Peran Badan Legislasi Nasional dalam Penyusunan Program Legislasi Nasional

Rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama disampaikan oleh pimpinan DPR RI kepada Presiden untuk ditandatangani untuk disahkan. Apabila dalam jangka waktu 15 hari kerja, Rancangan Undang-Undang tersebut belum disahkan, maka pimpinan DPR RI mengirim surat kepada Presiden untuk meminta penjelasan. Apabila tidak juga disahkan oleh Presiden dalam waktu paling lambat 30 hari kerja sejak Rancangan-Undang-Undang disetujui, maka Rancangan-Undang- Undang tersebut sah menjadi Undang-Undang. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia mengundangan dengan menempatkanya dalam lembaran negara. 17 4. Proses Sosialisasi dan Evaluasi Sosialisasi Undang-Undang dilakukan baik oleh Pemerintah maupun DPR RI . DPR RI dapat melakukan sosialisasi atau pemantauan terhadap Undang-Undang pada masa reses masa DPR tidak bersidang. Apabila ditemui suatu Undang-Undang yang efektif dalam implementasinya atau mengalami hambatan dalam penerapanya, maka DPR RI dapat mengajukan usulan untuk melakukan perubahan terhadap Undang- Undang tersebut. Apabila suatu Undang-Undang tidak dapat berlaku efektif, karena paraturan pelaksanaanya belum lengkap, maka DPR RI dapat mengingatkan Pemerintah untuk segera melengkapi peraturan pelaksanaanya. 17 Uli Sintong Siahaan dan Siti Nur Solehah, Peran Politik DPR-RI Pada Era Reformasi Jakarta: Sekretaris Jenderal DPR RI, 2001, cet.Ke-1, h.17 53

