29
4. Corporate Governance
a. Teori Keagenan Agency Theory
Manajer-manajer sukses, yang memegang perusahaan terbuka modern saat ini bukanlah pemilik perusahaan yang sesungguhnya.
Bahkan, sebagian besar top manajer saat ini hanya memiliki sejumlah nominal saham di perusahaan yang mereka kelola. Pemilik
yang sesungguhnya pemegang saham memilih dewan direksi yang mempekerjakan manajer sebagi agen mereka untuk menjalankan
kegiatan perusahaan sehari-hari. Jensen dan Meckling 1976 menjelaskan teori keagenan adalah
sebuah kontrak antara manajemen agen degan pemilik prinsipal. Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan lancar, pemilik akan
mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan kepada manajer. Perencanaan kontrak yang tepat bertujuan untuk menyelaraskan
kepentingan manajer dan pemilik dalam hal konflik dan kepentingan, hal ini merupakan inti dari teori keagenan.
Menurut Wheelen dan Hunger 2012:50 dalam bukunya, teori keagenanagency theory seperti yang disarankan dalam studi klasik
oleh Berle dan Means, manajer puncak, pada dasarnya “menyewa tangan” yang mungkin lebih tertarik pada kesejahteraan pribadi
mereka daripada kesejahteraan pemegang saham. Misalnya, manajemen mungkin menekankan strategi, seperti akuisisi, yang
meningkatkan ukuran perusahaan menjadikan manajemen lebih
30
kuat dan menuntut peningkatan gaji dan tunjangan atau melakukan diversifikasi perusahaan ke dalam bisnis yang tidak terkait untuk
mengurangi risiko jangka pendek dan memungkinkan mereka untuk menempatkan sedikit upaya ke dalam lini produk inti yang mungkin
akan menghadapi kesulitan tetapi hal tersebut dapat mengurangi dividen danatau harga saham. Menurut mereka, teori keagenan
berkaitan dengan menganalisis dan menyelesaikan dua masalah yang terjadi dalam hubungan antara principal pemilik pemegang saham
dan agen mereka top manajemen: 1 Masalah keagenan dapat timbul ketika a keinginan atau tujuan
dari pemilik dan konflik manajemen atau b adanya kesulitan atau biaya yang mahal bagi pemilik untuk memverifikasi apa
yang sebenarnya dilakukan oleh agen. Salah satu contoh ketika top manajemen lebih tertarik meningkatkan gaji pribadinya
daripada meningkatkan dividen. 2 Masalah pembagian risiko risk-sharing problem yang timbul
ketika pemilik dan agen memiliki sikap yang berbeda terhadap risiko. Eksekutif tidak dapat memilih strategi yang berisiko
karena mereka takut kehilangan pekerjaan mereka jika strategi gagal.
Menurut Alijoyo dan Zaini 2004:6, terdapat beberapa asumsi dasar yang membangun agency theory, yaitu diantaranya agency
conflict dan agency problem. Agency conflict yaitu kemungkinan
31
konflik dalam hubungan antara principal dan agen, akibat agen manajemen
melakukan tindakan
yang sesuai
dengan kepentingannya dimana dapat mengorbankan kepentingan pemegang
saham untuk memperoleh return dan nilai jangka panjang perusahaan. Agency conflict timbul pada hal-hal seperti moral
hazard, earning retention, risk aversion dan time horizon. Agency problem muncul sebagai akibat adanya kesenjangan
antara kepentingan pemegang saham sebagai pemilik dan manajemen sebagai pengelola. Pemilik memiliki kepentingan agar
dana yang diinvestasikan memperoleh return maksimal, sedangkan manajer berkepentingan terhadap perolehan insentif atas pengelolaan
dana pemilik. Menurut Alijoyo dan Zaini 2004:8 terdapat kelebihan dan
kelemahan agency theory. Pemisahan fungsi eksekutif dan fungsi pegawasan yang disyaratkan pada agency theory memungkinkan
terciptanya “check and balances” dalam korporasi sehingga terjadi
independensi yang sehat bagi para manajer untuk menghasilkan kinerja korporasi yang maksimal dan pengembalian yang memadai
bagi para pemegang saham. Potensi kelemahannya adalah bila tidak terjadi
“check and balances” yang wajar sehingga interaksi antara fungsi pengawasan oleh Chairman dengan fungsi pengelolaan CEO
akan terganggu. Akibatnya, proses pengambilan keputusan menjadi tidak efektif karena adanya pertentangan antara Chairman dan CEO.
