Pernjualan di muka per kg forward sale by kg Penjualan per pohon pada saat panen per tree sale at harvest

sebaliknya, dan melakukan negosiasi tentang harga jeruk per pohon. Para pedagang boleh memanen jeruk beberapa tahap, biasanya dilakukan dua tahap. Seperti pada metode pertama, pedagang memiliki seluruh buah yang ada di pohon setelah ada persetujuan harga per pohon dan petani berkewajiban menjaga buah pada pohon tersebut sejak pemanenan pertama sampai dengan yang terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga jeruk per pohon pada saat panen rata-rata Rp 123 000,- per pohon atau Rp 12 300 per kg dengan rata-rata produktivitas 10 kg per pohon. Namun tinggi- rendahnya harga jeruk per pohon sangat tergantung pada banyaknya produksi buah jeruk per pohon. Para petani merasa cukup beruntung dengan harga setingkat itu, setelah mereka memperhitungkan semua biaya biaya pengepakan, tenaga kerja, transportasi dan pungutan di pasar yang akan dikeluarkan jika mereka menjual sendiri ke pasar. Beberapa alasan mengapa petani lebih banyak menjual jeruknya dengan metode ini:  tidak ada biaya panen bagi petani  petani aman dari gangguan transportasi, grading dan kehilangan hasil  petani memiliki sedikit sekali informasi tentang harga jeruk di kota. Menjual dengan metode harga per pohon menghindari petani dari akan terjadinya harga yang rendah.  petani dapat menjual dalam volume yang lebih besar bila dibandingkan dengan jual per kg, sehingga menghemat biaya tenaga kerja. Menjual jeruk per pohon pada saat panen hanya mungkin jika petani dan pedagang cukup saling mengenal. Pedagang harus mempercayai petani menjaga jeruknya setelah panen pertama dan mempercayai petani tidak mencuri buah jeruk mereka yang masih tersisa di pohon. Para petani lebih menyukai metode ini karena membawa dan menjual jeruk ke pasar akan merendahkan status sosial mereka.

d. Penjualan per kilogram pada saat panen per kg sale at harvest

Secara keseluruhan ada 75 petani di lokasi penelitian melakukan penjualan jeruk dengan metode per kg pada saat panen 87 petani di zona dataran tinggi dan 63 petani di zona dataran rendah. Pada metode ini, petani memanen sendiri jeruknya. Jika diperlukan, terkadang petani juga melakukan grading dan pengepakan sederhana sebelum atau pada saat jeruk dipasarkan. Petani atau anggota keluarganya membawa jeruknya ke pedagang di desa atau di kota, atau mereka menjual sendiri di pasar yang ada di pusat kecamatan, di pinggir jalan atau di pasar kota kabupaten atau provinsi, atau hanya menjual di kebun saja. Bila dibandingkan dengan metode lainnya, maka harga jeruk dengan metode ini lebih tinggi. Sebagai contoh, jika harga jeruk dengan metode penjualan per pohon pada saat panen adalah sebesar Rp 5 200 per kg, maka penjualan dengan sistem per kg adalah sebesar Rp 12 000 per kg.

e. Penjualan per kebun pada saat panen per farm sale at harvest

Metode penjualan per kebun pada saat panen hanya dipraktekkan oleh petani jeruk keprok di dataran tinggi. Pada saat jeruk siap panen, petani mendatangi pedagang atau sebaliknya dan melakukan tawar-menawar harga jeruk per kebun. Setelah ada kesepakatan harga dan pengamatan di lapangan telah dilakukan, maka seluruh buah jeruk yang ada di dalam kebun menjadi milik pedagang. Petani tetap bertanggung jawab terhadap jeruk yang sisa dari panenan pertama sampai dengan panenan terakhir. Metode ini mirip dengan metode pertama dan kedua. Selain itu, kondisi buah jeruk per pohon yang terdapat di dalam satu kebun tidak sama. Ada pohon dengan jumlah buah lebih besar dari 50 kgpohon dan ada juga yang kurang dari 5 kgpohon. Harga jual per kebun sedikit lebih rendah bila petani menjualnya dengan metode harga per pohon pada saat panen. Namun petani merasa cukup beruntung dengan metode ini karena mereka terhindar dari biaya panen, transportasi, pengepakan dan pungutan lainnya. Petani hampir tidak melakukan penjualan JKS berdasarkan tingkat kelas buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dikelaskan oleh petani pengecer dan pedagang atas dasar berat, diameter dan jumlah buah per kg, maka terdapat perbedaan harga jeruk antar kelas yang cukup besar Tabel 53. Harga jeruk yang dijual di muka adalah 49 lebih rendah Rp 4 250 per kg bila dibandingkan dengan harga jual jeruk pada saat panen Rp 8 800 per kg. Sedangkan harga jual jeruk dengan sistem borongan adalah 44 lebih rendah Rp 5 333 per kg bila dibandingkan dengan metode penjualan per kg pada saat panen Rp 12 267 per kg. Harga jual jeruk maksimum terjadi pada jeruk kelas super yakni Rp 24 500 per kg pada saat panen. Para petani menggunakan metode penjualan yang berbeda sangat erat kaitannya dengan luas kebun jeruk, tingkat pendapatan, harga jeruk pada tahun tersebut, jumlah tenaga kerja keluarga, tingkat pendidikan petani dan jarak tempat tinggal petani dengan pasar. Petani yang memiliki kebun jeruk yang agak luas