kebanyakan menggunakan transportasi umum untuk mebawa jeruk keprok SoE ke pasar lokal dan pasar kabupaten di SoE dan pasar di Kupang. Hanya sedikit saja
para pedagang jeruk keprok SoE yang menggunakan kendaraan pribadi untuk mengangkut jeruk keprok ke pasar. Kondisi jalanpun tidak mendukung untuk
menekan biaya pemasaran ke tingkat yang lebih rendah. Faktor-faktor seperti ini erat kaitannya dengan efisiensi pemasaran.
5.5.3.3. Panjang Saluran Pemasaran
Panjang-pendeknya saluran pemasaran jeruk keprok SoE sangat tergantung kepada banyak-sedikitnya lembaga pemasaran yang terlibat di dalam
kegiatan pemasaran tersebut. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat di dalam kegiatan pemasaran jeruk keprok, maka semakin panjang saluran
pemasaran yang dilalui oleh komoditi itu. Semakin panjang saluran pemasaran, maka perbedaan harga yang diterima oleh petani produsen dengan yang
dibayarkan oleh konsumen akhir semakin besar. Hal ini bisa dimengerti karena setiap lembaga pemasaran mengeluarkan biaya dengan demikian juga lembbaga
tersebut menginginkan keuntungan. Semakin besar perbedaan harga ini maka akan semakin tidak efisien kegiatan pemasaran jeruk keprok SoE tersebut.
Keadaan infrastruktur dan teknologi pascapanen yang kurang memadai telah menyebabkan kehilangan hasil yang sangat beragam di antara pola saluran
pemasaran JKS. Tingkat kehilangan hasil yang paling tinggi terjadi pada pola pemasaran pertama, di mana pola pemasaran ini melibatkan banyak pelaku
pemasarannya. Tingkat kehilangan hasil terjadi selain disebabkan oleh panjangnya saluran pemasaran, juga dikarenakan oleh minimnya teknologi penanganan
produk seperti teknologi pengepakan, fasilitas distribusi dan tempat penjualan produk. Hal ini telah menyebabkan tingginya tingkat kehilangan hasil.
5.5.3.4. Hubungan antara Petani Produsen dan Pedagang
Variabel ini sangat erat kaitannya dengan pemilihan saluran pemasaran yang akan digunakan oleh petani produsen di dalam kegiatan pemasaran jeruk
keproknya. Hasil penelitian mmenunjukkan bahwa 60 para petani produsen mengenal para pedagang pengumpul jeruk keprok SoE karena para pedagang
tersebut bertempat tinggal di desa atau di pusat kecamatan terdekat. Oleh karena itu para petani yang menggunakan saluran pemasaran pertama lebih banyak 61
dibandingkan dengan yang menggunakan saluran pemasaran lainnya. Saluran pemasaran pertama merupakan saluran pemasaran yang cukup panjang dan
dengan demikian semakin tidak efisien. Hasil penelitian mmenunjukkan bahwa sebagian besar 61.63 secara
rata-rata petani produsen menunggu pedagang membeli jeruk keprok SoE mereka pada tingkat usahatani transaksi penjualan di kebun jeruk. Pada daerah dataran
tinggi, penjualan jeruk di tingkat usahatani lebih banyak 72 dibandingkan dengan daerah dataran rendah 51. Para petani jeruk keprok SoE di daerah
sampel sangat takut dengan resiko kegagalan pemasaran jeruk keprok SoE mereka di pasar. Dalam kondisi seperti ini petani produsen kurang memiliki kekuatan
untuk menentukan harga jual jeruk keprok. Petani seperti cenderung bertindak sebagai “price taker”, mengikuti harga yang ditentukan oleh para pedagang yang
mendatangi usahatani mereka. Pedagang sering bertindak sebagai manager saluran pemasaran chain manager. Pada bagian lain para pedagang memanfaatkan
kebutuhan mendadak petani dengan melakukan penjualan di muka forward sale