Tempat dan Waktu Analisis Data

BAB III BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Ruang Analisis Genetik, Bagian Silvikultur, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan Juni sampai bulan November 2009. 3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Populasi Penelitian Bahan tanaman yang digunakan sebagai contoh uji adalah berupa daun S. laevis yang diambil dari tujuh populasi berasal dari daerah di Kalimantan, yaitu Bukit Bangkirai, Batu Ampar, Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma SBK, IUPHHK PT. ITCIKU, Berau, IUPHHK PT Suka Jaya Makmur, IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber Sarpatim. Untuk lebih lengkapnya rincian lokasi populasi pengambilan daun pohon contoh S. laevis disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Koordinat lokasi populasi pengambilan daun pohon contoh Shorea laevis No PopulasiLokasi Kabupaten Provinsi Jumlah pohon contoh Letak geografis Arah Bujur Arah Lintang 1 Batu Ampar Kutai Timur Kalimantan Timur 20 116 48’ BT 00 45’ LU 2 PT. Sari Bumi Kusuma Seruyan Kalimantan Tengah 20 111 18’ BT 01 59’ LS 3 P.T. ITCIKU Penajam Paser Utara Kalimantan Timur 20 117 6’ BT 01 18’ LS 4 Bukit Bangkirai Kutai Kartanegara Kalimantan Timur 20 117 32’ BT 01 15’ LS 5 Berau Berau Kalimantan Timur 20 117 o 24 BT 02 o 36LS 6 PT. Suka Jaya Makmur Ketapang Kalimantan Barat 20 1104954, 2 BT 013107, 2 LS 7 PT. Sarmiento Parakantja Timber SARPATIM Seruyan Kalimantan Tengah 20 1120313, 7 BT 014058, 3 LS Keterangan: 1 = Batu Ampar, 2= PT. Sari Bumi Kusuma, 3= PT. ITCIKU, 4=Bukit Bangkirai, 5=Berau, 6= PT. Suka Jaya Makmur dan 7 =PT. Sarmiento Prakantja Timber Sarpatim Gambar 2 Peta lokasi populasi pengambilan daun pohon contoh Shorea laevis

3.2.2 Alat dan Bahan Analisis Genetik

Alat dan bahan yang digunakan untuk teknik analisis genetik dengan penanda Mikrosatelit terbagi dalam berbagai tahap pekerjaan, yaitu tahapan ekstraksi DNA, uji kualitas DNA, PCR dan visualisasi DNA serta analisis data. Alat dan bahan yang digunakan pada teknik analisis genetik disajikan pada Tabel 2. 2 5 1 4 3 6 7 Tabel 2 Alat dan bahan untuk teknik analisis genetik Analisis Tahapan Pekerjaan Ekstraksi Uji kualitas DNA PCR Visualisasi DNA Analisis Data Mikrosatelit Alat : sarung tangan karet, gunting, tube 2 ml, alat tulis, mortar, pestel, sudip, mikropipet, tips, rak tube, vorteks, mesin sentrifugasi, waterbath, freezer,desikator. Alat : sarung tangan, timbangan analitik , gelas ukur, tabung erlenmeyer, bakcetakan agar, microwave, mikropipet, mesin elektroforesis fisher scientific, bak EtBr, kameraalat foto DNA, mesin UV Transiluminator, laptop. Alat : sarung tangan, tube 0.2 ml, rak mikrotube, spidol permanen, alat tulis, mikropipet, tips, mesin sentrifugasi, mesin PCR PTC - 100. Alat : sarung tangan, piringan kaca kecil, mesin elektroforesis fisher scientific, mikropipet, tips, magnetic stirrer, mesin sentrifugasi, kontainerbak plastik, shaker, kamera, laptop. Alat : laptop, sofwer Popgene versi 1.31, NTSys versi 2.0. Bahan : buffer ekstrak, PVP 1 , Chloroform IAA, Isopropanol dingin, NaCl, Etanol 95 , buffer TE. Bahan : agarose, bufer TAE 1 x, DNA hasil ekstraksi, Blue juice 10x, EtBr. Bahan : DNA, primer spesifik forward dan reverse Shc dan Sle, Green Go Taq Polymerase, nukleas free water Bahan : akrilamid, bisakrilamid, TEMED, APS, buffer TBE1x, bind slane,etanol, asam asetat, aquades, Silver nitrat, formaldehid, NaOH.

