peningkatan peran dewan perwakilan rakyat dalam penyelesaian dan optimalisasi program legislas nasional prioritas.
BAB V : Bab lima akan menjelaskan tentang kesimpulan dan saran
berdasarkan bab-bab sebelumnya.
19
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT
A. Pengertian Legislasi
Kata “legislasi” berasal dari bahasa inggris “legislation” yang berarti perundang-undangan dan pembuatan Undang-Undang. Sementara itu kata
“legislation” berasal dari kata kerja “to legislate” yang berarti mengatur atau membuat Undang-Undang.
1
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI kata legislasi memiliki makna suatu proses pembuatan aturan perundang-
undangan. Selama ini ada kerancuan peristilahan antara legislasi dan legislatif,
sebagaimana dipaparkan oleh Attamimi, istilah yang popular dan lazim digunakanan adalah kata sifat “legislatif”, seperti kekuasaan legislatif yang
menunjuk pada trias politika dari Monstesquieu, di samping kekuasaan eksekutif dan kekuasaaan yudikatif. Bila akhirnya kata legislasi diterima,
kata-kata eksekutif dan yudikatif akan berubah menjadi eksekusi dan yudikasi yang arti dan pengertianya menjadi lain sama sekali. Kata legislasi belum
terdapat dalam kamus besar bahasa Indonesia, serta tidak terdapat dalam bahasa Belanda yang di bidang hukum dan perundang-undangan sering
menjadi sumber kata- kata Indonesia yang berakhiran “si”, seperti polisi, grasi
1
John M. Echols dan Hasaan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997, Cet.Ke-26, h. 353
atau delegasi. Memang dalam bahasa Inggris terdapat kata “legislation”, yang
dalam bahasa Indonesia te rjemahanya adalah “perundang-undangan”, dan
dalam bahasa Belanda disebut “wetgeving”
2
Legislasi juga merupakan proses pembentukan hukum tertulis denganmelalui negara. Rousseau, sebagaimana dikutip john Bell dan Sophie
Boyron, mendefinisikan: “Legislation is an expression of the general will, such that a free
people is only bound by the laws which they have made for them selves”
3
Sebagai sebuah fungsi untuk membentuk Undang-Undang, legislasi merupakan sebuah proses legislation as a process. Oleh karena itu,
Woodrow Wilson dalam bukuny a “Congressional Government” mengatakan
bahwa legislation is an aggregate, not a simple production. Berhubungan dengan hal tersebut, Jeremy Bentham dan John Austin mengatakan bahwa
legislasi sebagai “any form of law-making”. Dengan demikian, bentuk peraturan yang ditetapkan oleh oleh lembaga legislatif untuk maksud
mengikat umum dapat dikaitkan dengan pengertian “enected law”, “statue”,
2
Uli Sintong Siahaan dan Siti Nur Solehah, Peran Politik DPR-RI Pada Era Reformasi Jakarta: Sekretaris Jenderal DPR RI, 2001, cet.Ke-1, h.33
3
Jazuni, Legislasi Hukum Islam Di Indonesia Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2005, cet.Ke-1, h. 33