17
bahwa tingkat leverage perusahaan merupakan hasil trade off perusahaan antara manfaat pajak atas penggunaan hutang
dengan meningkatnya biaya keagenan dan financial distress yang muncul akibat peningkatan penggunaan hutang, teori ini
memiliki dasar pemikiran untuk menghindari keputusn ekstrim, penggunaan hutang 100 atau penggunaan modal sendiri
100. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa dalam meminjam, perusahaan akan dapat melindungi pendapatannya
dari pajak sedangkan apabila meminjam terlalu banyak, maka akan menyebabkan timbulnya biaya kebangkrutan.
c. Teori Asimetris Informasi Dalam teori ini diterangkan bahwa dalam pasar selalu
ditemukan informasi yang tidak sama bagi pihak-pihak yang berbeda, sehingga dapat dikatakan informasi yang didapat tidak
sempurna. Assymetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain
karena assymetric information, manajemen perusahaan lebih tahu banyak tentang perusahaan disbanding investor di pasar
modal.
2. Investasi Syariah
Investasi diartikan sebagai komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan
memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang Huda dan
18
Nasution, 2007:7. Dalam kamus istilah Pasar Modal dan Keuangan kata
investasi diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan.
Dalam terminologi investasi keuangan Islami, investasi adalah gabungan antara investor-investor yang mengkontribusikan surplus
uangnya untuk tujuan memperoleh pendapatan yang halal dalam kondisi yang masih penuh kompromi dengan persprektif syariah. Dalam
beinvestasi pun Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan petunjuk dalil dan rambu-rambu pokok yang seyogyanya diikuti oleh setiap muslim
yang beriman. Huda dan Nasution 2007:24-25 serta Rodoni 2009:42- 43, mengatakan dalam bukunya, rambu-rambu tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Terbebas Unsur Riba
Riba secara etimologi berarti tumbuh dan bertambah atau merupakan kelebihan yang tidak ada padanan pengganti dari dua
orang yang berakad.
b. Terbebas Unsur Haram
Kata haram secara etimologi dalam kaidah ushul fiqh yang mendefinisikan bahwa haram adalah sesuatu yang disediakan
hukuman bagi yang melakukan dan disediakan pahala bagi yang meninggalkan karena diniatkan untuk menjalankan syariat-Nya.
19
c. Terbebas Unsur Gharar
Gharar secara etimologi bermakna kekhawatiran atau risiko, dan gharar berarti juga menghadapi suatu kecelakaan, kerugian
danatau kebinasaan. Dalam ilmu fiqih muamalah gharar berarti melakukan sesuatu secara membabi buta tanpa pengetahuan yang
mencukupi, atau mengambil risiko sendiri dari suatu perbuatan yang mengandung risiko tanpa mengetahui dengan persis apa akibatnya,
atau memasuki kancah risiko tanpa memikirkan konsekuensinya. d. Terbebas Unsur Judi Maysir
Maysir merupakan suatu bentuk objek yang diartikan sebagai tempat untuk memudahkan sesuatu. Dikatakan memudahkan sesuatu
karena seseorang yang seharusnya menempuh jalan yang susah payah akan tetapi mencari jalan pintas dengan harapan dapat
mencapai apa yang dikehendaki, walaupun jalan pintas tersebut
bertentangan dengan nilai serta aturan syariah. e. Terhindar Unsur Syubhat
Syubhat adalah sesuatu perkara yang bercampur antara halal dan haram akan tetapi tidak diketahui secara pasti apakah ia hak
ataukah batil. 3.
Sukuk
Obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional. Semenjak ada konvergensi pendapat bahwa bunga adalah riba, maka instrumen-
instrumen yang punya komponen bunga interest-bearing instrumnets
20
ini keluar dari daftar investasi halal. Karena itu, dimunculkan alternatif yang dinamakan obligasi syariah Huda dan Nasution, 2007:85.