3.3 Prosedur Penelitian

Secara umum prosedur penelitian dengan metode mikrosatelit dapat dilihat pada Gambar 3. Pewarnaan silver nitrat PCR primer terbaik PCR seleksi primer Elektroforesis agarose 1 Ekstraksi DNA Pewarnaan staining Pembuatan gel poliakrilamid dan Elektroferesis Gambar 3 Bagan Alur Penelitian Contoh uji daun Tidak Pewarnaan silver nitrat Elektroferesis gel poliakrilamid Foto Tidak Interpretasi dan Analisis Data Popgene Deskriptif NTSys Pengambilan sample contoh daun

3.3.1 Contoh daun

Contoh daun yang digunakan adalah daun Shorea laevis yang diambil dari setiap individu pohon sebanyak 20 individu pohon per lokasi, dengan jumlah lokasi sebanyak tujuh lokasi. Sehingga secara keseluruhan contoh daun yang digunakan pada penelitian ini berasal dari 140 individu pohon. Adapun penentuan individu pohon untuk pengambilan contoh daun pada suatu lokasi dilakukan secara acak. Contoh daun S. laevis yang diambil dari setiap lokasi dimasukkan ke dalam plastik yang berisi silika gel. Fungsinya agar daun tetap terjaga kualitasnya sehingga daun menjadi tidak rusak. Selanjutnya daun disimpan di dalam freezer dan setelah dikeluarkan dari freezer maka daun harus segera dilakukan ekstraksi. Menurut Karsinah dalam Husnaeni 2008 hal ini dapat menyebabkan terjadinya pelepasan enzim nuklease yang dapat merusak DNA.

3.3.2 Ekstraksi DNA

Kegiatan ekstraksi DNA dari daun S. laevis dilakukan dengan menggunakan metode CTAB Cetyl Trimethyl Ammonium Bromide Doyle dan Doyle 1990 yang telah dimodifikasi untuk mendapatkan DNA yang cukup murni. Sampel daun 2 x 2 cm digerus dengan menggunakan nitrogen cair di dalam pestel yang bersih. Hasil gerusan selanjutnya dipindahkan ke dalam tube 1,5 ml, lalu hasil gerusan ditambahkan 500-700 mikroliter larutan buffer ekstrak Tris-HCl, EDTA, NaCl, CTAB, Air, dll dan 100 mikroliter PVP 1. Fungsi buffer ekstrak dan PVP adalah mempercepat proses penghancuran. Tahapan selanjutnya dilakukan proses inkubasi di dalam waterbath selama 45 menit-1 jam pada suhu 65 o -70 o C. Apabila proses inkubasi melebihi suhu optimal maka DNA yang ada dalam tube akan rusak. Jika proses inkubasi telah selesai maka tube diangkat dan didinginkan ± 15 menit. Untuk mengikat DNA ditambahkan kloroform 500 mikroliter, selanjutnya campuran tersebut dikocok agar menjadi homogen dan di sentrifuse pada kecepatan 13.000 rpm selama 2 menit. Proses sentrifugasi dilakukan untuk memisahkan bahan-bahan kimia atau fase organik dari fase air berupa supernatan. Yang digunakan untuk tahapan selanjutnya adalah fase air yang berisi benang-benang nukleat. Untuk itu fase air dipisahkan dari fase organik dengan menggunakan mikro pipet lalu fase air dipindahkan ke dalam tube baru. Kegiatan di atas dilakukan sebanyak dua kali. Selanjutnya ditambahkan isopropanol dingin 500 mikroliter dan NaCl 300 mikroliter, lalu disimpan dalam freezer selama 45 menit sampai 1 jam. Pemberian isopropanol dingin dan garam NaCl akan menyebabkan pengendapan DNA dan terbentuknya benang-benang asam nukleat yang halus berwarna putih. Hasil pengendapan disentrifugasi pada kecepatan 13.000 rpm selama 2 menit dan cairan dalam tube dibuang. Pembuangan cairan ini harus dilakukan secara hati-hati agar pellet DNA yang mengendap tidak terbuang. Kegiatan selanjutnya adalah proses pencucian DNA dengan menambahkan etanol 95 sebanyak 300 mikroliter, lalu disentrifugasi pada kecepatan 13.000 rpm selama 2 menit dan cairan dalam tube dibuang dibuang kembali dan dilakukan secara hati- hati. Proses tersebut dilakuakan 2 kali. Pellet DNA yang ada di tube dikeringkan dengan cara disimpan di dalam desikator secara terbalik agar silikagel di dalam desikator dapat menyerap cairan yang ada dalam tube selama ± 15 menit dan setelah itu ditambahkan larutan buffer TE 20 mikroliter, lalu divortek dan disentrifugasi kembali.

