b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR RI, DPR RI, DPD RI dan
DPRD. c.
Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan dan Penglolaan Program Legislasi Nasional. Peraturan Presiden ini merupakan
turunan atau ketentuan lebih lanjut dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Dalam Peraturan Presiden
tersebut dijelaskan bahwa penyusunan Program Legislasi Nasional di lingkungan DPR RI dikondisikan oleh alat kelengkapan dewan yakni Badan Legislasi
Nasional Baleg, sedangkan dilingkungan Pemerintah di kordininasikan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
d. Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor
01DPR RI2009 tentang Tata Tertib yang menegaskan salah satu tugas Badan Legislasi Nasional adalah menyusun Program Legislasi Nasional.
2. Penyusunan Program Legislasi Nasional di lingkungan DPR RI
Badan Legislasi Nasional dalam mongkordinasikan penyusunan Program Legislasi Nasional dapat meminta atau memperoleh bahan dan atau masukan dari
masyarakat, komisi, fraksi, dan atau DPD RI. Secara lebih lengkap penyusnan Program Legislasi Nasional di lingkungan DPR RI dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut. a.
Badan Legislasi Nasional dalam membentuk Program Legislasi Nasional di lingkungan DPR RI meminta usulan daftar RUU yang akan di usulkan dari fraksi,
komisi, atau DPD RI paling lambat 1 satu masa masa sidang sebelum dilakukan penyusunan Program Legislasi Nasional.
b. Usulan disampaikan oleh fraksi, komisi, atau DPD RI paling lambat 20 dua
puluh hari kerja dalam masa sidang sebelum dilakukan penyusunan program Legislasi Nasional.
c. Usulan dari fraksi atau komisi disampaikan oleh pimpinan fraksi atau pimpinan
komisi kepada pimpinan Badan Legislasi Nasional Baleg d.
Usulan dari DPD RI disampaikan oleh pimpinan DPD RI kepada pimpinan DPR RI dan oleh pimpinan DPR disampaikan kepada Badan Legislasi Nasional.
e. Apabila dipandang perlu, dalam penyusunan Program Legislasi Nasional, Badan
Legislasi Nasional dapat mengundang pimpinan fraksi, komisi, pimpinan alat kelengkapan DPD RI yang khusus menangani bidang legislasi, dan atau
masyarakat. f.
Usulan dari masyarakat diusulkan kepada pimpinan Badan Legislasi Nasional. g.
Masukan disampaikan secara tertulis kepada pimpinan Badan Legislasi Nasional dengan menyebutkan daftar judul Rancangan Undang-Undang disertai dengan
alasan yang memuat urgensi atau tuijuan penyusunan, sasaran yang ingin di wujudkan, objek yang akan diatur dan jangkuan serta arah pengaturan.
h. Usul Rancangan Undang-Undang yang diajukan oleh fraksi, komisi, DPD RI dan
masyarakat di inventarisasi oleh sekretariat Badan Legislasi Nasional, selanjutnya dibahas dan ditetapkan oleh Badan Legilasi untuk menjadi bahan kordinasi
dengan menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang peraturan perundang-undangan.
i. Daftar usulan Rancangan Undang-Undang dari fraksi, komisi, DPD RI dan
masyarakat yang telah di inventarisasi, selanjutnya dibahas dan ditetapkan oleh
Badan Legislasi Nasional untuk menjadi bahan kordinasi dengan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
13
Berikut digambarkan skema alur penyusunan Program Legislasi Nasional di lingkungan DPR RI.
Gambar 2. Skema Alur Penyusunan Prolegnas di Lingkungan DPR RI
D. Badan Legislasi Nasional sebagai Alat Kelengkapan DPR RI
Badan Legislasi Nasional Baleg Pertama kali dibentuk pada tahun 1999 berdasarkan Peraturan Tata Tertib DPR yang ditetapkan oleh DPR RI pada tanggal 23
September 1999. Badan Legislasi Nasional DPR RI mempunyai tugas sebagai berikut : 1.
Merencanakan dan menyusun program serta urutan prioritas pembahasan Rancangan Undang-Undang, baik yang datang dari Pemerintah maupun usul inisiatif DPR RI,
untuk 1 satu masa keanggotaan DPR RI dan setiap tahun sidang. 2.
Membantu menyiapkan Rancangan Undang-Undang usul inisiatif DPR RI. 3.
Mengikuti perkembangan dan megawasi pelaksanaan Undang-Undang dan peraturan perundang-undangan lainya berkordinasi dengan komisi-komisi.
13
Ahmad Yani, Pembentukan Undang-Undang dan Peraturan Daerah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, cet.Ke-1, h.36.
Masyarakat Komisi
Fraksi Badan Legislasi
DPD RI
Konsep Program Legislasi Nasional DPR RI di kordinasikan oleh Badan Legislasi
Satu Masa Sidang
Pimpinan DPR RI
4. Melakukan evaluasi terhadap program penyusunan Rancangan Undang-Undang.
5. Membuat inventarisasi masalah hukum dan perundang-undangan pada akhir masa
keanggotaan DPR RI.
