Latar Belakang Masalah PENGALAMAN ORGANISASI

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar modal syariah Islamic Stock Exchange adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak bertentangan dengan hukum muamalat Islamiyah. Hal ini berkenaan dengan anggapan dikalangan sebagian umat muslim sendiri bahwa berinvestasi di pasar modal di satu sisi merupakan sesuatu yang tidak diperbolehkan diharamkan berdasarkan ajaran Islam. Pasar modal syariah merupakan tempat atau sarana bertemunya penjual dan pembeli instrumen keuangan syariah, dalam bertransaksi berpedoman pada ajaran Islam dan menjauhi hal-hal yang dilarang, seperti penipuan dan penggelapan. Prinsip syariah yang harus diperhatikan oleh investor dan emiten yaitu terbebas dari unsur riba dan gharar, produk barang dan jasa harus sejalan dengan etika ajaran Islam, semua efek harus berbasis pada harta berbasis aset dan transaksi yang riil „ain, tidak mengandung ketidakjelasan yang berlebihan gharar dan spekulasi murni Rodoni, 2009:62-63. Adanya tuntutan pasar akan investasi yang sesuai akan prinsip syariah menyebabkan terjadinya perkembangan kegiatan investasi berbasis syariah. Salah satu instrumen investasi berbasis syariah yang mengalami 2 perkembangan adalah sukuk. Istilah sukuk merupakan bentuk jamak dari kata „sakk‟ atau „sanadat‟ yang berarti sertifikat investasi. The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions AAOFI telah mendefinisikan sukuk sebagai sertifikat yang bernilai sama yang merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu Ayub, 2007:392. Sukuk pada dasarnya berbeda dengan obligasi konvensional. Sukuk adalah obligasi yang pelaksanaannya berdasarkan pada prinsip syariah. Sukuk terdiri dari beberapa jenis yang tergantung pada jenis kontrak atau perjanjian, diantaranya sukuk ijarah, mudarabah, musyarakah dan istisna‟. Dalam menerbitkan sukuk, terdapat hal yang harus dipenuhi, yaitu underlying asset. Underlying asset merupakan objek perjanjian, yang merupakan perbedaan mendasar antara sukuk dengan obligasi konvensional Fathurahman dan Fitriati, 2013. Kemunculan sukuk pertama kali diperkenalkan oleh Malaysia pada akhir tahun 1990 yang diterbitkan oleh Shell Group berdasarkan struktur Bai‟ Bathaman Ajil BBA. Beberapa tahun setelahnya, muncul sukuk lainnya yang berdasarkan pada konsep Islam seperti murabahah menjual dan membeli kembali, ijarah sewalease, salam uang muka, istisna‟ menjual barang produksi yang telah ditentukan lalu dikirim setelah barang jadi, musharakah kemitraan dimana keuntungan dibagi sesuai rasio yang disepakati sementara kerugian dibagi sesuai kontribusi modal, mudharabah bagi hasil dimana rab al-mal atau investor berkontribusi modal dan 3 mudharib atau manajer berkontribusi waktu dan tenaga dan wakalah agenbadan yang sedang diperkenalkan diseluruh dunia Thomas, 2009:iii. Sukuk sesungguhnya merupakan peluang untuk mengundang para investor muslim maupun nonmuslim untuk mau terlibat berinvestasi di tanah air. Sukuk dapat dimanfaatkan untuk membangun perekonomian bangsa dan menciptakan kesejahteraan masyarakat. Fakta selama ini menunjukan bahwa pasar akan sangat responsif terhadap penerbitan sukuk. Hampir semua sukuk yang dikeluarkan, diserap habis oleh pasar dan bahkan pada beberapa kasus sampai menimbulkan kelebihan permintaan Rodoni, 2009:112. Di Indonesia, sukuk pertama kali dicatat di BEI pada September 2002 yaitu sukuk PT Indosat Tbk. dengan menggunakan akad mudharabah. Fatwa Dewan Syariah Nasional DSN Nomor 32DSN-MUIIX2002 menjelaskan, yang dimaksud dengan obligasi syariah sukuk adalah sebuah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasilmarginfee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. 4 Gambar 1.1 Perkembangan Sukuk Korporasi di Indonesia Sumber: Statistik Sukuk 2015, Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Statistik Sukuk Otoritas Jasa Keuangan OJK, sejak 2011 sampai 2015 menunjukan bahwa terdapat peningkatan sukuk korporasi dari segi nilai outstanding dan jumlah sukuk outstanding. Jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang sempat mengalami penurunan, nilai outstanding sukuk korporasi pada 2015 meningkat dari sebelumnya 7,1 miliar menjadi 9.9 miliar. Di sisi jumlah sukuk outstanding, tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 47 sukuk korporasi dari yang sebelumnya hanya 35 sukuk korporasi. Sepanjang 2011 sampai 2015, hanya di tahun 2014 yang sempat mengalami penurunan nilai outstanding. Menurut Roadmap Pasar Modal Syariah 2015- 2019 OJK, dapat disimpulkan penurunan yang signifikan ini