3.3.3 Uji Kualitas dan Kuantitas DNA

Uji kualitas DNA dilakukan dari hasil ekstraksi DNA yang berupa pellet DNA yang telah ditambahkan buffer TE. Uji kualitas DNA ini dilakukan pada gel agarose dengan konsentrasi sebesar 1 bv, dimana 33 ml buffer TAE 1x dicampurkan dengan 0,33 gram agarose untuk cetakan 17-25 sumur. Campuran agar 1 tersebut dimasukkan ke erlenmeyer dan dipanaskan ke dalam microwave untuk selanjutnya dituangkan ke dalam cetakan dan ditunggu sampai menjadi padat, kemudian disimpan di dalam bak elektroforesis yang berisi buffer TAE. Komposisi yang harus dimasukkan ke dalam lubang sumur adalah 3 mikro liter Blue juice 10x dan 4 mikro liter DNA. Elektroforesis dilakukan dengan menggunakan aliran listrik dengan tegangan 100 volt sekitar 30 menit. Proses elektroforesis yang dilakukan secara horizontal, dilihat dari posisi agar pada bak elektroforesisnya. Pada prinsipnya, proses elektroforesis ini dilakukan dengan memigrasikan DNA dalam gel agarose dari arus - ke arus +. Hasil dari elektroforesis ini dapat dilihat dengan menggunakan pewarnaan pada larutan Ethidium Bromida EtBr dengan konsentrasi 0,01 vv. Terlebih dahulu gel agarose direndam dalam larutan EtBr ini selama 15 menit dan selanjutnya pita DNA hasil ekstraksi dilihat dengan menggunakan UV transiluminator dan didokumentasikan menggunakan kamera untuk difoto. Hasilnya dapat diinterpretasi dan dianalisis.

3.3.4 Polymerase Chain Reaction PCR Mikrosatelit

DNA hasil proses ekstraksi sebelum dilakukan amplifikasi PCR harus dilakukan pengenceran DNA. Pengenceran DNA dilakukan dengan menggunakan aquabidest. Besarnya perbandingan antara DNA dengan aquabidest tergantung dari tebal dan tipisnya DNA genomik hasil dari ekstraksi. Prinsip proses PCR adalah suatu siklus berjangka pendek 30-60 detik dengan tiga perubahan suhu yang berubah secara cepat. Komposisi bahan untuk reaksi PCR mikrosatelit telah ditentukan yang terdiri atas H 2 O, Green go taq, primer forward dan reverse, DNA isolasi. Reaksi PCR mikrosatelit tersebut dilakukan dengan menggunakan mesin PTC-100 Progammable Thermal Cycler MJ Research, Massachussetts, USA. Komposisi bahan untuk reaksi PCR Mikrosatelit dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Komposisi bahan untuk reaksi PCR Mikrosatelit No. Nama Bahan 1 sampel reaksi X sample reaksi 1 H 2 O 2 mikro liter X x 2 mikro liter 2 Green Go Taq 7.5 mikro liter X x 7.5 mikro liter 3 Primer Forward and Reverse 2 mikro liter X x 2 mikro liter 4 Cetakan DNADNA isolasi 2 mikro liter X x 2 mikro liter Proses mikrosatelit pada daun S. laevis ini dilakukan dengan menggunakan 5 primer spesifik yang telah dipakai untuk jenis Shorea leprosula. Daftar nama- nama primer spesifik pada pada jenis Shorea leprosula dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Primer spesifik pada jenis Shorea leprosula Ng 2008 No. Lokus Repeat PCR Primer 5’ to 3’ PCR Product Length Annealing Temp C

