Gambar 3. Hierarki Strategi Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Desa Kusu Lovra Kecamatan Kao Kabupaten Halmahera Utara
4 HASIL PENELITIAN
4.1 Kondisi Umum Nelayan Halmahera utara
Luas perairan Halmahera Utara adalah 19.536,02 Km
2
atau 76 dari luas wilayah keseluruhan, mengandung berbagai sumber daya perikanan yang bernilai
ekonomis penting. Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Kelautan kabupaten Halmahera Utara standing stock perikanan sebesar 89.865,69 Tontahun, potensi
lestari Maksimum Sustainable Yield MSY yang dapat dimanfaatkan setiap tahun diperkirakan sebesar 26.946,41 tontahun dengan perincian sebagai berikut:
Perikanan pelagis : 17.986,44 tontahun, Perikanan demersel : 71.879,25 tontahun. Perikanan laut di Halmahera Utara merupakan daerah sebaran jenis ikan Pelagis
dan Demersal yang mempunyai nilai ekonomis penting, Laporan tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan kabupaten Halmahera Utara, 2008.
Menurut laporan tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Halmahera Utara tahun 2008, produksi perikanan laut dapat mencapai sebesar
14.686,581 ton. Secara keseluruhan jenis ikan ekonomis penting yang terdapat dalam sumberdaya alam laut di kabupaten Halmahera Utara yaitu : cakalang
Katsuwonus pelamis, tatihu madidihang Thunnus albacores, mata besar Thunnus abesus
, albacore Thunnus alalunga, layang Decapterus spp, kembung Rastreliger sp, lemuru Clupea spp, teri Stolephorus spp, komo Auxis spp, bubara Caranx
spp, julung Hanirhampus sp, ikan terbang Cypsilerus sp peperek Leiognathus sp, beloso Sameda sp, biji nangka Upeneus spp, gerot-gerot Prada tyas spp, ikan
merah Lutjanus spp, kerapu Ephynephelus sp, suwangi Priocathus sp, kakap Lotes spp, cucut Hemigalerus sp, pari Trygen sp, bawal hitam Pormia niger,
bawal putih Panpus argentus, baronang Siganus sp, jenis – jenis bukan ikan krustasea, moluska, echinodermata dan rumput laut, serta terumbu karang. Sumber
daya alam pantai yaitu : ketam kenari Birgus latro, penyu, burung laut, hutan mangrove. Dalam perairan ini terdapat juga jenis udang Penaied sp, kepiting
Brachyura sp, cumi-cumi Chaphalopoda sp, kerang mutiara Pinctada maxima, tapis-tapis Pinctada margaritifera, lola Trochus niloticus, teripang Holothuridae sp.
Dalam laporan yang sama juga menyebutkan bahwa di beberapa wilayah kecamatan yang berada di wilayah perairan Teluk Kao merupakan daerah
penangkapan jenis ikan komersial, cakalang, tuna, komo, kerapu, kakap merah, baronang, ekor kuning, sedangkan alat tangkap yang dominan digunakan nelayan
untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan di perairan Teluk Kao adalah jaring. Alat tangkap jaring tetap lebih dominan digunakan pada perairan pantai yang jaraknya
dari pantai kurang dari 6 mil. Produksi ikan dengan menggunakan jenis alat tangkap tersebut antara lain ikan ekor kuning dan ikan komo.
Selain memiliki luas perairan laut yang potensial, kabupaten Halmahera Utara dikaruniakan sumberdaya darat, tanah yang subur yang ditumbuhi berbagai
jenis pohon dan tanaman yang dapat diusahakan masyarakat berupa tanaman hortikultura, tanaman perkebunan dan tanaman pangan, menjadi kekuatan
penopang sumber pendapatan masyarakat. Masyarakat Halmahera Utara terdiri dari berbagai etnis diantaranya etnis
Tobelo, Kao, Galela, Tobaru sebagai suku-suku asli dan suku-suku pendatang diantaranya; suku Batak, Jawa, Toraja, Ambon, Minahasa, Bugis-Makasar, Cina,
Buton Sanger dan Talaud. Etnis-etnis ini sudah sejak lama berbaur dalam kehidupan masyarakat di Halmahera Utara. Keterbukaan yang tinggi terhadap
siapa saja dimiliki oleh masyarkaat Halmahara Utara karena filosofi “Hibualamo” yang dianut masyarakatnya. Hibualamo adalah rumah besar tempat berkumpulnya
komunitas masyarakat asli untuk membicarakan berbagai persoalan dalam komunitas tersebut. Hibualamo sebagai Rumah besar dibangun dalam bentuk segi
delapan tanpa dinding, dengan filosofi siapapun dapat bertetduh dirumah itu. Selain keterbukaan, nilai-nilai kebersamaan, tolong-menolong, membantu orang
lain dalam keadaan susah, telah membentuk pola hidup masyarakat yang gampag, tidak perlu terlalu sulit menghadapi kehidupan kesehariannya. O’dora, mencintai,
menyayangi; O’leleani, melayani merupakan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat adat Hibualamo.
Kondisi itu menyebabkan masyarakat Halmahera Utara di era sampai dengan tahun 1980-an tidak sulit dalam menghadapi hidup, dan hidup dibangun
dengan biaya yang masih relativ kecil. Kondisi hidup seperti ini berlangsung sudah sangat lama yang menyebabkan masyarakat setempat terlena. Etos kerja menjadi
relatif rendah kerena semua kebutuhan telah terpenuhi dengan mudah dan
masyarakat bisa hidup dengan nyaman. Mereka menganggap bahwa dari hasil kebun saja mereka bisa hidup dengan aman dan nyaman. Sebagai ilustrasi, jika kita
melihat buah-buahan di kebun orang lain, jika kita menghendakinya kita bisa mengambilnya dengan bebas, asalkan sekembali dari kebun dapat diinformasikan
kepada pemiliknya. Artinya bahwa kondisi kesejahteraan masyarakat ketika itu sudah cukup sejahtera dengan ketersediaan sumberdaya alam di sekitarnya.
Berbeda dengan kondisi sekarang, sejak era 1990-an, masyarakat sudah mulai menganggap uang menjadi penting bagi kehidupannya, oleh karena itu semua hasil
sumberdaya sudah dapat diperdagangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Dengan perkembangan kondisi terakhir inilah membuat sebagian
besar masyarakat desa di kabupaten Halmahera Utara mengalami kesulitan dalam menghadapi kehidupan kesehariannya terutama dalam upaya membangun masa
depan kehidupan keluarga sejahtera.
4.2 Sumber Pendapatan Nelayan