14
E. Peran Badan Legislasi Nasional dalam Penyusunan Program Legislasi Nasional
Penyusunan Program Legislasi Nasional merupakan salah satu tugas dari dari Badan Legislasi Nasional DPR RI. Tugas tersebut dirumuskan dalam pasal 42 ayat 1
haruf a peraturan Peraturan Tata Tertib DPR RI dengan kalimat sebagai berikut : “Menyusun Program Legislasi Nasional yang memuat daftar urutan Rancangan Undang-
Undang untuk satu masa keanggotaan dan prioritas untuk setiap tahun anggaran, yang selanjutnya akan dilaporkan oleh rapat paripurna untuk ditetapkan dengan keputusan
DPR RI”. Penyusunan program serta urutan prioritas tersebut dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu :
1. Menginvetarisasi masukan dari anggota Fraksi, Komisi, DPD dan masyarakat untuk
ditetapkan menjadi keputusan Badan Legislasi Nasional. 2.
Keputusan seabagaimana dimaksud pada angka 1 merupakan bahan konsultasi dengan Pemerintah.
3. Hasil konsultasi dengan Pemerintah dilaporkan kepada rapat paripurna untuk
ditetapkan. Penyusunan program dan urutan prioritas disertai pula dengan evaluasi. Oleh
karena itu, Badan Legislasi Nasional diberikan wewenang pula untuk melakukan evaluasi terhadap program dan urutan prioritas Rancangan Undang-Undang. Adapun tahapan
14
Sekretaris Jenderal DPR RI, Reformasi Dewan Perwakilan Rakyat di Indonesia Jakarta: Sekretatis Jenderal DPR RI, 2006 h. 47
Badan Legislasi Nasional sebagai alat kelengkapan dewan dalam optimalisasi dan penyelesaian Program Legislasi Nasional sebagai berikut.
1. Tahapan Penyusunan dan Pengajuan
Pasal 21 UUD 1945 menyebutkan bahwa anggota DPR RI berhak mengajukan usul Rancangan Undang-Undang. Pasal 5 ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa
Presiden berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada DPR RI. Selanjutnya pasal 22D ayat 1 UUD 1945 DPD RI dapat mengajukan kepada DPR
RI Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan serta pemekaran suatu daerah, pembentukan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi daerah serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Dengan demikian, Rancangan Undang-
Undang dapat berasal dari DPR RI, Presiden dan DPD RI. Berdasarkan pasal 16 UU No 12 tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Rancangan
Undang-Undang yang diajukan disusun berdasarkan Program Legislasi Nasional. Namun hanya DPR RI dan Presiden yang berhak mengajukan RUU diluar Program
Legislasi Nasional.
15
2. Pembahasan
Pembahsan Rancangan Undang-Undang di DPR RI dilakukan oleh Komisi, Badan Legislasi Nasional atau Panitia Khusus melalui dua tingkat Pembicaraaan
Tingkat I dilakukan dalam rapat Komisi atau rapat Badan Legislasi Nasional atau rapat Panitia Khusus bersama Pemerintah. Pembicaraan Tingkat I meliputi :
15
Uli Sintong Siahaan dan Siti Nur Solehah, Peran Politik DPR-RI Pada Era Reformasi Jakarta: Sekretaris Jenderal DPR R, 2001, cet.Ke-1, h.13.
a. Pandangan dan pendapat Fraksi terhadap Rancangan Undang-Undang dari
Pemerintah; atau pandangan dan pendapat Fraksi-fraksi dan DPD RI terhadap Rancangan Undang-Undang dari Pemerintah untuk Rancangan Undang-Undang
tertentu; Atau Pandangan dan pendapat Pemerintah terhadap Rancangan undang-udnang dan DPR
RI atau pandangan dan pendapat Pemerintah dan DPD RI terhadap Rancangan- Undang-Undang tertentu.
b. Tanggapan Pemerintah atas pandangan Fraksi-fraksi atau tanggapan Pemerintah
atas pandangan dan pendapat Fraksi-fraksi dan DPD RI untuk Rancangan Undang- Undang tertentu.
c. Pembahasan Rancangan Undang-Undang berdasarkan daftar inventarisasi masalah.
pembahahasan lebih mendetail, pasal demi pasal bahkan menyangkut tata bahasa Dalam pembicaraan tingkat I ini DPR RI dapat mengadakan rapat internal dalam
rapat dengar pendapat dengan masyarakat untuk mencari masukan atau menangkap aspirasi dari masyarakat pada tingkat ini, kegiatan RPDU atau kepanjangan dari Rapat
Dengar Pendapat Umum dalam rangka menangkap aspirasi masyarakat menjadi faktor penting dalam kinerja DPR RI. Lalu pada Pembicaraan Tingkat II dilakukan dalam
Rapat Paripurna. Pembicaraan Tingkat II meliputi : a.
Penyampaian laporan hasil Pembicaraan Tingkat II. b.
Pendapat akhir Fraksi-fraksi dan pendapat akhir Pemerintah. c.
Pengambilan keputusan.
16
3. Proses Pengesahan dan Pengundangan
16
Uli Sintong Siahaan dan Siti Nur Solehah, Peran Politik DPR-RI Pada Era Reformasi Jakarta: Sekretaris Jenderal DPR RI, 2001, cet.Ke-1, h.36