sakazakii FWHd16 dan YRt2a

18 perhitungan mikroskopis langsung Direct Microscopic Count menggunakan mikroskop epifluoresen berdasarkan Parizzi et al. 2004. Pada analisis densitas biofilm C. sakazakii mutan GFPuv FWHd16 dan YRt2a, permukaan kontak pangan dibilas terlebih dahulu dengan GF steril kemudian dilakukan perhitungan DMC sedangkan untuk jenis wild-type FWHd16 dan YRt2a, setelah permukaan kontak pangan dibilas dengan GF steril kemudian pelat direndam dalam acridine orange 0.0026 persen Dewanti dan Wong, 1995 selama 5 menit dan dibilas kembali dengan GF steril baru kemudian dilakukan DMC untuk menghitung densitas biofilm. Hasil perhitungan yang diperoleh dinyatakan dalam bentuk Log CFUcm 2 . Enumerasi densitas biofilm C. sakazakii mutan GFPuv FWHd16 dan YRt2a juga dilakukan menggunakan metode pemupukan tuang berdasarkan Yunus 2000. Biofilm yang terbentuk pada permukaan kontak pangan selama waktu inkubasi 24, 48, dan 72 jam diswab kemudian dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan GF steril dan 1 ml larutan Na-heksametafosfat lalu divortex. Larutan kemudian diencerkan dan ditumbuhkan dengan menggunakan metode tuang pour plate dalam cawan petri steril berisi media TSAA kemudian diinkubasi pada inkubator 37 o C selama 24 jam. Jumlah koloni yang tumbuh dan berpendar hijau saat di bawah sinar UV pada cawan dihitung berdasarkan Standard Plate Count BAM, 2001. Densitas biofilm pada masing-masing permukaan kontak pangan dinyatakan dalam Log CFUcm 2 . Pada analisis densitas biofilm multispesies, pelat SS dibilas dengan GF steril kemudian dihitung populasi bakteri C. sakazakii mutan GFPuv yang menempel pada pelat SS di bawah mikroskop epifluoresen a. Setelah itu, pelat direndam dalam acridine orange 0.0026 persen Dewanti dan Wong, 1995 selama 5 menit dan dibilas kembali dengan GF steril, kemudian dihitung kembali total populasi bakteri yang terdapat pada pelat SS b. Selisih hasil dari perhitungan total populasi bakteri dengan jumlah populasi bakteri C. sakazakii mutan GFPuv b-a merupakan jumlah bakteri S.aureus SA25923 atau L. rhamnosus R23 yang membentuk biofilm saat ditumbuhkan bersama dengan C. sakazakii mutan GFPuv pada media yang sama. Analisis Statistik Semua eksperimen diulang dua kali dan duplo. Data diolah dengan ANOVA menggunakan SPSS untuk analisis sidik ragam dan uji Duncan untuk menentukan perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata dari kelompok perlakuan. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembentukan Biofilm oleh

C. sakazakii Mutan GFPuv dan Wild-type pada Permukaan Kontak Pangan

Mutan C. sakazakii GFPuv FWHd16 dan YRt2a mampu membentuk biofilm pada ketiga jenis permukaan kontak pangan. Pengamatan yang dilakukan 19 dengan mikroskop epifluoresen terhadap C. sakazakii mutan GFPuv selama waktu inkubasi memperlihatkan sel bakteri yang menempel pada permukaan kontak pangan. Sel bakteri mutan berlabel GFPuv tersebut tampak berwarna hijau fluoresen saat diamati sehingga densitas biofilm yang terbentuk dapat dihitung. Pada biofilm C. sakazakii wild-type juga dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop epifluoresen untuk menghitung densitas biofilm yang terbentuk, namun sel wild-type memerlukan pewarnaan menggunakan acridine orange terlebih dahulu Gambar 6. C. sakazakii wild-type FWHd16 dan YRt2a juga mampu membentuk biofilm pada ketiga jenis permukaan dan menghasilkan visualisasi berwarna oranye saat diamati di bawah mikroskop epifluoresen. Gambar 6 Pengamatan biofilm dengan mikroskop epifluoresen 1000x A C. sakazakii mutan GFPuv FWHd16 , B C. sakazakii mutan GFPuv YRt2a , C C. sakazakii wild-type FWHd16 dengan perwarnaan Acridine Orange , D C. sakazakii wild-type YRt2a dengan perwarnaan Acridine Orange Densitas biofilm C. sakazakii mutan GFPuv FWHd16 yang terbentuk pada ketiga permukaan kontak pangan, yakni SS, Buna-N, dan PTFE dapat dilihat pada Gambar 7. Hasil pengamatan menunjukkan densitas berada pada kisaran 4.94 – 5.11 Log CFUcm 2 , 4.80 –5.22 Log CFUcm 2 dan 4.66 –4.87 Log CFUcm 2 untuk waktu inkubasi 24 jam, 48 jam dan 72 jam. Densitas biofilm pada SS dan PTFE mencapai jumlah tertinggi pada waktu inkubasi 48 jam namun kemudian menurun saat inkubasi 72 jam. Sementara itu, pada Buna-N densitas biofilm tertinggi dicapai pada waktu inkubasi 24 jam dan mengalami penurunan setelahnya. 20 Gambar 7 Densitas biofilm C. sakazakii mutan GFPuv FWHd16 pada permukaan kontak pangan Pembentukan biofilm mutan lainnya, yakni C. sakazakii mutan GFPuv YRt2a dapat dilihat pada Gambar 8. Densitas biofilm yang terbentuk pada SS, Buna-N, dan PTFE selama waktu inkubasi 24 jam, 48 jam dan 72 jam ada pada kisaran 4.94 –5.15 Log CFUcm 2 , 4.86 –4.98 Log CFUcm 2 dan 4.60 –4.76 Log CFUcm 2 . Pada biofilm C. sakazakii mutan GFPuv YRt2a densitas tertinggi dihasilkan pada inkubasi 24 jam dan kemudian menurun setelahnya. Biofilm tertinggi terbentuk pada permukaan PTFE dan terendah pada permukaan Buna-N. Gambar 8 Densitas biofilm C. sakazakii mutan GFPuv YRt2a pada permukaan kontak pangan Biofilm pada PTFE memiliki densitas yang lebih tinggi dibandingkan pada kedua permukaan kontak pangan lainnya. Hal ini disebabkan oleh sifat PTFE yang lebih hidrofobik. Sinde dan Carballo 2000 dalam penelitiannya melaporkan bahwa Salmonella spp. dan L. monocytogenes lebih banyak menempel pada permukaan PTFE yang lebih hidrofobik daripada Buna-N dan stainless steel.

