program peningkatan produktivitas nelayan desa Kusu Lovra dapat dilihat pada lampiran lampiran 2.
5.2.2 Peningkatan Peran Kelembagaan Lokal
Dalam upaya untuk meningkatkan peran kelembagaan lokal, hasil SWOT menegaskan bahwa ada dua prioritas program yang dapat dilaksanakan yaitu
membentuk kelompok usaha bersama bagi istri nelayan, dan kedua adalah memberikan pelatihan diversifikasi usaha pengolahan ikan. Dari kedua program
tersebut, memberikan pelatihan diversifikasi usaha pengolahan ikan mendapat prioritas paling tinggi, sedangkan prioritas program membentuk kelompok usaha
bersama bagi istri nelayan merupakan prioritas kedua. Kegiatan usaha ekonomi di desa Kusu Lovra hingga saat ini masih dilakukan
secara individu, belum ada kelompok usaha bersama yang lahir dari masyarakat nelayan sendiri. Kondisi ini memang sangat sulit bagi masyarakat desa umumnya di
Halmahera Utara karena tingkat kepercayaan antar sesama dalam masyarakat sudah sangat rendah terutama menyangkut dengan soal-soal keuangan, disamping itu
kemampuan mengelola usaha bersama juga masih rendah karena keterbatasan sumberdaya manusia. Pada hal dengan berkelompok maka beban bisa menjadi lebih
ringan, kemungkinan mendapatkan dukungan dari pihak luar lebih besar dibandingkan usaha dilakukan secara perorangan. Oleh karena itu pendampingan
untuk penguatan dalam rangka pembiasaan pengelolaan usaha bersama menjadi sangat penting diperhatikan. Pendamping atau Penyuluh tidak hanya ditugaskan
datang dan memberikan penyuluhan, tetapi peran pendampingan untuk melatih ketelatenan masyarakat, membangun dan memperkuat kebiasaan baru, menjadi kunci
membangun budaya baru terhadap kemampuan usaha masyarakat. Hubungan kerja yang terjadi saat ini adalah hubungan antara atasan dengan
bawahan atau pemilik perahu dengan buruh nelayan dengan sistem bagi hasil. Penghasilan diperoleh ketika buruh nelayan melaut, ketika buruh nelayan tidak
melaut maka pemilik perahu juga ikut tidak mendapatkan penghasilan. Kondisi ini mestinya dipahami bersama antar kedua pihak agar kerja-kerja yang saling
menguntungkan dapat diupayakan dan jangan satu pihak saja yang dikorbankan, oleh karena itu dalam kegiatan kunjungan pendampingan untuk penguatan, pendamping
atau juga penyuluh, mestinya memiliki kesempatan untuk mencairkan suasana ini, mengkomunikasikan kondisi ini agar para pihak yang bekerja sama berada dalam
hubungan kemitraan yang saling menguntungkan dan menghargai otonomi masing- masing, karena itu upaya saling menghargasi perlu mendapat tempat yang istimewa
dalam hugungan kerjasama itu. Keberadaan koperasi simpan pinjam di desa Kusu Lovra belum bisa
dimanfaatkan secara optimal oleh nelayan dan masyarakat setempat, alasannya karena bunga pinjaman yang ditetapkan oleh koperasi dinilai terlalu tinggi jika
hendak meminjam uang. Nelayan setempat juga tidak ada yang menjadi anggota dari koperasi tersebut. Meskipun ada koperasi yang menawarkan kemudahan, dan bunga
pinjaman yang relatif lebih rendah, tidak semua nelayan maupun masyarakat mengetahui keberadaan maupun jasa yang ditawarkan oleh koperasi tersebut.
Mencermati kondisi seperti ini, peran pendamping sangat dibutuhkan. Pendamping mestinya dapat mengupayakan untuk memiliki informasi, paling tidak
mengupayakan informasi untuk diteruskan kepada masyarakat, sekaligus dapat mengajak masyarakat, membiasakan masyarakat untuk belajar bagaimana cara
mengakses informasi, dan memanfaatkan peluang-peluang disekitarnya untuk kepentingan peningkatan usaha mereka.