dikarenakan banyaknya sukuk yang jatuh tempo dalam periode 2011-2014, sementara itu penerbitan sukuk baru tidak cukup signifikan. Investor yang menginvestasikan modalnya dalam sukuk perlu mempertimbangkan beberapa hal. Hal yang harus diketahui oleh investor salah satunya adalah peringkat sukuk yang diterbitkan oleh perusahaan 5 termasuk ke dalam investment grade atau speculative grade. Peringkat merupakan cerminan dari penilaian pasar akan risiko sukuk karena peringkat tersebut memberikan pernyataan yang informatif dan memberikan sinyal tentang probabilitas kegagalan utang perusahaan penerbit. Ketika peringkat sukuk mengalami penurunan downgrade, maka reputasi perusahaan sedang tidak bagus atau ukuran risiko sukuk perusahaan itu meningkat. Dapat dipahami bahwa peringkat bukan hanya mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali sukuk, tetapi juga memberi pengaruh terhadap yield. Dilansir oleh economy.okezone.com pada 29 Februari 2012, Pemeringkat Efek Indonesia Pefindo menurunkan peringkat PT Berlian Laju Tanker Tbk BLTA untuk obligasi IV-2009 menjadi idD dari idCCC dan sukuk ijarah II- 2009 menjadi idDsy dari idCCCsy. Menurut penjelasan analis Pefindo Vonny Widjaja dan Andi Sidharta downgrade ini karena perusahaan gagal memenuhi pembayaran bunga dan cicilan imbalan ijarah yang jatuh tempo pada Februari 2012. Peringkat menunjukan risiko default, sedangkan yield dapat digunakan sebagai tingkat pengembalian tahunan yang akan diterima investor Sisca dan Suk, 2010. Suatu peringkat biasanya adalah opini tentang kemungkinan bahwa penerbit akan mampu membayar secara penuh pinjaman pokok dan bunga dalam tingkat yang aman dan tepat pada waktunya sesuai dengan jangka waktu yang aman. Jelasnya, semakin tinggi peringkat yang diperoleh sukuk, semakin luas potensi investornya dan semakin rendah kupon rental 6 yang obligor penyewa dalam kasus sukuk ijarah bayarkan pada sukuk Huda dan Nasution, 2007:156-157. Peringkat yang tinggi menunjukan bahwa yield yang akan diterima investor rendah. Kondisi ini merupakan suatu informai dimana harga obligasi mengalami kenaikan, hal ini mencerminkan bahwa kinerja atau nilai perusahaan penerbit meningkat, sehingga akan mempengaruhi harga obligasi. Terbukti bahwa perusahaan dengan peringkat yang rendah speculative- grade mengalami penyimpangan keuangan dengan cara meningkatkan laba. Tindakan manajemen ini telah menimbulkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi dalam dunia bisnis, antara lain Enron, Worldcom, Tyco, London Commonwealth, Poly Peck and Maxwell. Kasus pelaporan keuangan di Indonesia yang berawal dari terdekteksinya manipulasi juga pernah terjadi, seperti kasus PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk. Salah satu penyebab kondisi ini adalah lemahnya penerapan corporate governance atau tata kelola perusahaan Isnurhadi dan Yanti, 2011. Untuk pertama kalinya, usaha untuk melembagakan corporate governance dilakukan oleh Bank of England dan London Stock Excahnge pada tahun 1992 dengan membentuk Cadbury Commite Komite Cadbury, yang bertugas menyusun corporate governance code yang menjadi acuan utama benchmark di banyak Negara Surya dan Yustivandana, 2008:24. Di Indonesia, akibat krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997 – 1999, tuntutan persaingan global, serta kebutuhan akan modal, mengharuskan Pemerintah Indonesia memobilisasi kapital dengan meluncurkan berbagai 7 inisiatif strategik, salah satunya dengan reformasi good corporate governance. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia melalui keputusan Menko Ekuin tertanggal 19 Agustus 1999 membentuk Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance KNKCG. Komite ini dimaksudkan untuk menggalakkan dan memantau perkembangan reformasi good corporate governance di Indonesia dan telah menyusun sebuah pedoman good corporate governance GCG yakni Pedoman Good Corporate Governance Indonesian Code, yang dipublikasikan pertama kali di bulan Maret 2001 yang diharapkan dapat menjadi rujukan bagi implementasi GCG oleh pelaku bisnis Indonesia Alijoyo dan Zaini, 2004:25-27. Sejak pedoman GCG dikeluarkan, telah terjadi perubahan yang mendasar, baik dalam negeri maupun di luar negeri. Walapun peringkat penerapan good corporate governance GCG di dalam negeri masih sangat rendah, namun semangat menerapkan GCG di kalangan dunia usaha dirasakan ada peningkatan. Berdasarkan pemeringkatan yang dilakukan ASEAN Capital Market Forum ACMF di tahun 2013, diantara enam negara dengan pasar modal terbesar di ASEAN, Indonesia berada di urutan dua terbawah sebelum