masyarakat bisa hidup dengan nyaman. Mereka menganggap bahwa dari hasil kebun saja mereka bisa hidup dengan aman dan nyaman. Sebagai ilustrasi, jika kita
melihat buah-buahan di kebun orang lain, jika kita menghendakinya kita bisa mengambilnya dengan bebas, asalkan sekembali dari kebun dapat diinformasikan
kepada pemiliknya. Artinya bahwa kondisi kesejahteraan masyarakat ketika itu sudah cukup sejahtera dengan ketersediaan sumberdaya alam di sekitarnya.
Berbeda dengan kondisi sekarang, sejak era 1990-an, masyarakat sudah mulai menganggap uang menjadi penting bagi kehidupannya, oleh karena itu semua hasil
sumberdaya sudah dapat diperdagangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Dengan perkembangan kondisi terakhir inilah membuat sebagian
besar masyarakat desa di kabupaten Halmahera Utara mengalami kesulitan dalam menghadapi kehidupan kesehariannya terutama dalam upaya membangun masa
depan kehidupan keluarga sejahtera.
4.2 Sumber Pendapatan Nelayan
Kabupaten Halmahera Utara secara geografis sebagian besar adalah wilayah laut yang dapat menggambarkan bahwa masyarakat dalam aktifitasnya
baik segi ekonomi, sosial dan lain-lain selalu ada hubungan dengan perairan laut. Pemukiman masyarakat pada umumnya berada pada pesisir pantai dan pulau-
pulau tetapi sumber pencaharian utama adalah sebagai petani dengan mengembangkan tanaman Kelapa dan berbagai jenis tanaman perkebunan seperti
cengkeh, pala, kakao, vanili juga berbagai jenis tanaman hortikurltura dan tanaman pangan. Oleh karena itu selain bermata pencaharian sebagai petani, sector
perdagangan dan perikanan juga mulai diusahakan oleh masyarakat di Halmahera Utara. Khusus pada sektor perikanan masyarakat memanfaatkan sumberdaya ini
sebagai pekerjaan sambilan Nelayan di desa Kusu Lovra terbagi menjadi dua kelompok yaitu nelayan
katinting dan buruh nelayan katinting. Nelayan katinting yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah nelayan yang melakukan penangkapan dengan perahu katinting milik sendiri. Sedangkan buruh nelayan katinting yaitu nelayan yang
melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan perahu katinting milik orang lain. Pendapatan buruh nelayan diperoleh melalui pembagian hasil penangkapan
dengan pemilik perahu katinting setelah dikurangi total biaya operasional. Pemilik perahu katinting mendapat setengah dari total pendapatan bersih, begitu juga
dengan buruh nelayan mendapat bagian yang sama dengan pemilik perahu katinting.
Secara umum, nelayan desa Kusu Lovra tidak sepenuhnya mengandalkan pendapatannya dari hasil melaut, tetapi banyak juga dari mereka yang sumber
pendapatannya dari hasil bekerja sebagai petani, khususnya petani kopra. Rata-rata pendapatan dari sektor pertanian tanaman kelapa sebesar Rp. 450.000,- per bulan
dari lahan seluas 1 sampai 2 hektar. Satu kilogram kopra dijual seharga Rp.3.000,- dari rata-rata kopra yang dihasilkan sebanyak 1.200 kilogram. Sedangkan panen
kelapa dilakukan setiap tiga kali dalam setahun. Sebagian besar dari mereka menjual kelapa di lokasi pemanenan tanpa harus membawanya ke pasar, atau
penjual yang datang langsung ke kebun kelapa, tetapi ada sebagian masyarakat yang sudah sejak awal menerima panjar sehingga hasil kelapa mereka dijual kepada
langganan mereka. Model yang terakhir ini terkadang selaku petani kelapa ada dalam ketidakberdayaan karena harga dapat dimainkan oleh pembeli langganan
tersebut, dengan berbagai alasan diantaranya bunga atas panjar yang telah diambil. Bagi nelayan maupun buruh nelayan di desa Kusu Lovra, pendapatan dari
hasil kebun dianggap sebagai pendapatan tambahan yang diperoleh tanpa mengorbankan waktu yang cukup banyak. Mereka menjual hasil kebun kelapa
setelah kelapa terlihat mulai mengering. Pendapatan kotor nelayan dari hasil melaut sebesar Rp.100.000-150.000hari.
Setelah pendapatan tersebut dikurangi dengan total biaya operasional, sisanya kemudian dibagi dua antara pemilik perahu dengan buruh nelayan. Rata-rata biaya
operasional perhari untuk nelayan katinting adalah sebesar Rp.41.000. Sehingga
rata-rata pendapatan bersih untuk nelayan maupun untuk buruh nelayan perhari sebesar kurang lebih Rp.42.000,- Begitu juga pendapatan untuk buruh nelayan. Jika
diasumsikan berdasarkan pengalaman nelayan desa Kusu Lovra bahwa penangkapan efektif 14 hari dalam sebulan maka rata-rata pendapatan nelayan
adalah sebesar Rp.588.000- per bulan. Upah Minimum Propinsi UMP Maluku Utara tahun 2008 sebesar Rp. 700.000,-per bulan, pada tahun 2009 naik sebesar 10
menjadi Rp. 770.000,-per bulan .
4.3 Tingkat Pendidikan