang mencegah kolonisasi bakteri patogen Kos et al. 2003 Kemampuan agregasi yang tinggi dimiliki oleh L. rhamnosus R23 yang dilaporkan memiliki kemampuan autoagregasi paling tinggi diantara bakteri asam laktat asal ASI karena sifatnya yang relatif hidrofobik sehingga mampu menempel dengan baik pada suatu permukaan, khususnya sel epitel usus Anggraeni, 2010. Kemampuan agregasi dan sifatnya yang hidrofobik

4.40 4.60

4.80 5.00