Vietnam. Dimana peringkat pertama diraih oleh Thailand, lalu disusul oleh Malaysia, Singapura dan Filipina. Penerapan good corporate governance bagi perusahaan merupakan alat yang sangat berguna dalam penilaian kredibilitas informasi perusahaan yang disajikan melalui laporan tahunan dan hal ini menunjukan keterbukaan perusahaan Sulaiman et.al, 2015. Perusahaan yang telah menerapkan prinsip 8 GCG dapat mengurangi risiko keagenan agency risk karena dengan adanya GCG, kinerja manajemen dapat dimonitor sehingga manajemen tidak bertindak semata-mata demi kepentingan pribadi mereka. Hal ini memberi keuntungan pada perusahaan karena berhubungan pada meningkatnya peringkat sukuk sehingga yield yang harus dibayarkan perusahaan kepada investor menjadi lebih rendah. Penelitian mengenai pengaruh penerapan corporate governance pada rating dan yield telah dilakukan oleh Bhojraj dan Sengupta 2003 dan menunjukan hasil bahwa kepemilikan institusional dan outside director sebagai proksi corporate governance berhubungan positif dengan rating obligasi, namun keduanya berhubungan negatif dengan yield spread obligasi. Pada proksi blockholder menghasilkan hubungan negatif terhadap rating tetapi positif terhadap yield spread obligasi. Setyaningrum 2005 dalam penelitiannya menunjukan bahwa variabel blockholder berpengaruh negatif terhadap rating surat hutang dan kepemilikan institusional, KAP Big 4 dan komite audit berpengaruh positif terhadap rating surat hutang. Terakhir dari kategori struktur dewan komisaris baik jumlah dewan komisaris maupun persentase dewan komisaris independen, keduanya tidak terbukti memberikan pengaruh terhadap peringkat surat hutang perusahaan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Aman dan Nguyen 2013 terhadap perusahaan Jepang menunjukan bahwa corporate governance yang diukur dengan kepemilikan institusional dan board size berpengaruh positif 9 terhadap rating kredit. Hal ini terjadi karena investor institusional melakukan pengawasan yang efektif terhadap kinerja manajemen serta jumlah direksi yang banyak dapat menghasilkan diversifikasi pendapat sehingga dapat meminimalkan kesalahan dalam pengambilan pendapat. Namun untuk outside director menemukan dampak yang kecil terhadap rating perusahaan. Hal ini disebabkan karena dewan-dewan di Jepang pada dasarnya terdiri dari orang dalam. Elhaj, et. al 2015 melakukan penelitian tentang pengaruh corporate governance, rasio keuangan dan struktur sukuk terhadap rating sukuk. Penelitian ini menemukan Komisaris Independen dan jumlah Dewan Direksi berhubungan positif signifikan terhadap rating sukuk. Hal ini disebabkan karena dewan yang dibentuk secara ekslusif oleh komisaris independen berkaitan dengan kinerja yang lebih unggul. Selain itu, peringkat sukuk juga berhubungan negatif terhadap financial leverage namun berhubungan positif dengan terhadap profitabilitas dan issue size. Grassa 2015 menemukan bahwa salah satu variabel struktur kepemilikan yang diwakili oleh blockholder berpengaruh negatif terhadap rating kredit Bank Islam. Untuk variabel struktur dan proses dewan yang diwakili dengan board size, board independence berhubungan positif terhadap rating kredit Bank Islam. Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang mengacu pada penelitian Bhojraj dan Sengupta 2003, Setyaningrum 2005, Aman dan Nguyen 2013, Elhaj et al 2015 dan Grassa 2015. Namun berbeda dengan 10 penelitian sebelumnya, penelitian ini menggunakan variabel independen corporate governance dengan proksi blockholder, kepemilikan institusional, board size dan komisaris independen dan variabel kontrol menggunakan rasio leverage dan profitabilitas, sedangkan variabel dependen menggunakan yield to maturity YTM approximation. Yield to maturity merupakan nilai yang paling sempurna dengan syarat obligasi tersebut dapat dipertahankan sampai jatuh tempo, karena perhitungan yield to maturity ditambahkan dengan capital gain yang dibayarkan penerbit pada jatuh tempo. Dengan melakukan perhitungan menggunakan YTM, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan yang meyakinkan dalam keputusan berinvestasi pada sukuk korporasi. Dengan fakta yang dijelaskan pada latar belakang masalah ini, perkembangan sukuk korporasi di Indonesia semakin menambah alternatif investasi yang ditawarkan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, peneliti tertarik dan termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Corporate Governance terhadap Rating dan Yield Sukuk Studi Kasus pada Sukuk Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015 ”. 11

