Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

2. Idealnya, analisis efisiensi produksi meliputi efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis. Namun, analisis efisiensi alokatif dan ekonomis dari produksi jeruk keprok SoE tidak dilakukan di dalam penelitian ini dengan alasan- alasan sebagai berikut: a. Alasan pada tataran empiris Permasalahan utama usahatani jeruk keprok SoE adalah rendahnya produksi dan produktivitas sebagai akibat adanya persoalan- persoalan yang terkait erat dengan teknologi budidayanya. Dengan kata lain, petani jeruk belum mampu memproduksi jeruk keprok SoE yang tinggi dengan input-input yang digunakannya. Petani belum menerapkan teknologi budidaya yang sesuai dengan petunjuk teknis. Usahatani jeruk kerpok SoE daerah lahan kering di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih merupakan usahatani tradisional dengan kharakteristik seperti ukuran usahatani kecil dengan sistem penanaman campuran pada pekarangan rumah petani, umur tanaman beragam, tanpa teknologi konservasi lahan yang mampu meningkatkan kesuburan tanah, penggunaan bibit yang tidak berlabel, tanpa pupuk dan pestisida kimia yang dapat meningkatkan produktivitas yang tinggi, infrstrauktur yang kurang memadai terutama untuk perbenihan, pengairan dan jalan usahatani, minimnya perawatan kebun, teknologi panen dan pascapanen yang kurang memadai serta motivasi petani yang kurang kuat. Dengan demikian, prioritas pemecahan permasalahan penelitian lebih ditujukan pada usaha-usaha peningkatan produktivitas dari penggunaan input-input usahatani jeruk yang ada. Pada tataran ini, analisis efisiensi alokatif efisiensi biaya atau efisiensi harga yang menekankan penggunaan input pada proporsi yang optimal pada harga dan teknologi yang ada atau pada kondisi biaya input minimum belum merupakan hal yang diutamakan sepanjang produktivitas usahatani jeruk masih rendah secara teknis belum efisien. b. Alasan pada tataran metodologis Persoalan pada tataran ini adalah ketersedian data harga-harga input dan alat analisis data yang belum tersedia. Di dalam melakukan analisis efisiensi biaya beberapa hal yang diperlukan adalah seperti berikut ini: i. Membutuhkan bentuk fungsi khusus seperti fungsi Cobb-Douglas karena memiliki self-dual dualitas terhadap dirinya sehingga secara eksplisit dapat diturunkan. Sedangkan fungsi yang lebih fleksibel seperti fungsi translog tidak dapat digunakan untuk mengestimasi fungsi biaya karena tidak dapat digunakan untuk menurunkan fungsi permintaan inputnya. Efisiensi Ekonomi dapat didekomposisikan ke dalam komponen teknis dan alokatif jika fungsi produksi yang diaplikasikan untuk mengestimasi fungsi biaya itu dapat secara eksplisit diturunkan hal ini dapat dilakukan jika bentuk fungsi Cobb- Douglas digunakan karena fungsi ini memiliki dualitas terhadap dirinya sendiri self-dual, dibandingkan dengan fungsi yang fleksibel seperti fungsi translog Schmidt dan Lovell, 1979. ii. Membutuhkan ketersediaan data harga-harga input dan output. Data harga-harga tersebut harus bervariasi antar usahatani. Yang menjadi permasalahannya adalah bahwa data harga di tingkat petani tidak tersedia dan berlaku sama untuk semua usahatani. iii. Perhitungannya tidak secara otomatis dilakukan oleh beberapa program komputer terutama FRONTIER dan LIMDEP. iv. Permasalahan utama dengan sistem persamaan simultan untuk estimasi forntier biaya adalah berkaitan dengan pemilihan cara yang sesuai untuk merepresentasikan hubungan antara inefisiensi alokatif ui di dalam kesalahan pengganggu dari persamaan permintaan input dan error term dari inefisiensi alokatif yang muncul di dalam frontier biaya. Masalah ini sampai kini belum teratasi Coelli et al., 1998. 3. Karena ketidak-tersediaan data seri waktu time series data, maka penelitian ini tidak dapat memperhitungkan perubahan teknologi antar waktu yang merupakan faktor penting di dalam analisis produktivitas tanaman tahunan. Periode analisis dalam penelitian ini adalah short run dan hanya pada musim produksi tahun 20092010. Dengan ketersediaan data seri waktu, maka perubahan teknologi dan efisiensi teknis beserta determinan- determinanya antar waktu dapat diketahui dengan jelas. 4. Tidak semua koefisien estimasi dari model efisiensi dan inefisiensi teknis di dalam penelitian memiliki tanda sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa hasil estimasi juga tidak konsisten dengan harapan sebelumnya. Masalah ini diduga berasal dari data survei yang digunakan. Akurasi data hasil wawancara dengan petani responden yang digunakan di dalam penelitian ini memiliki kelemahan sejak data yang diperoleh bersumber dari kemampuan responden untuk mengingat informasi beberapa waktu tahun-tahun yang telah berlalu. Para petani responden tidak memiliki catatan usahatani tentang penggunaan input produksi mereka. Permasalahan akurasi data juga mungkin berasal dari kemampuan responden di dalam memahami pertanyaan-pertanyaan kuesioner penelitian. 5. Keterbatasan lainnya adalah jumlah sampel yang terbatas. Hal ini dapat saja mempengaruhi gangguan-gangguan yang berkaitan dengan statisik statistical error, terutama di dalam hal pengujian hipotesis. 6. Pada analisis efisiensi teknis usahatani jeruk keprok SoE, faktor-faktor agroekologi seperti tingkat kesuburan tanah, hama dan penyakit tanaman, suhu, curah hujan, dan fakror-faktor sosial ekonomi seperti budaya kerja, orientasi usahatani dan faktor budaya lainnya tidak diidentifikasi dan dimodelkan di dalam penelitian ini karena ketiadaan datanya. Dengan demikian, interpretasi hasil penelitian ini perlu dilakukan dengan hati-hati dan sebatas serta sesuai dengan variabel-variabel analisisnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dibahas tentang berbagai studi pustaka yang berkaitan dengan keragaan jeruk di Indonesia, di Provinsi NTT dan di Kabupaten TTS serta studi empiris terdahulu yang berkaitan dengan efisiensi di bidang pertanian dan jeruk keprok SoE. Sumber-sumber data adalah data sekunder. Pembahasan pada keragaan jeruk di Indonesia difokuskan pada aspek luas lahan, produksi, ekspor, impor dan peranannya terhadap perekonomian. Pada keragaan usahatani jeruk di Provinsi NTT dan di Kabupaten TTS dideskripsikan tentang kondisi dan prospek pengembangan jeruk keprok pada usahatani lahan kering dan kekhasan jeruk Keprok SoE. Selanjutnya pembahasan difokuskan pada studi-studi terdahulu di bidang pertanian yang menggunakan pendekatan stokastik frontier. Dari berbagai ulasan studi tersebut ditarik suatu kesimpulan yang dijadikan sumber keputusan dan alasan tentang pentingnya jeruk keprok SoE pada perekonomian masyarakat di NTT, penggunaan pendekatan, metode estimasi dan model fungsi produksi stokastik frontier yang digunakan di dalam penelitian ini.

