Teori Organisasi Negara TINJAUAN TEORITIS TENTANG LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT

fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. 14 Pada hakikatnya tiga fungsi utama DPR RI memiliki hubungan yang erat dan ketiga fungsi ini selalu bersentuhan dengan fungsi lainnya, misalnya ketika DPR RI menghasilkan Undang-Undang yang kemudian disetujui bersama dengan Presiden, maka DPR RI harus mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan produk Undang-Undang oleh lembaga Eksekutif yakni Presiden. 15 Berdasarkan pasal 2A Ayat 1 menyatakan, DPR RI merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara, yang memiliki fungsi antara lain : a. Fungsi legislasi yaitu fungsi untuk membentuk Undang-Undang yang dibahas oleh Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. b. Fungsi anggaran, yaitu fungsi untuk menyusun dan menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD RI. 14 A.M. Fatwa, Potret Konstitusi Pasca Amandemen UUD 1945 Jakarta: Kompas, 2009, cet.Ke-1 h.310. 15 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012, cet.Ke-5, h.184. c. Fungsi pengawasan, yaitu fungsi melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UUD 1945, udnang-undang, dan peraturan pelaksananya. 16 Untuk melaksanakan tugas dan wewenang itu, DPR RI sebagai lembaga perwakilan rakyat dibekali berbagai hak. Pertama, hak meminta keterangan kepada Presiden. Kedua, hak penyelidikan. Ketiga. Hak atas melakukan perubahan atas Rancangan Undang-Undang. Keempat, hak mengajukan peryataan pendapat. Kelima, hak untuk mengajukan seseorang untuk megisi jabatan lembaga tinggi negara jika ditentukan oleh Undang- Undang. Keenam, hak mengajukan Rancangan Undang-Undang. Selain itu, anggota DPR RI secara perseorangan dibekali hak mengajukan pertanyaan, hak protokoler dan hak keuangan dan administratif. 3. Dewan Perwakilan Daerah DPD RI dibentuk untuk lebih mengembangkan sistem birokrasi di Indonesia dan untuk menampung aspirasi di daerah agar mempunyai wadah untuk mencurahkan harapan daerah dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. posisi seperti masyarakat tidak menyerahkan kekuasaan keapda penguasa secara langsung dan tidak diserahkan kepada siapa saja secara seporadis, akan tetapi kekuasaan itu diserahkan kepada orang-orang yang dianggap berkompeten. 16 Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945 Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2011, cet.Ke-2, h.193. Kehadiran DPD RI pada era reformasi paling tidak memberikan angin segar dalam memperjuangkan aspirasi kedaerahan karena memperoleh perhatian besar dari publik, masalah yang menyangkut ketidakpuasan daerah mendapat media yang luas untuk diperbincangkan dan dibahas secara terbuka sehingga menjadi wacana public. Pemahaman tersebut membuka jalan kepada daerah-daerah untuk lebih bebas dan mandiri dalam mengatur serta memprakarsai daerah masing-masing. Dalam menjalankan kewenanaganya, DPD RI memiliki fungsi yang hampir sama dengan DPR RI yakni diantaranya adalah fungsi pengawasan, fungsi anggaran dan fungsi legislasi. 17 17 Muhammad Yusuf, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Arsitektur Histori, Peran dan Fungsi DPD RI Terhadap Daerah di Era Otonomi Daerah Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, cet.Ke-1, h. 70. 31

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERAN DPR RI DALAM MENJALANKAN FUNGSI