32
b. Konsep Good Corporate Governance
Perusahaan semakin tergantung pada modal eksternal ekuitas dan pinjaman untuk pembiayaan kegiatan, investasi dan pertumbuhan
mereka. Oleh karena itu semakin meningkat kepentingan perusahaan untuk memastikan penggunaan dana eksternal dengan tepat dan seefisien
mungkin, dan fakta bahwa manajemen bertindak dalam kepentingan terbaik perusahaan. Jaminan tersebut diberikan oleh sistem good
corporate governance. Sebuah sistem good corporate governance yang sehat harus memberikan perlindungan yang efektif bagi pemegang saham
dan kreditur, sehingga mereka dapat meyakinkan diri untuk mendapatkan pengembalian yang tepat atas investasi mereka. Hal ini penting karena
membantu untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan yang efisien dan berkelanjutan dari sektor korporasi.
Sehingga good corporate governance dapat didefinisikan sebagai: seperangkat aturan yang mendefinisikan hubungan antara pemegang
saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan dan stakeholder internal atau eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan tanggung
jawab mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan diambil dari Cadbury Committee of United
Kingdom dalam www.fcgi.co.id. Menurut Surya dan Yustivananda 2008:120, Komite Cadbury
mendefinisikan corporate governance sebagai: Corporate governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan
33
dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menjamin
kelangsungan eksistensinya
dan pertanggungjawaban
kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik,
Direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya. Menurut Wheelen dan Hunger 2012:45 pengertian dari corporate
governance adalah: The term corporate governance refers to relationship among these three groups board of directors, top management, and
shareholder in determining the direction and performance of the corporation.
Bank Dunia World Bank mendefinisikan good corporate governance GCG sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-
kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber- sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan
ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan Effendi,2009:1.
Menurut Forum of Corporate Governance in Indonesia FCGI penerapan corporate governance memberikan empat manfaat, yaitu: 1
lebih mudah meningkatkan modal; 2 menekan biaya modal; 3 memperbaiki kinerja bisnis dan kinerja ekonomi; 4 memberikan
dampak yang baik terhadap harga saham. karena situasi Indonesia saat ini, privatisasi BUMN dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap
anggaran negara.
34
c. Prinsip-prinsip Corporate Governance
Penerapan good
corporate governance
GCG bermaksud
mengambil nilai-nilai baru, keyakinan dan asumsi-asumsi dasar dari hal- hal yang dikarakteristikkan tidak transparan, tidak adil, akuntabilitas dan
responsibilitas yang tidak jelas, menjadi hal baru yang dikarakteristikkan dengan
prinsip-prinsip utama:
transparency, accountability,
responsibility, independence, dan fairness Alijoyo dan Zaini, 2004:75. Pada tahun 2006, Indonesia melalui Komite Nasional Kebijakan
Corporate Governance KNKCG mengeluarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance GCG yang menetapkan 5 asas, yaitu:
1 Transparansi Transparency Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan
dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan agar objektivitas dalam menjalankan bisnis dapat
terjaga. Selain itu, perusahaan yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk
pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
2 Akuntabilitas Accountability Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai
kinerja yang
berkesinambungan. Perusahaan
harus bisa
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk dapat mencapai hal tersebut, perusahaan harus dikelola secara
35
benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya. 3 Responsibilitas Responsibility
Perusahaan harus mematuhi peraturan yang berlaku dan
melaksanakan tanggung jawabnya terhadap masyarakat dan lingkungan agar kesinambungan usaha dapat terpelihara dalam
jangka panjang. 4 Independensi Independence
Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing- masing organ di perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak
diintervensi oleh pihak lain. Hal ini dapat melancarkan pelaksanaan asas GCG.