Berdasarkan DSN-MUI Fatwa No. 32DSN- MUIIX2002, “Surat
berharga syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi
syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah yang berupa bagi hasilmarginfee serta
membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo”. Karakteristik dan istilah „sukuk‟ merupakan pengganti dari istilah
sebelumnya yang menggunakan istilah „bond‟, dimana istilah bond mempunyai makna loan
hutang, dengan menambahkan „Islamic‟ maka sangat kontradiktif maknanya karena biasanya yang mendasari
mekanisme hutang loan adalah interest, sedangkan dalam Islam interest tersebut termasuk riba yang diharamkan. Untuk itu, sejak tahun 2007
istilah bond ditukar dengan istilah „sukuk‟ sebagaimana disebutkan
dalam peraturan di Bapepam Lembaga Keuangan LK Rodoni, 2009:107.
Istilah sukuk berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari „sakk‟ yang berarti dokumen atau sertifikat. Secara singkat
The Accounting and Auditing Organization of Islamic Financial Institutions AAOIFI mendefiniskan sukuk sebagai sertifikat bernilai
sama yang merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu
21
asset, hak manfaat, dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu Ayub, 2007:392.
Rodoni 2009:108-110 menyebutkan berbagai pengertian dari sukuk. Secara terminologi, sukuk adalah sebuah kertas buku atau
catatan yang padanya terdapat perintah dari seseorang untuk pembayaran uang dengan jumlah tertentu pada orang lain yang namanya tertera pada
kertas tersebut. Kata sukuk berasal dari bahasa Persia yaitu jak, lalu masuk ke bahasa Arab dengan nama shak. Goitien menyebutkan bahwa
shak adalah asal kata dari kata cek atau cheque yang terdapat bahasa Inggris dimana ia pada dasarnya adalah surat hutang. Kemudian surat
hutang model ini berkembang di Eropa. Pengertian secara umum, sukuk adalah obligasi yang dijamin oleh adanya aset, mempunyai pengembalian
yang stabil, dapat diperjualbelikan dan sesuai dengan aturan syariah. Kata-kata Sakk, Sukuk, Sakaik dapat ditelusuri dengan mudah pada
literatur Islam komersial klasik. Kata-kata tersebut terutama secara umum digunakan untuk perdagangan internasional di wilayah muslim
abad pertengahan, bersamaan dengan kata hawalah menggambarkan transferpengiriman uang dan mudharabah kegiatan bisnis persekutuan.
Akan tetapi, sejumlah penulis Barat tentang sejarah perdagangan IslamArab abad pertengahan memberikan kesimpulan bahwa kata Sakk
merupakan kata dari suara Latin “cheque” atau “check” yang biasanya digunakan pada perbankan kontemporer. Huda dan Nasution, 2007:122.
22
Berdasarkan Peraturan
Otoritas Jasa
Keuangan Nomor
18POJK.042015, sukuk adalah Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak
terpisahkan atau tidak terbagi syuyu‟undivided share, atas aset yang
mendasarinya. Aset yang menjadi dasar sukuk wajib tidak bertentangan dengan prinsip syariah di Pasar Modal, terdiri atas:
a. Aset berwujud tertentu; b. Nilai manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada
maupun yang akan ada; c. Jasa yang sudah ada maupun yang akan ada;
d. Aset proyek tertentu danatau; e. Kegiatan investasi yang telah ditentukan.
Mengacu pada Brosur Departemen Keuangan, sukuk pada prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional. Perbedaan pokok antara
lain terletak pada konsep imbalanbagi hasil, adanya transaksi pendukung underlying transaction berupa akad atau perjanjian antara pihak yang
disusun berdasarkan prinsip syariah. Umumnya sukuk diterbitkan oleh obligor melalui Super Purpose Vehicle SPV.
Secara umum sukuk memiliki beberapa karakteristik. Menurut Buku Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara menyebutkan beberapa
karakteristik sukuk yaitu 2010:8-9: a. Merupakan bukti kepemilikan suatu aset, hak manfaat, jasa atau
kegiatan investasi tertentu
23
b. Pendapatan yang diberikan berupa imbalan, margin, bagi hasil, sesuai dengan jenis akad yang digunakan dalam penerbitan
c. Terbebas dari unsur riba, gharar dan maysir d. Memerlukan adanya underlying asset penerbitan
e. Penggunaan proceeds sesuai dengan prinsip syariah Underlying asset adalah aset yang dijadikan sebagai obyek atau
dasar transaksi dalam kaitannya dengan penerbitan sukuk. Aset yang dijadikan sebagai underlying asset harus memiliki nilai ekonomis
danatau memiliki aliran penerimaan kas, dapat berupa barang berwujud maupun barang tak berwujud, termasuk proyek yang akan dibangun atau
sedang dibangun. Underlying asset merupakan salah satu aspek utama yang menjadi pembeda antara penerbitan surat utang dengan sukuk.
