28 berbeda nyata dengan biofilm L. rhamnosus R23 pada jenis permukaan pelat SS
Lampiran 5. Keberadaan L. rhamnosus R23 pada media tumbuh kemungkinan berpengaruh terhadap rendahnya jumlah populasi sel biofilm C. sakazakii mutan
GFPuv yang terbentuk pada pelat SS.
Gambar 15 Densitas biofilm C. sakazakii mutan GFPuv YRt2a dan L.rhamnosus
R23 pada permukaan SS selama kompetisi Biofilm C. sakazakii mutan GFPuv memiliki hasil densitas lebih rendah
dibandingkan BAL ketika dalam kondisi berkompetisi. Salah satu faktor yang menghambat pembentukan biofilm oleh suatu bakteri pada lingkungan
multispesies adalah hadirnya bakteri yang dapat membentuk EPS. Pembentukan biofilm oleh E. coli EHEC dihambat oleh hadirnya L. acidophilus yang
memproduksi EPS karena dapat menggangu ekpresi adhesi permukaan EHEC sementara pertumbuhan EHEC tidak terpengaruh. Kemampuan L. acidophilus
dalam menghasilkan EPS untuk menghambat pembentukan biofilm baketri Gram- positif dan Gram-negatif lainnya juga ditunjukkan saat ditumbuhkan bersama
dengan S. enteritidis, S. typhimurium, Y. enterocolitica, P. aeruginosa, dan L. monocytogenes Kim et al. 2009.
Mekanisme lainnya yang diketahui berhubungan dengan sifat penempelan bakteri adalah sifat agregasinya. Beberapa bakteri yang diketahui memiliki sifat
agregasi umumnya bersifat hidrofobik dan menunjukan hasil yang baik dalam evaluasi kemampuan bertahan hidup Morelli dan Callegari, 2006. Sifat agregasi
bakteri terdiri atas autoagregasi dan koagregasi. Autoagregasi adalah kemampuan bakteri untuk menempel dengan sesamanya yang diperlukan oleh bakteri asam
laktat untuk menempel pada permukaan sel epitel usus sedangkan sifat koagregasi adalah kemampuan bakteri untuk menempel membentuk agregat dengan bakteri
jenis lain untuk dapat membentuk pertahanan yang mencegah kolonisasi bakteri patogen Kos et al. 2003 Kemampuan agregasi yang tinggi dimiliki oleh L.
rhamnosus R23 yang dilaporkan memiliki kemampuan autoagregasi paling tinggi diantara bakteri asam laktat asal ASI karena sifatnya yang relatif hidrofobik
sehingga mampu menempel dengan baik pada suatu permukaan, khususnya sel epitel usus Anggraeni, 2010. Kemampuan agregasi dan sifatnya yang hidrofobik
4.40 4.60
4.80 5.00
5.20 5.40
5.60
24 48
72
De n
sitas B iof
il m
Log C F
U c
m
2
Waktu Inkubasi C. sakazakii YRt2a
L. rhamnosus R23
29 ini yang mendukung kemampuan penempelan dan membentuk biofilm lebih
tinggi dibanding C. sakazakii mutan GFPuv pada suatu permukaan. Faktor yang mempengaruhi agregasi Lactobacillus sp. adalah aggregating promoting factor
APF. Protein ini juga juga terlibat secara tidak langsung dalam proses sintesis peptidoglikan, eksopolisakarida, asam lipoteikoat, dan asam teikoat Jankovic et
al. 2003.
Bakteri asam laktat juga memiliki kemampuan dalam memproduksi bakteriosin yang dapat menghambat bakteri lain untuk dapat berkompetisi dalam
lingkungan yang sama, Gardner et al. 2004 menemukan dua faktor penting yang mempengaruhi produksi bakteriosin: 1 keterkaitan antar bakteri, yakni hubungan
antara sel yang dipengaruhi oleh bakteriosin dan sel-sel yang memproduksi bakteriosin, dan 2 skala kompetisi, yaitu kondisi sel-sel bakteri tumbuh bersaing
satu sama lain untuk memperoleh substrat pertumbuhan yang terbatas. Interaksi multispesies dalam lingkungan dapat mempengaruhi perubahan fisiologis dan
kemampuan suatu spesies yang berkorelasi dalam pembentukan biofilm multispesies Dubey dan Ben-Yehuda, 2011.
Pembentukan biofilm oleh C. sakazakii mutan GFPuv saat ditumbuhkan
bersama S. aureus dan L. rhamnosus pada permukaan Stainless Steel
Desintas biofilm C. sakazakii mutan GFPuv pada permukaan SS saat dikompetisikan dengan dua jenis bakteri lain sekaligus dalam satu media tumbuh,
yakni S. aureus dan L. rhamnosus R23 memberikan hasil yang sedikit berbeda jika dibandingkan dengan ketika dikompetisikan dengan satu bakteri saja. Gambar
16 dan 17 menunjukkan bahwa pada awal inkubasi, baik mutan C. sakazakii FWHd16 maupun YRt2a membentuk biofilm dengan densitas yang tidak berbeda
dengan kedua jenis bakteri lainnya, namun densitas kedua mutan tersebut menurun setelah waktu inkubasi 24 jam. Gambar 16 menunjukan bahwa pada saat
ditumbuhkan dan berkompetisi dengan kedua bakteri lainnya dalam satu media yang sama, biofilm C. sakazakii mutan GFPuv FWHd16 pada pelat SS memiliki
densitas tertinggi saat 24 jam sebesar 5.02±0.02 Log CFUcm
2
kemudian terus menurun selama waktu inkubasi. Sementara itu biofilm S. aureus meningkat
densitasnya hingga waktu inkubasi 48 jam lalu menurun sedangkan biofilm yang dibentuk oleh L. rhamnosus R23 terus mengalami peningkatan setelah inkubasi 24
jam hingga 72 jam.
Selama terjadi kompetisi, peningkatan waktu inkubasi berkorelasi dengan peningkatan densitas biofilm S. aureus dan L. rhamnosus R23 sedangkan densitas
C. sakazakii mutan GFPuv FWHd16 dalam membentuk biofilm cenderung menurun. Kecenderungan serupa juga terjadi pada biofilm C. sakazakii mutan
GFPuv YRt2a saat ditumbuhkan bersama dengan kedua jenis bakteri lainnya Gambar 17. Saat berkompetisi dengan S. aureus dan L. rhamnosus R23, densitas
biofilm yang dibentuk oleh C. sakazakii mutan GFPuv YRt2a terus mengalami penurunan di setiap waktu inkubasinya. Sementara itu, biofilm S.aureus
menghasilkan densitas tertinggi pada inkubasi 48 jam sebesar 5.26±0.02 Log CFUcm
2
kemudian pada inkubasi 72 jam mengalami penurunan. Densitas biofilm yang dibentuk oleh L. rhamnosus R23 selama inkubasi terus meningkat hingga 72