2.1. Keragaan Jeruk di Indonesia

Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memproduksi berbagai jenis produk hortikultura, khususnya buah-buahan tropis. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jeruk di Indonesia tahun 2002 - 2008 disajikan pada Tabel 1. Diketahui pula bahwa produksi jeruk Indonesia periode 1995-2001 menurun sebesar 24 yakni dari produksi sebesar 1 004 632 ton pada tahun 1995 menjadi sebesar 691 433 ton pada tahun 2001. Luas panen jeruk Indonesia tahun 1995 adalah sebesar 46 036 ha dan tahun 2001 sebesar 35 367 ha atau menurun sebesar 30.2 dalam periode tahun 1995-2001. Namun setelah terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, tren produksi terus meningkat sejalan dengan meningkatnya luas panen. Luas panen jeruk tahun 2003 adalah 69 139 ha dengan produksi 1 529 824 ton dan produktivitas rata-rata 22.13 tonha. Periode waktu tahun 2007-2008, baik luas panen maupun produksi jeruk Indonesia terus menurun. Trend luas panen dan produksi jeruk di Indonesia tahun 1995-2008 tercantum pada Gambar 2. Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jeruk di Indonesia, Tahun 2002-2008 Perkembangan Tahun 2002 2003 2006 2007 2008 Luas Panen Ha 47 824 69 139 72 390 69 500 63 695 Produksi Ton 968 132 1 529 824 2 565 543 2 625 884 2 322 581 Produktivitas Tonha 20.24 22.13 35.44 37.78 35.44 Sumber: Departemen Pertanian, 2009a. Sumber: Departemen Pertanian, 2009a. Gambar 2. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Jeruk di Indonesia, Tahun 1995-2008 46 036 25 210 37 120 35 367 47 824 69 139 72 390 69 500 63 695 1 004 632 449 531 644 052 691 433 968 132 1 529 824 2 565 543 2 625 884 2 322 581 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 1995 1999 2000 2001 2002 2003 2006 2007 2008 L uas P an e n H a dan P r o duk si T o n Tahun Produksi Ton Luas Panen Ha