BAB IV FAKTOR-FAKTOR DAN UPAYA BADAN LEGISLASI SEBAGAI ALAT

KELENGKAPAN DPR RI DALAM PENYELESAIAN DAN OPTIMALISASI PROGRAM LEGISLASI NASIONAL PRIORITAS TAHUN 2015-2016

A. Faktor yang Mempengaruhi Optimalisasi Badan Legislasi Nasional

Nasional Sebagai Alat Kelengkapan Dewan dalam Penyelesaian Program Legislasi Nasional Prioritas. Indonesia sebagai negara yang menganut dan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat yang sesuai termaktub dalam UUD 1945 tentunya harus memiliki lembaga yang merepresentatifkan masyarakat. Dalam kelaziman teori ketatanegaraan di Indonesia lembaga negara yang mewakili masyarakat dalam Pemerintahan adalah lembaga legislatif seperti DPR RI, DPRD dan DPD RI. Karena sesuai dengan tugas dan fungsi yang diamanatkan oleh Undang-Undang bahwa tugas lembaga legislatif adalah melakukan pengawasan terhadap lembaga eksekutif, melakukan pembuatan produk hukum dan yang terakhir adalah penganggaran keuangan negara. 1 Dalam tugas dan fungsi lembaga legislatif di Indonesia yang paling dominan terhadap kepentingan masyarakat adalah fungsi legislasi. Dalam struktur kelembagaan DPR RI, DPRD dan DPD RI tentunya memiliki alat kelengkapan yang bertanggung jawab terhadap penyusunan, kordinasi dan 1 Ahmad Yani, Pembentukan Undang-Undang dan Peraturan Daerah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, cet.Ke-1, h.64. persiapan Rancangan Undang-Undang yang akan di bahas di rapat paripurna. Dalam tubuh DPR RI dan DPRD memiliki alat kelengkapan dewan yang bertanggung jawab terhadap penyusunan, kordinasi dan persiapan Rancangan Undang-Undang adalah Badan Legislasi Nasional Nasional atau Daerah sedangkan untuk DPD RI memiliki alat kelengkapan Dewan yang dinamakan Panitia Perancang Undang-Undang. Dalam fungsi legislasi di DPR RI Badan Legislasi Nasional sebagai alat kelengkapan dewan memiliki peran penting dalam pengkordinasian dan perumusan Rancangan program legislasi nasional jangka panjang dan jangka tahunan 2 . sesuai dengan Tata Tertib Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat No 1 Tahun 2014, Badan Legislasi Nasional melakukan pengharmonisasian, pembulatan pemantapan dan serta memberikan pertimbangan kepada Anggota, komisi, atau gabungan komisi sebelum disampaikan kepada pimpinan DPR RI. 3 Tetapi pada kenyataanya prestasi Badan Legislasi Nasional sebagai motor pergerakan perumusan Program Legislasi Nasional belum sesuai dengan harapan masyarakat banyak. Banyaknya Rancangan Undang-Undang 2 Dalam perumusan dan pengkordinasiaan program legislasi nasional Badan Legislasi Nasional memiliki program jangka panjang dan jangka tahunan. Jangka panjang artinya adalah program Rancangan Undang-Undang yang sudah dirumukan oleh Badan Legislasi untuk satu periode lima tahun sekali. Sedangkan untuk program tahunan dinamakan program legislasi prioritas yang akan dibahas setiap tahunya. 3 Sekretaris Jenderal DPR RI, Reformasi Dewan Perwakilan Rakyat di Indonesia Jakarta: Sekretatis Jenderal DPR RI, 2006 h. 32 yang disusun menjadi program legislasi nasional prioritas setiap tahunya tidak berarti semuanya berhasil disahkan menjadi Undang-Undang. Pada tahun 2015 saja terdapat sekitar 39 Rancangan Undang-Undang yang harus disahkan pada tahun 2015. Namun pada faktanya selama satu tahun bekerja Badan Legislasi Nasional Nasional yang di wakilkan seluruh anggota DPR RI baru berhasil mengesahkan 3 Rancangan Undang-Undang menjadi Undang- Undang. Minimnya kinerja Badan Legislasi Nasional Nasional dan seluruh anggota DPR RI dalam penyelesaian masa program legislasi nasional prioritas disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang mengakibatkan minimnya kinerja legislasi DPR RI adalah diantaranya sebagai berikut. 1. Dalam rapat pleno Badan Legislasi Nasional banyak fraksi-fraksi yang meminta penundaan Rancangan-undang yang akan dibahas bersama. Alasanya fraksi-fraksi ingin mengkaji, membahas dan mempertimbangkan kembali Rancangan Undang-Undang yang akan dibahas. 2. Banyaknya temuan tumpang tindih Rancangan Undang-Undang yang seharusnya dijadikan satu Rancangan Undang-Undang seperti contoh Rancangan Undang-Undang Pengelolaan Ibadah Haji yang diusulkan oleh komisi delapan DPR RI dan Rancangan Undang-Undang Keuangan Ibadah Haji. Lalu Rancangan Undang-Undang yang diusulkan komisi enam DPR RI tentang perkoperasian dan Rancangan Undang-Undang yang disulkukan Pemerintah tentang Lembaga Keuangan Mikro. 3. DPR RI sebagai lembaga legislatif justru tidak memaksimalkan peran Badan Legislasi dan lembaganya dalam menjalankan kekuasaan legislasi yang sangat besar. Terbukti dari 40 Rancangan Undang-Undang yang disahkan menjadi program legislasi nasional prioritas tahun 2015 terdapat sekitar 20 Rancangan Undang-Undang yang diusulkan oleh Pemerintah. 4. Pelibatan tenaga perancang, peneliti, tenaga ahli maupun sistem pendukung lainya tidak dimaksimalkan secara penuh oleh Badan Legislasi Nasional. Padahal peran tenaga perancang, peneliti, tenaga ahli dalam peningkatan performa penyelesaian program legislasi nasional sangatlah penting. 5. Agenda studi banding ke luar negeri sebagai acuan komparasi dan pembelajaran alat kelengkapan Badan Legislasi dalam membentuk aturan perundang-undangan yang tidak terlalu signifikan. 6. Minimnya tingkat kehadiran anggota DPR RI dalam rutinitas rapat pleno Badan Legislasi. 7. Proses pembahasan dan pengambilan putusan terhadap sebuah Rancangan Undang-Undang di DPR RI lebih rumit dan lebih lama. Hal ini terjadi karena DPR RI bersifat kolegial dan di isi demikian banyak anggota dan berbagai fraksi yang beragam paham dan sikap politiknya serta kepentingan. Untuk memperoleh sikap dan pandangan antar fraksi sudah tentu membutuhkan waktu yang sangat tidak cepat dikarenakan harus