Pengertian Legislasi TINJAUAN TEORITIS TENTANG LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT

negara, termasuk di bidang legislasi. Untuk mewujudkan Pemerintahan yang baik di bidang legislasi maka mekanisme pembentukan peraturan perundang- undangan juga harus mengacu pada atau memperhatikan prinsip-prinsip good governance yang paling relevan untuk diterapkan adalah partisipasi, transparasi, kesetaraan, daya tanggap, wawasan kedepan, akuntabilitas, efesiensi dan efektifitas serta profesionalisme 5

B. Teori Perwakilan

Alfred de Grazia dalam tulisanya mengenai perwakilan politik bahwa perwakilan diartikan sebagai hubungan diantara dua pihak, yaitu wakil dengan terwakil dimana wakil memegang kewenangan untuk melakukan berbagai macam tindakan yang berkenaan dengan kesepakatan yang dibuatnya dengan terwakil. 6 Dalam hal melaksanakan kewenangan ini, rakyat yakin bahwa segeala kehendak dan segala kepentinganya akan diperhatikan didalam pelaksanaan kekuasaan negara. Cara melaksanakan kekuasaan negara ialah senantiasan mengingat kehendak dan keinginan rakyat. Jadi, setiap tindakan dalam melaksanakaan kehendak negara tidak bertentangan dengan kehendak dan kepentingan rakyat, bahwa sedapat mungkin berusahan memen uhi segela keinginan rakyat. 7 5 Maria farida, Ilmu Perundang-undangan, Dasar dan Pembentukanya Yogyakarta: Kanisius, 2002, cet.Ke-5, h.2. 6 Arbi Sanit, Perwakilan Politik di Indonesia Jakarta: CV. Rajawali, cet.Ke-1, 1985, h 1. 7 C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia 2 Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003, cet. Ke-2, h. 44. Teori perwakilan yang dikemukakan oleh Goerge Jillinek adalah teori mandat. 8 Dalam teori mandat, si wakil dianggap duduk di lembaga perwakilan karena mendapat mandat dari rakyat sehingga disebut mandataris. Ajaran ini muncul di Prancis sebelum revolusi dan dipelopori oleh Rosseau dan diperkuat oleh Petion. Sesuai dengan perkembangan zaman, maka teori mandat inipun menyesuaikan diri dengan kebutuhan zaman. Pertama kali lahir teori mandat ini disebut sebagai : 1. Mandat Imperatif Menurut ajaran teori ini si wakil bertindak dan bertugas di lembaga perwakilan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh yang diwakilinya. Si wakil tidak boleh bertindak diluar instruksi tersebut dan apabila ada hal- hal yang tidak terdapat dalam instruksi-instruksi tersebut, maka si wakil harus mendapat instruksi baru yang diwakilinya baru dapat melaksanakanya. 2. Mandat Bebas Ajaran ini dipelopori oleh Abbe Sieyes di Prancils dan Black Stone Inggris. Ajaran ini mengajarkan bahwa si wakil dapat bertindak tanpa tergantung dengan instruksi yang diwakilinya. Menurut ajaran ini si wakil adalah orang-orang yang terpercaya dan terpilih serta memiliki kesadaran 8 Abu Daud Busroh, Ilmu Politik Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010, cet.Ke-7, h.69. hukum masyarakat yang di wakilinya, sehingga si wakil dapat bertindak atas nama yang diwakilinya atau atas nama masyarakat. 3. Mandat Representatif Dalam teori ini si wakil dianggap bergabung dalam suatu lembaga perwakilan Parlemen. Rakyat memilih dan menberikan mandat pada lembaga perwakilan Parlemen, sehingga si wakil sebagai individu tidak ada hubungan dengan pemiliknya apalagi pertanggung jawabanya. Lembaga perwakilan Parlemen inilah yang akan bertanggung jawab terhadap rakyat. Menurut John Stuart Mill, yaitu satu-satunya Pemerintahan yang sepenuhnya dapat memenuhi tuntutan suatu kondisi sosial adalah yang didalamnya seluruh warga dapat berpartisipasi; yang setiap pertisipasinya berguna, bahkan dalam fungsi public yang terkecil; yang dimanapun partisipasinya itu seharusnya besar yang diberikan tingkat perbaikan umum masyarakat; dan pada akhirnya yang tak lebih diharapkan adalah pengakuan seluruh warga negara untuk berbagi kekuasaan dalam memerintah negara. Namun dalam sebuah masyarakat yang melebihi kota kecil, ketika semua tidak dapat berpartisipasi secara pribadi dalam segala hal selain hanya pada beberapa bagian urusan public yang sangat kecil, tampaknya tipe ideal untuk suatu Pemerintahan yang sempurna haruslah berupa perwakilan. 9

C. Teori Organisasi Negara

Pembahasan tentang organisasi dan kelembagaan negara, hal pokok dapat dimulai dengan mempersoalkan hakikat kekuasaan yang dilembagakan atau diorganisasikan kedalam bangunan kenegaraan. Kuncinya pada apa dan siapa yang memegang kekuasaan tertinggi atau yang biasa disebut sebagai pemegang kedaulatan sovereignty dalam suatu negara. Sehubungan dengan konsep tertinggi dan konsep kedaulatan, dalam filsafat hukum dan kenegaraan, dikenal adanya lima ajaran atau teori yang biasa diperdebatkan dalam sejarah, yaitu kedaulatan tuhan Sovereignty of God, Kedaulatan Raja Sovereignty of the King, Kedaulatan Hukum Sovereignty of Law, Kedaulatan Rakyat Poeple’s Sovereignty dan ajaran kedaulatan negara State’s Sovereignty. 10 Menurut John A. Jacobson, bahwa secara umum, struktur organisasi lembaga perwakilan rakyat terdiri dari dua bentuk yaitu lembaga perwakilan rakyat satu kamar unicameral dan lembaga perwakilan rakyat dua kamar bicameral. 11 Dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia sesuai dengan apa 9 Efriza, Ilmu Politi Bandung: Alfabeta, 2013, cet.Ke-3, h.112. 10 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitualisme Indonesia Jakarta: Sinar Grafika, 2011, Cet.Ke-2 h.135 11 Saldi Isra, Penataan Lembaga Perwakilan Rakyat Sistem Trikameral di Tengah Supremasi Dewan Perwakilan Rakyat, Jurnal Konstitusi, Vol No. 1, Juli 2004, h.116.