B. Permasalahan

Dokumen yang terkait

Pengaruh faktor makroekonomi terhadap pertumbuhan sukuk korporasi di Indonesia (periode 2011-2015)

2 32 102

Analisis Pengaruh Likuiditas Terhadap Yield Spread Sukuk (Pada Sukuk Korporasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015)

0 15 181

PENDAHULUAN Analisis Good Corporate Governance, Faktor Akuntansi Dan Non Akuntansi Yang Mempengaruhi Rating Sukuk (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Penerbit Sukuk Di BEI Periode 2011-2014).

0 2 13

DAFTAR PUSTAKA Analisis Good Corporate Governance, Faktor Akuntansi Dan Non Akuntansi Yang Mempengaruhi Rating Sukuk (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Penerbit Sukuk Di BEI Periode 2011-2014).

0 2 5

PENDAHULUAN Pengaruh Umur Sukuk, Ukuran Perusahaan, Dan Profitabilitas Terhadap Peringkat Obligasi Syariah (Sukuk) (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Menerbitkan Sukuk Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014).

0 3 7

Obligasi Korporasi, Sukuk EBA

2 2 20

Analisis nilai sukuk dan rating sukuk terhadap yield sukuk (studi kasus pada perusahaan yang menerbitkan sukuk tahun 2013-2017) - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 17

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis nilai sukuk dan rating sukuk terhadap yield sukuk (studi kasus pada perusahaan yang menerbitkan sukuk tahun 2013-2017) - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 11

RASIO KEUANGAN, CORPORATE GOVERNANCE, STRUKTUR SUKUK DAN PERINGKAT SUKUK (Studi pada Perusahaan Penerbit Sukuk yang Terdaftar di BEI Periode 2014-2017) - iainska repository

1 1 136

Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Penerbitan Sukuk Korporasi di Indonesia - UNS Institutional Repository

0 0 14