1. Sle01

AT 12 F:TCGTACTGATAATCGG R:GTTTATAGGCTGATAATATGATTTA 179- 188 45

2. Sle02

AGC9 F:GGAGGAGAGAAACGAAG R:GTTTGAGGTAGGTAATAACGAGC 142- 160 45

3. Sle05

TA9 F:ACTAATAATGCTTGTGGTAAT R:GTTTGTAACTAACCTCTAATGCCT 175- 191 45

4. Sle07

GAA7 F:AGAAGAATATGGGTACGAACTG R:GTTTGAATCAACTGGCACCTCTTAT 175- 190 45

5. Sle08

AT12 F:GGCTTCCTTTATATCCAATTT R:GTTTGAGTTGGCTGCATATGA 177- 197 45 Primer spesifik lainnya yang digunakan untuk S. laevis adalah 5 primer telah digunakan pada jenis Shorea curtisii, tediri atas Shc01, Shc02, Shc03, Shc 04 dan Shc07. Adapun keterangan lengkap mengenai primer-primer ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Primer spesifik pada jenis Shorea curtisii Ujino et al. 1998 No. Lokus Repeat PCR Primer 5’ to 3’ PCR Product Length Annealing Temp C

1. Shc01

CT 8 CT CA,CTCA F:GCTAT TGGCA AGGAT GTTCA R:CTTAT GAGAT CAATT TGACA G 152 56

2. Shc02

CT 2 CACT 5 F:CACGC TTTCC CAATC TG R:TCAAGA GCAGA ATCCA G 149 54

3. Shc03

CT 8 F:TTGAA GGGAA GGCTA TG R:CTTCT CAACT ACCTT ACC 124 54

4. Shc04

CT 16 F:ATGAG TAACA AGTGA TGAG 96 52 R:TATTG ACGTG GAATC TG

5. Shc07

CT 8 CACT 5 CACCCCTC A 3 CT CA 16 F:ATGTC CATGT TTGAG TG R:CATGG ACATA AGTGG AG 169 54 Proses PCR melalui 3 tahapan yaitu dennaturation, annealing dan extention. Pada proses PCR ini suhu yang digunakan berbeda-beda bergantung pada teknik, bahan kimia dan primer yang digunakan. Pengaturan suhu pada mesin PTC-100 untuk reaksi mikrosatelit disajikan pada Tabel 6, proses ini dilakukan atau diulang sebanyak 35 siklus. Tabel 6 Tahapan-tahapan dalam proses PCR Mikrosatelit Tahapan Suhu Waktu Jumlah Siklus Pre-denaturation 95 C 2 menit 1 Denaturation Annealing Extension 95 C 45 C-56 C 2 menit 1 menit 2 menit 35 Final Extension 72 C 5 menit 1

3.3.5 Pembuatan Gel Poliakrilamid

Beberapa persiapan yang dilakukan sebelum pembuatan gel poliakrilamid.