LEGISLASI A. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPR RI 1. Landasan Yuridis Dewan Perwakilan Rakyat Dasar yuridis keberadaan Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPRD dan DPD dan pasal 1 ayat 2 UUD 1945 mengamanatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat yang didalam pelaksanaanya menganut prinsip kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Untuk melaksanakan prinsip dari kedaulatan rakyat tersebut, perlu diwujudkan lembaga perwakilan rakyat, lembaga perwakilan daerah yang mampu mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi serta dapat menyerap dan serta memperjuangkan aspirasi rakyat. salah satu hal penting dalam amandemen UUD 1945 adalah penataan kembali sistem perwakilan. 1 Sejalan dengan perkembangan kehidupan ketatanegaraan dan politik bangsa di Indonesia, telah dibentuk Undang-Undang No 22 Tahun 2003 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, DPRD, yang dimaksudkan sebagai upaya penataan susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD, DPRD. Dalam perkembangannya Undang- Undang No 22 Tahun 2003 diubah dengan Undang-Undang No 27 Tahun 2009 Tentang MPR, DPR, DPD, DPRD. Frasa “Susunan dan Kedudukan” pada Undang- Undang sebelumnya dihapuskan. Penghapusan tersebut dimaksudkan untuk tidak membatasi pengaturan yang hanya terbatas pada materi muatan susunan dan 1 Sebastian Salang. Dkk, Menghindari Jeratan Hukum Bagi Anggota Dewan Jakarta: Forum Sahabat, 2009, cet.Ke-1, h.62. kedudukan saja, tetapi juga mengatur hal-hal lain yang sifatnya lebih luas. Hal ini dilakukan dalam upaya pengefektifan kelembagaan MPR, DPR, DPD dan DPRD. Walaupun telah menjalankan fungsi legislasi secara optimal, DPR tetap saja tidak lepas dari kesan atau penilaian yang kurang bagi berbagai kalangan. Sejumlah produk legislasi DPR dianggap kurang sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Produk legislasi yang berupa Undang-Undang terkesan tidak serius dirancang dan dibahas, sebaliknya berdasarkan kepentingan kelompok dan kompromi politik. 2 Oleh karenanya seiring perkembangan dinamika hukum ketatanegaraan dan dinamika politik yang terjadi di DPR RI maka dibentuklah Undang-Undang terbaru yang dapat mengakomodasi dan mengawal proses fungsi DPR RI yaitu Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPRD dan DPD. 2. Struktur Organisasi dan Kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat Secara garis besar DPR RI memiliki tiga tugas dan kewenangan pokok. Pertama, kewenangan legislatif membentuk Undang-Undang dan menetapkan Anggaran Pendapatan Belanja Nasional bersama Presiden. Kedua, kewenangan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang, Anggaran Pendapatan Belanja Nasional dan kebijakan Pemerintah. Ketiga, adalah kewenangan anggaran terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Nasional. 3 2 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang atas Perubahan Undang-Undang No 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, DPRD. h. 5. 3 Ahmad Yani, Pembentukan Undang-Undang dan Peraturan Daerah Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, cet.Ke-1, h. 135. DPR RI sebagaimana telah disebutkan tentang tugas dan kewenanganya dalam UUD 1945 dalam rangka membatasi kekuasaan agar tidak bertindak sewenang- wenang, rakyat kemudian memilih perwakilanya untuk duduk dalam Pemerintahan. DPR RI juga dapat mengawasi tindakan-tindakan Presiden jika Presiden melanggar haluan negara yang telah ditetapkan UUD 1945. 4 Gambar 1 . Struktur Organisasi DPR RI 4 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012 cet.Ke-5, h.38. Ketua DPR RI Wakil Ketua DPR RI I Wakil Ketua DPR RI III Wakil Ketua DPR RI II Wakil Ketua DPR RI IV Komisi I, II dan III Kordinator Bidan Politik dan Kemanan Badan Kerjasama antar Parlemen dan Badan Legislasi Nasional Komisi VII, IX dan X Kordinator Bidan Kesejahteraan Rakyat Mahkamah Kehormatan Dewan Komisi IV, V, VI dan VII Kordinator Bidang Industri dan Pembangunan Komisi IX Kordinator Bidang Ekonomi dan Keuangan Badan Anggaran 3. Fungsi Legislasi Pemisahan yang tegas antara cabang kekuasaan eksekutif dan cabang kekuasaan legislatif menjadi titik penting untuk menjelaskan fungsi legislasi dalam sistem Pemerintahan Presidensial. Dalam pandangan Paul Christhoper Manuel dan Anne M. Camissa, salah satu karakter mendasar dari sistem presedensial adalah pemisahan kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif. Dengan pemisahan itu, dalam sistem presedensial, badan legislate menentukan agendanya sendiri, membahas dan menyerujui Rancangan Undang-Undang pun sendiri pula. Biasanya, badan legislatif mengusulkan dan memformulasikan dan dapat bekerjsama dengan eksekutif dalam merumuskan legislasi , terutama pada saat partai politik yang sama berkuasa di keudua cabang Pemerintahan itu. 5 DPR RI hasil pemilu tahun 1999 adalah DPR yang terpilih dalam iklim politik yang relative demokratis sejak berakhirnya era orde baru pada tahun 1998. Dengan demikian, DPR RI sekarang memiliki kesempatan lebih besar untuk menjalankan fungsi-fungsinya secara optimal. 6 Perubahan pertama terhadap UUD 1945 terjadi pada 19 Oktober 1999, dalam sidang umum MPR yang berlangsung tanggal 14-21 Oktober 1999. Dalam perubahan ini, terjadi pergeseran kekuasaan Presiden dalam membentuk Undang-Undang, yang diatur dalam pasal 5, berubah menjadi Presiden berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang, dan DPR RI memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang Pasal 20 UUD 1945. Perubahan pasal ini memindahkan 5 Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi “Menguatnya Model Legislasi Parlementer dalam Sistem Presid ensial Indonesia” Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, cet.Ke-3, h. 82. 6 T.A. Legowo, Dkk, Lembaga Perwakilan Rakyat di Indonesia Studi dan Analisis Sebelum dan Setelaah perubahan UUD 1945 Jakarta: Formappi, 2005, cet.Ke-1, h.84.