Desa Kusu Lovra secara geografis terletak cukup jauh dari ibu kota kabupaten yang menjadi sumber pasokan berbagai kebutuhan baik kebutuhan rumah
tangga maupun kebutuhan usaha. Banyak kebutuhan masyarakat dan nelayan yang harus dipasok dari pusat ibu kota kabupaten seperti BBM, es batu, dan kebutuhan
pokok lainnya. Hingga saat ini semua kebutuhan tersebut masih dipenuhi oleh masing-masing anggota masyarakat. Selain itu, pemasaran hasil produksi ikan,
dilakukan dengan cara masing-masing kepada para pedagang maupun kepada konsumen. Hal-hal inilah yang menjadi peluang untuk dilakukannya usaha secara
berkelompok, misalnya segala kebutuhan nelayan dan masyarakat tersebut disediakan oleh kelompok usaha bersama, sehingga keuntungan nantinya bisa
dinikmati bersama-sama. Begitu juga dengan proses pemasaran, pemasaran bisa
dilakukan melalui kelompok usaha bersama, sehingga harga yang ditetapkan sama antara nelayan yang satu dengan nelayan yang lain terhadap jenis dan ukuran
spesifikasi hasil tangkapan yang sama. Pembentukan kelompok usaha bersama ini harus dibangun atas dasar
kepentingan bersama dan adanya tujuan bersama yang ingin dicapai secara bersama pula. Kelompok usaha bersama ini dibentuk tidak hanya bagi para nelayan,
melainkan dapat melibatkan istri-istri nelayan yang sebagian besar aktivitasnya di darat sambil menunggu suami mereka pulang melaut.
Adapun kegiatan usaha bersama yang bisa dilakukan oleh para istri nelayan adalah usaha pengeringan ikan, atau inti dari kegiatan usaha istri nelayan adalah
mengolah ikan menjadi produk yang memiliki nilai tambah, sehingga membuka peluang bagi para istri nelayan untuk membantu menambah penghasilan rumah
tangga nelayan. Hasil analisa A’WOT diketahui bahwa yang menjadi prioritas pertama dalam
upaya peningkatan kapasitas kelembagaan lokal adalah memberikan pelatihan diversifikasi usaha pengolahan ikan. Pelatihan bagi anggota kelompok merupakan
pemberian modal yang sangat penting dalam melakukan kegiatan usaha. Sebab modal dalam melakukan usaha tidak hanya dalam bentuk uang semata, tetapi
keterampilan dan pengetahuan mengenai jenis usaha yang akan mereka lakukan merupakan modal yang paling mendasar. Tanpa adanya keterampilan dari masing-
masing anggota, maka kegiatan usaha yang akan dilakukan menjadi sia-sia. Jenis pelatihan yang akan diberikan sangat tergantung pada minat dari
masing-masing anggota dan ketersediaan sumberdaya alam yang ada disekitar tempat tinggal mereka. Misalnya mereka tinggal di daerah pesisir, maka pelatihan
keterampilan yang sesuai diberikan adalah pelatihan pengolahan ikan menjadi barang yang memiliki nilai tambah, seperti membuat ikan asap, pengeringan, penggaraman,
pindang, terasi, pengasapan, tepung ikan dan kerupuk. Kegiatan semacam ini sudah lama dilakukan di beberapa kecamatan di
kabupaten Halmahera Utara, kecuali di kecamatan Kao dan kecamatan Galela. Selain pelatihan untuk memperkuat keterampilan pemanfaatan sumberdaya ikan terutama
pada musim panen besar, pelatihan-pelatihan lainpun menjadi penting. Salah satu persoalan yang juga menonjol di desa Kusu Lovra adalah persoalan kemampuan
mengelola keuangan dari pendapatan. Oleh karena itu pelatihan pengaturan ekonomi rumah tangga menjadi pilihan pendukung agar keluarga-keluarga nelayan memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang baik untuk mengatur dan mengelola keuangan dari pendapatan mereka dan secara bijak dapat memanfaatkan pendapatan sesuai
dengan tingkat kebutuhan dan bukan keinginannya. Model pelatihan yang dilakukan adalah betul-betul pelatihan dimana selama
proses pelatihan berlangsung, terjadi pengalihan kertampilah dari pelatih kepada yang dilatih dan bukan pelaksanaan ceramah, penyuluhan, seperti seorang guru
mengajar pada murid-muridnya. Dalam pemberdayaan, proses itu menjadi sangat penting, karena di dalam proses itulah, pendamping, fasilitor dapat mengajak dan
membimbing masyarakat untuk belajar membiasakan diri. Secara garis besar rencana program peningkatan peran kelembagaan local desa Kusu Lovra dapat dilihat pada
lampiran lampiran 2.
5.2.3 Konservasi sumberdaya ikan