3.3.5.1 Pencucian piringan kaca

Piringan kaca kecil dicuci dengan 5 ml etanol menggunakan tissue. Kemudian kaca dikeringkan selama 2 menit dan diulang kembali. Kaca tersebut kemudian diberi perlakuan dengan menggunakan 15 µl ɣ-methacryloxy- propyltrimethoxyselane Bind Silane, M-6514, Sigma dalam 4 ml etanol dan 1.25 ml asam asetat. Kemudian sisanya dibersihkan dengan tissue yang dilembabkan dengan etanol. Piringan kaca besar dicuci dengan 5 ml etanol menggunakan tissue kemudian dikeringkan selama 2 menit, dan diulangi kembali.

3.3.5.2 Pembuatan larutan akrilamid

Pembuatan larutan akrilamid dilakukan dengan menyiapkan larutan akrilamid 6. Larutan ini didapatkan dengan menambahkan 5,7 g akrilamid, 0,3 g N N-methylenbisacrylamida pada 100 ml aquades. Pembuatan Gel 6 poliakrilamid; 8 M urea dilakukan dengan mencampur 60 ml urea larutan akrilamid dalam 10x TBE dengan 500 µl ammonium persulfat dan 50 µl TEMED sigma. Larutan gel diletakkan pada lempengan gel ketebalan 1.5 mm, selanjutnya gel didiamkan untuk berpolimerisasi selama 30 menit.

3.3.5.3 Loading sample

Hasil amplifikasi kemudian didenaturasi selama 2 menit pada suhu 92 o C didalam thermocycler dan simpan di lemari es sebelum diaplikasikan ke gel dalam 5 µl yang mengandung volume yang hampir sama dengan larutan akhir 10 mM NaOH, 95 Formamid, 0.05 Bromopheneol Blue, 0.05 Xylene Cyanol. Kegiatan elektroforesis dilakukan pada 350 V, 40mA, 80 W selama 75 menit setelah pre-run gel selama 1 jam. Buffer untuk running TBE 1x mengandung 18mM Triz-HCl, 8.9 mM asam borat dan 2 mM Na 2 EDTA.

3.3.5.4 Metode Pewarnaan

Metode pewarnaan yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada metode penelitian Benbouza et al. 2006 yang dimodifikasi. Metode ini meliputi beberapa langkah atau tahapan. Setelah dilakukan elektroforesis, gel dicuci dalam 1000 ml air larutan 900 ml aquades, 100 ml etanol 95 dan 50 µ l Asam asetat dingin selama 5 menit. Tahap selanjutnya adalah mencuci gel dengan melakukan perendaman selama 6-7 menit pada suhu ruangan 22-24 o C dalam 1000 ml larutan aquades. Impregnasi dengan perak nitrat 1000 ml aquades, 1.5 g Silver nitrat, 1.5 ml formaldehid 37 dilakukan pada ruangan dengan kondisi cahaya penuh selama 20 – 60 menit. Tahap selanjutnya adalah gel development yaitu dengan menggunakan larutan campuran dari 1000 ml aquades, 1.5 NaOH, dan 3 ml 37 HCOH sampai pita nampak pada intensitas rendah 3-5 menit. Jika intensitas yang diharapkan telah nampak pada intensitas rendah 3-5 menit, maka selanjutnya gel diimpregnasi dalam larutan akhir 1000 ml aquades, 10 etanol, dan 0.5 asam asetat selama 2 menit. Semua tahapan tersebut dilakukan dalam kontainer plastik. Kemudian lembaran gel selanjutnya digerakkan dalam shaker selama proses pewarnaan. Semua larutan disiapkan dengan menggunakan air ultra pure atau aquades. Gel selanjutnya dikeringkan pada suhu ruangan dan pita DNA akan secara langsung terlihat dengan bantuan white light box, dan kemudian difoto.