5 Kewajaran dan Kesetaraan Fairness Perusahaan harus memperhatikan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
Prinsip ini sebenarnya merupakan serapan dari prinsip Organization for Economic Co-operation and Development OECD yang berlaku
internasional. Prinsip-prinsip KNKCG dibuat untuk menyesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Selain itu, penerapan ini juga merupakan
pelengkap untuk menyusun kebijakan corporate governance yang diwajibkan di Indonesia.
36
Adapun prinsip-prinsip corporate governance sesuai Pasal 3 Surat Keputusan Menteri BUMN No. 117M-MBU2002 Tanggal 31 Juli 2002
tentang Penerapan corporate governance pada BUMN sebagai berikut: 1 Transparansi Transparency
Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan pengungkapan informasi materil yang relevan mengenai
perusahaan. 2 Pengungkapan Disclosure
Penyajian informasi kepada para pemangku kepentingan, hak diminta maupun tidak diminta, mengenai hal-hal yang berkenaan
dengan kinerja operasional, keuangan, dan risiko usaha perusahaan. 3 Kemandirian Independence
Suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa konflik kepentingan dan pengaruh atau tertekan dari pihak manapun
yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan prindip-prinsip korporasi yang sehat.
4 Akuntabilitas Accountability Kejelasan
fungsi, pelaksanaan,
serta pertanggungjawaban
manajemen perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif dan ekonomis.
5 Pertanggungjawaban Responsibility Kesesuaian pengelola perusahaan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku pada prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
37
6 Kewajaran Fairness Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak pemangku
kepentingan yang timbul sebagai akibat dari perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Evaluasi Governance
Dalam bukunya, Wheelen dan Hunger 2012:56 menyatakan bahwa untuk membantu investor mengevaluasi corporate governance suatu
perusahaan, sejumlah layanan pemeringkat independen, seperti Standard Poor SP,
Moody‟s, Morningstar, The Corporate Library, Institutional Shareholder Services ISS, dan Governance Metrics
International GMI, telah membentuk kriteria good governance. SP Corporate Governance Scoring System meneliti empat isu utama, sebagai
berikut: 1 Struktur kepemilikan
Menurut Grassa 2015, berdasarkan pada teori keagenan agency theory, mekanisme governance dapat memonitor kinerja dan
keputusan manajemen yang memiliki kecenderungan terhadap perilaku kepentingan pribadi mereka self-interest dan menjaga
kepentingan pemegang saham atau obligasisukuk minoritas. Struktur kepemilikan merupakan elemen penting dalam corporate
governance.
38
a Blockholder Blockholder adalah jumlah investor yang memiliki saham
perusahaan lebih dari 5. Bhojraj dan Sengupta 2003 menyebutkan bahwa dalam literatur blockholding terdiri dari
dua hipotesis. Pertama hipotesis private benefits, dimana blockholder dapat mengakses private information dan dapat
mempengaruhi kebijakan politik, sosial dan lingkungan dalam perusahaan. Dalam hipotesis private benefit ini, blockholder
memiliki pengaruh yang tidak semestinya pada manajemen untuk mengamankan keuntungan yang merugikan penyedia
modal lainnya. Kedua, hipotesis shared benefits, dimana blockholder melakukan pemantauan yang lebih efisien terhadap
manajemen dan manfaat dari pemantauan tersebut diketahui juga oleh seluruh pemangku kepentingan. Jika hipotesis private
benefits yang lebih dominan, maka blockholder memiliki hubungan negatif dengan rating, sedangkan dengan yield
memiliki hubungan yang positif, tetapi, jika hipotesis shared benefits yang lebih dominan, maka blockholder memiliki
hubungan yang positif terhadap rating, sedangkan dengan yield memiliki hubungan negatif.
b Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah investor dari pihak institusi
yang dengan adanya investor institusi dapat memantau
39
manajemen menjadi lebih efisien, yang akan menguntungkan semua pemegang saham. Lebih jauh lagi, pemantauan oleh
pihak investor institusi dapat menurunkan kepentingan pribadi manajer dan membawa keuntungan bagi pemegang obligasi
Ashbaugh et al, 2004. Bhojraj dan Sengupta 2003 mengatakan bahwa perusahaan dengan kepemilikan institusional
yang besar dapat meningkatkan rating obligasi dan menurunkan risiko gagal bayar default risk. Hal ini disebabkan karena
investor institusi mempunyai daya pengendali yang lebih baik dibandingkan investor individu dan aktivitas pengawasannya
dapat mengurangi agency risk. 2 Transparansi Keuangan dan Pengungkapan Informasi
Transparansi pada laporan keuangan dianggap dapat mengurangi asimetri
informasi antara
perusahaan dengan
pemasok modalinvestor Ashbaugh et.al, 2004. Keandalan dan transparansi
informasi keuangan dapat dilihat dari kualitas dan integritas proses audit, dan adanya komite audit yang berfungsi melakukan
pemeriksaan dan penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan perusahaan.
3 Hak dan Hubungan Stakeholder Mengenai Keuangan Isu ini mencerminkan perlakuan perusahaan terhadap hutang dan
ekuitas stakeholder serta keseimbangan kekuasaan antara kelompok stakeholder dan manajemen. Elemen penting dalam isu ini apakah
40
perusahaan mempertahankan tingkat pengedalian perusahaan serta keterbukaan terhadap perubahan manajemen dan kepemilikan.
4 Struktur Dewan Dalam isu ini, corporate governance menguraikan beberapa hal
salah satunya jumlah dewan direksi serta apakah komisaris independen mewakili semua stakeholder.
a Board Size Board size dapat diartikan sebagai jumlah direktur yang
menjabat dalam dewan. Direktur berfungsi sebagai pengelola executive board bertanggung jawab kepada pemegang saham
melalui Rapat Umum Pemegang Saham RUPS Alijoyo, 2004:39. Aman dan Nguyen 2013 mengungkapkan bahwa
dewan direksi merupakan karakteristik governance yang penting karena dapat mengawasi keputusan manajer secara efektif.
Namun disisi lain, semakin besar jumlah dewan direksi akan menyebabkan masalah koordinasi yang besar. Elhaj et.al 2015
juga mengungkapkan bahwa, menurut teori keagenan, membatasi jumlah dewan direksi pada tingkat tertentu umumnya
dapat meningkatkan kinerja keuangan. Menurut Wheelen dan Hunger 2012:50, sebagai contoh, masalah keagenan ini
muncul dari keinginan top manajemen atau direktur dalam meningkatkan gaji mereka dibandingkan meningkatkan dividen
saham.
41
b Komisaris Independen Komisaris independen adalah anggota komisaris yang berasal
dari luar perusahaan tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan yang dipilih secara transparan dan independen,
memiliki integritas dan kompetensi yang memadai, bebas dari pengaruh yang berhubungan dengan kepentingan pribadi atau
pihak lain, serta dapat bertindak secara objektif dan independen dengan berpedoman pada prinsip-prinsip good corporate
governance transparency,
accountability, responsibility,
independence dan fairness Alijoyo, 2004:54. Keberadaan komisaris independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim
yang lebih objektif dan independen, dan juga menjaga “fairness” serta mampu memberikan keseimbangan antara kepentingan
pemegang saham mayoritas dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas, bahkan kepentingan
para stakeholders lainnya Alijoyo dan Zaini, 2004:50.
5. Peringkat