Tinjauan Penelitian Terdahulu Perumusan Masalah

2 memposisikan Indonesia sebagai negara importir gandum kelima terbesar di dunia setelah Mesir, China, Jepang dan Brasil. Departemen Pertanian, 2008 Ketergantungan bahan pangan impor tersebut sangat membahayakan ketahanan pangan negara kita. Oleh sebab itu, sudah saatnya Indonesia mulai melepaskan ketergantungan pada gandum impor. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketergantungan atas gandum impor adalah mensubstitusi tepung terigu dengan bahan baku tepung lokal yang belum dimanfaatkan secara optimal. Pengembangan gandum di dalam negeri diharapkan menjadi alternatif ketersediaan pangan di dalam negeri. Sampai saat ini, kontribusi industri terigu terhadap perekonomian nasional juga pantas untuk diperhitungkan. Nilai penjualan rata-rata per tahun mencapai 6 trilyun. Dari jumlah ini, sektor Usaha Kecil Menegah UKM berbasis gandum industri kecil pembuat roti, mie, kue kering dan lainnya yang berjumlah sekitar 30 ribu unit, menyerap 64.8 persen produk tepung terigu. Dengan pangsa pasar yang sedemikian besar maka pemerintah mempunyai kebijakan untuk memperkecil impor gandum dengan substitusi produk tepung-tepungan yang diproduksi melalui budidaya seperti gandum, ubijalar dan talas serta tanaman penghasil pati lainnya. Dengan kondisi ini, pengembangan industri tepung gandum memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Dalam kondisi perekonomian saat ini serta nilai tukar rupiah yang rendah, pemenuhan kebutuhan gandum dalam negeri melalui impor sangat memberatkan. Dampak kenaikan harga gandum telah berdampak luas khususnya pada industri yang menggunakan bahan-baku gandum, sedangkan pola konsumsi makanan akibat pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk mengakibatkan kebutuhan gandum yang makin tinggi dari tahun ke tahun.

1.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian Pengembangan Gandum Di Indonesia Penelitian ini merupakan kerjasama PT.ISM Bogasari Flour Mills dengan Institut Pertanian Bogor, Seameo Biotrop, Universitas Brawijaya dan Departemen Pertanian yang dinamakan dengan proyek gandum 2000. http:www.Bogasariflour.comref ind.htm. 3 Penelitian ini mempelajari kemungkinan pengembangan gandum di Indonesia sebagai bagian dari strategi pengembangan gandum pewilayahan gandum. Berdasarkan penelitian ini akan dipetakan wilayah-wilayah yang potensial untuk penanaman gandum jika tanaman ini memang layak untuk dikembangkan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu: 1 penggunaan model simulasi komputer untuk tanaman gandum yang menjelaskan hubungan pertumbuhan tanaman dengan unsur-unsur cuaca serta beberapa sifat fisik dan nitrogen tanah sebagai dasar perwilayahan, dan 2 percobaan lapang untuk melakukan validasi model yang akan digunakan sebelum diterapkan pada skala luas. Hasil perwilayahaan sementara berdasarkan model simulasi tanaman tersebut menunjukkan bahwa tanaman gandum lebih potensial ditanam pada dataran tinggi. Namun jika waktu tanam tidak dilakukan secara hati-hati, tanaman akan mengalami kekeringan. Seluas 2 juta hektare lahan pada dataran tinggi di Indonesia berpotensi sebagai areal pertanian gandum. Ujicoba pengembangan gandum sudah dilakukan di berbagai daerah seperti di Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatra Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur pada lahan di atas ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Hasilnya lahan mampu berproduksi 3 – 4 ton gandumhektare. Angka ini memang lebih rendah dibandingkan negara lain yang merupakan produsen gandum, yang bisa berproduksi 9 tonhektare. Keberhasilan panen pada tahun 2000 sebelumnya meruntuhkan mitos gandum tidak bisa ditanam di Indonesia. Departemen Pertanian,2004

1.3. Perumusan Masalah

Pengolahan gandum menjadi tepung di Kabupaten Bandung dilakukan oleh unit usaha agroindustri skala kecil yang masih menggunakan teknologi pengolahan yang cukup sederhana. Unit usaha agroindustri tepung gandum ini diharapkan berkembang menjadi unit usaha mandiri dan profesional serta dikelola secara profesional dengan ciri berorientasi bisnis yang sehat, baik secara teknis, ekonomi, sosial, layak dan menguntungkan serta berkelanjutan. 4 Dengan demikian, pengembangan usaha perlu ditelaah lebih lanjut apakah layak atau tidak untuk dikembangkan serta biaya yang ada dapat digunakan agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk pengembangan usaha lebih lanjut. Selanjutnya, perlu dilakukan analisis finansial yang lebih terinci untuk mengetahui keuntungan yang akan diperoleh gapoktan, mengingat unit usaha agroindustri tepung gandum tersebut baru beroperasi. Agroindustri tepung gandum dapat bertahan dan semakin berkembang seiring dengan permintaan produk olahannya yang semakin meningkat apabila pengelola dapat mengidentifikasi kelemahan dan potensi yang ada. Apabila pengelola telah mengetahui faktor-faktor strategik internal dan eksternal yang dimiliki tepung berbasis gandum, maka mereka dapat menyusun strategi yang paling tepat untuk pengembangan tepung gandum di masa mendatang. Faktor yang melemahkan hendaknya dapat diminimumkan atau dicari pemecahannya, sementara potensi yang dimiliki harus dimanfaatkan sebaik-baiknya supaya dapat memberikan hasil yang maksimum. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka secara khusus masalah pokok penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor strategik apakah yang mempengaruhi pengembangan usaha agroindustri tepung gandum? 2. Apakah unit usaha agroindustri tepung gandum ini layak dikembangkan?. 3. Bagaimana bentuk strategi pengembangan usaha agroindustri tepung gandum?

1.4. Tujuan