Tanpa adanya underlying asset, surat berharga yang diterbitkan akan memiliki sifat sebagai instrumen utang, karena tidak terdapat transaksi
yang mendasari penerbitan sukuk tersebut underlying asset. Penerbitan sukuk harus terlebih dahulu mendapatkan pernyataan
kesesuaian prinsip syariah syariah compliance endorsment untuk meyakinkan investor bahwa sukuk yang akan diterbitkan sesuai dengan
prinsip syariah. Pernyataan kesesuaian prinsip syariah tersebut dapat diperoleh dari individu yang diakui secara luas pengetahuannya di bidang
syariah atau institusi yang membidangi masalah syariah. Untuk penerbitan sukuk di dalam negeri, pernyataan kesesuaian prinsip syariah
dapat diperoleh dari Dewan Syariah Nasional – MUI.
24
Sukuk dan obligasi memiliki beberapa perbedaan mendasar yang menyebabkan sukuk diperbolehkan dalam Islam, seperti yang disebutkan
di atas yaitu terdapatnya underlying asset yang mendasari penerbitan sukuk. Tabel di bawah ini memuat beberapa perbandingan mendasar
antara sukuk dengan obligasi.
Tabel 2.1 Perbandingan Mendasar Sukuk dengan Obligasi Konvensional
No. Deskripsi
Sukuk Obligasi
1. Penerbit
Pemerintah, Korporasi, SPV
Pemerintah, Korporasi 2.
Obligor Pemerintah, Korporasi Pemerintah, Korporasi
3. Sifat instrument
Penyertaan atas suatu aset
Instrumen utang 4.
Imbal hasil Imbalan, bagi hasil,
marjin Kupon
5. Jangka waktu
Pendek, menengah Pendek, menengah
6. Underlying asset
Perlu Tidak perlu
7. Harga
Market price Market price
8. Investor
Syariah, konvensional Konvensional 9.
Penggunaan hasil penerbitan
Harus sesuai syariah Bebas
Sumber: Mengenal Sukuk, Brosur Departemen Keuangan Sama halnya dengan obligasi, sukuk dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis berdasarkan bentuk syariah sebagai kontrak atau subkontrak utama. Menurut Ayub 2007:208, Rodoni 2009:116-119
dan Hariani 2011 jenis akad sukuk diantaranya sebagi berikut:
25
a. Sukuk Musyarakah Sukuk musyarakah adalah surat berharga yang berisi akad
pembiayaan yang
menggunakan akad
musyarakah. Sukuk
musyarakah mempunyai persamaan dengan sukuk mudharabah, namun berbeda dari segi hubungan antara investor dengan pengelola.
Dalam sukuk mudharabah, investor tidak ikut campur dengan kebijakan perusahaan kecuali dalam bidang pengawasan karena
modal biasanya hanya berasal dari satu pihak investor, sedangkan praktek sukuk musyarakah, investor ikut campur dalam hal
pengelolaan karena modal berasal dari kedua belah pihak. Sumber pembagiannya adalah bagi hasil atau profit and loss sharing. Besar
kecilnya nisbah bagi hasil ditentukan di awal akad berdasarkan proporsi kontribusi dana atau berdasarkan kesepakatan pihak-pihak
yang berakad. Kerugian yang terjadi ditanggung semua pihak berdasarkan proporsi kontribusi.