4.50 4.60

4.70 4.80

4.90 5.00

5.10 5.20

5.30 24 48 72 De n sitas B iof il m L og CF Uc m 2 Waktu Inkubasi Jam SS Buna PTFE

4.50 4.60

4.70 4.80

4.90 5.00

5.10 5.20

24 48 72 De n sitas B iof il m Log C F U c m 2 Waktu Inkubasi Jam SS Buna PTFE 21 Beberapa penelitian menyebutkan bahwa bakteri cenderung lebih mudah menempel pada permukaan hidrofobik, interaksi hidrofobik bakteri terhadap permukaan padat saat tumbuh pada media dengan keterbatasan nutrisi akan meningkat karena terjadinya perubahan morfologi ukuran sel bakteri menjadi lebih kecil yanng diikuti dengan peningkatan hidrofobisitas dan agregasi sel bakteri sehingga mempermudah proses transfer dan penempelan bakteri pada permukaan Dewanti dan Wong, 1995. Interaksi hidrofobik antara bakteri dengan substrat pada permukaan kontak pangan menyebabkan sel menempel dan tidak dapat balik sehingga bertahan pada permukaan tersebut Donlan, 2002. Biofilm C. sakazakii mutan GFPuv, baik dari galur FWHd16 atau YRt2a memiliki densitas tertinggi pada permukaan PTFE dan terendah pada Buna-N. Rendahnya densitas biofilm pada Buna-N diduga disebabkan adanya komponen dalam Buna-N yang dapat menghambat pertumbuhan organisme sehingga mempengaruhi pembentukan biofilm pada permukaan Wong, 1998. Senyawa nitril telah terbukti dapat menghambat pertumbuhan beberapa Mycobacteria Sanna et al. 2000. Salah satu jenis senyawa nitril, yakni acrylonitril adalah prekursor yang digunakan dalam karet sintesis dan merupakan komponen dalam buna-N yang bersifat toksin Reyes et al. 2000 disinyalir dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Reyes et al. 2000 menunjukkan bahwa keberadaan acrylonitril pada media pertumbuhan bakteri dapat menyebabkan terjadinya autolisis bakteri B. subtilis. C. sakazakii wild type FWHd16 juga membentuk biofilm pada semua jenis permukaan kontak pangan Gambar 9. Densitas biofilm C. sakazakii wild-type FWHd16 yang terbentuk pada 24 jam, 48 jam dan 72 jam berturut-turut adalah 5.01 –5.24 Log CFUcm 2 , 5.02 –5.34 Log CFUcm 2 , dan 4.91 –5.22 CFUcm 2 . Biofilm yang terbentuk pada semua jenis kontak permukaan pangan mengalami peningkatan densitas hingga waktu inkubasi 48 jam dengan densitas tertinggi terjadi pada permukaan PTFE. Gambar 9 Densitas biofilm C. sakazakii FWHd16 wild-type pada permukaan kontak pangan

4.70 4.80

4.90 5.00

5.10 5.20

5.30 5.40

24 48 72 De n sitas B iof il m L og CF Uc m 2 Waktu Inkubasi Jam SS Buna PTFE