3.8 Analisis Data

Hasil dari kegiatan teknik mikrosatelit pada daun selanjutnya difoto dan dianalisis dengan melakukan skoring pola pita yang muncul. Hasil interpretasi foto kemudian dianalisis dengan menggunakan software POPGENE 32 Versi 1.31 dan NTSYS Ver 2.0 Rohlf 1998. Lokus Individu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 L-1 Lokus Individu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 L-1 12 12 12 22 12 11 12 11 22 11 12 Gambar 4 Cara skoring DNA mikrosatelit Parameter variasi genetik yang dicari dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Finkeldey 2005 dalam Yunanto 2006: 1. Persentase Lokus Polimorfik PLP =     LM LP LP x 100 Keterangan : ΣLP : jumlah lokus polimorfik ΣLM : jumlah lokus monomorfik 2. Jumlah alel yang diamati n e =   Lokus lel A 3. Jumlah alel yang efektif n a =  i pi 2 1 Keterangan : pi = frekuensi genetik tipe ke i 4. Heterozigitas harapan H e = 1-  i pi 2 Keterangan : pi = frekuensi genetik tipe ke i

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Ekstraksi DNA

Tahapan dan hasil dari kegiatan ekstraksi DNA menentukan langkah selanjutnya untuk tahapan PCR. Pada tahapan ekstraksi dilakukan uji kualitas DNA untuk dapat menentukan perbandingan pengenceran DNA untuk dapat dipakai sebagai salah satu bahan pada tahap selanjutnya, yaitu tahapan PCR. Kegiatan ekstraksi pada daun Shorea laevis yang dilakukan pada penelitian ini secara umum rata-rata memperlihatkan pola pita yang tebal Gambar 5 yang mengindikasikan masih terkontaminasi smear oleh bahan-bahan kimia sisa proses ektraksi dan juga terkontaminasi oleh protein, polisakarida, dan RNA Qiagen 2001. Gambar 5 Pola pita DNA hasil ekstraksi dan isolasi dari daun Shorea laevis Untuk dapat melakukan analisis PCR diperlukan DNA dengan tingkat kemurnian dan berat molekul yang tinggi, akan tetapi ekstraksi DNA dari jaringan tanaman dengan tingkat kemurnian yang tinggi seringkali sulit diperoleh. Metode pemurnian yang tepat seringkali dibutuhkan terutama menyangkut kualitas DNA yang tinggi. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan DNA hasil ekstraksi yang cukup murni adalah dengan melakukan proses pengenceran. RNA DNA Kotoran kontaminan 80x 40x 20x 10x Secara visual, pita DNA yang tebal kotor memerlukan perbandingan pengenceran yang lebih besar yaitu 100x 99 µL aquabidest: 1 µL DNA. Pengenceran selanjutnya mengikuti tingkatan ketebalan pita DNA. Pita DNA yang paling tipis menggunakan perbandingan pengenceran 10x 9 µL aquabidest: 1 µL DNA, karena kualitas DNA-nya termasuk bagus tidak terlalu kotor Gambar 5. Gambar 6 Contoh besarnya pengenceran hasil ekstraksi DNA Oleh karena itu, setiap sampel DNA mempunyai perlakuan pengenceran yang berbeda-beda, tergantung dari kualitas DNA-nya. Pengenceran ini dimaksudkan agar pada tahap PCR primer dapat menempel pada pita DNA sehingga dapat teramplifikasi.

4.2 Seleksi Primer Cross Spesies Amplification

Seleksi primer dimaksudkan untuk mencari primer yang dapat menghasilkan amplifikasi. Keberhasilan amplifikasi dengan PCR didasarkan pada kesesuaian primer yang digunakan. Seleksi primer yang digunakan untuk kegiatan teknik mikrosatelit pada penelitian ini menggunakan primer dari hasil seleksi 10 primer spesifik untuk nuklear DNA inti. Untuk analisis DNA inti pada daun dari 10 primer spesifik yang diseleksidiuji hanya ada empat primer yang memperlihatkan pola pita polimorfik, yaitu Sle01, Sle07, Shc04 dan Shc 07, sedangkan pada primer spesifik lainnya yaitu primer Sle02, Sle05, Sle08, Shc01, Shc02 dan Shc 03 hanya memperlihatkan pola pita monomorfik. Proses cross 100x