b. Sukuk Mudharabah Sukuk mudharabah adalah surat berharga yang berisi akad
pembiayaan dengan menggunakan sistem mudharabah. Pada sistem mudharabah, salah satu pihak bertindak sebagai pemberi dana
shahibul maal sedangkan pihak lain bertindak sebagai pengelola dana mudharib. Pembagian keuntungan menggunakan sistem bagi
hasil atau profit and loss sharing. Besar kecilnya nisbah bagi hasil ditentukan di awal akad berdasarkan kesepakatan pihak-pihak yang
26
berakad. Jadi, sukuk mudharabah dapat diartikan sebagai surat berharga yang berisi akad pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
yang dikeluarkan oleh perusahaan emiten, pemerintah, atau institusi lainnya yang mewajibkan penerbit sukuk untuk membayar
pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil dari hasil pengelolaan dana yang telah disetorkan pemilik dana serta
membayar kembali dana pokok pada saat jatuh tempo. c. Sukuk Ijarah
Sukuk ijarah adalah surat berharga yang berisi akad pembiayaan menggunakan akad ijarah, atau sertifikat yang memuat nama
pemiliknya investor dan melambangkan kepemilikan terhadap aset yang bertujuan untuk disewakan, atau kepemilikan manfaat, dan atau
kepemilikan jasa sesuai jumlah efek yang dibeli dengan harapan mendapatkan
keuntungan dari
hasil sewa
yang berhasil
direalisasikan berdasar transaksi ijarah. Sukuk ijarah dianggap instrumen investasi jangka panjang yang ideal karena lebih mudah
dipasarkan pada pasar sekunder dan memberikan return yang diketahui oleh investor.
d. Sukuk Salam Sukuk salam adalah surat berharga yang berisi akad pembiayaan
yang menggunakan akad salam. Salam adalah sistem jual beli atas barang tertentu yang pembayarannya dilakukan di muka sedangkan
penyerahan barang dilakukan kemudian. Sukuk salam adalah sukuk
27
yang mengandung nilai sama yang diterbitkan untuk mobiliasi modal saham dan barang yang akan diserahkan berdasarkan akad salam
adalah milik dari pemegang sukuk salam. Dalam sukuk salam investor berharap bahwa komoditi salam akan mengalami kenaikan
harga pada saat jatuh tempo, yang akan menjadi keuntungan efek. Sukuk salam ini tidak dapat diperdagangkan selama aset yang
mendasarinya merupakan hutang. Hutang tersebut hanya dapat diubah menjadi aset nyata pada saat jatuh tempo ketika subjek salam
diserahkan. Dalam pertanian, apabila hasil panen lebih besar dari dana yang digunakan untuk membiayai produksi maka kelebihan itu
menjadi hak petani. Apabila nilai panennya lebih kecil dari dana yang digunakan untuk membiayai produksi maka petaninya berutang
kepada pemberi pembiayaan sebesar kekurangannya. e. Sukuk Istishna
Sukuk istishna adalah surat berharga yang berisi akad pembiayaan yang menggunakan akad istishna. Sukuk istishna
melambangkan suatu jual beli dari suatu komoditi dengan basis selisih antara penyerahan komoditi yang ditangguhkan dengan
pembayaran tunai. Komoditi yang ditangguhkan tersebut adalah hutang atas penyedia supplier sesuai pesan dari pemesan
pedagang maupun konsumen. Dalam sistem istishna, produsen setuju membuat barang dan akan mengirimkan dengan harga
tertentu. Penyerahan barang dilakukan secara mencicil atau sekaligus
28
sesuai kesepakatan pihak-pihak yang berakad. Perbedaan salam dengan sistem istishna terletak pada waktu pembayarannya.
Pembayaran pada sistem salam dilakukan di muka sedangkan pada sistem istishna pembayaran dilakukan kemudian.
Berdasarkan Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 110 tahun 2014 ED PSAK 110 2014 yang diterbitkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Syariah, saat ini di Indonesia hanya sukuk mudharabah dan ijarah yang diterbitkan oleh korporasi.
Dalam Hariani 2011, berdasarkan pembagian atau pendapatan hasil, sukuk terbagi atas tiga jenis yaitu:
a. Sukuk marjin, yaitu sukuk yang pembayaran pendapatannya bersumber dari marjin keuntungan akad jual beli. Sukuk ini terdiri
dari murabahah, sukuk salam, dan sukuk istishna. b. Sukuk fee, yaitu sukuk yang pembayaran pendapatannya bersifat
tetap karena bersumber dari pendapatan tetap dari sewa atau fee, yaitu sukuk ijarah.
c. Sukuk bagi hasil, yaitu sukuk yang pembayaran pendapatannya berdasarkan bagi hasil dari hasil yang diperoleh dalam menjalankan
usaha yang dibiayai, yaitu sukuk mudharabah dan sukuk musyarakah.
29
4. Corporate Governance