Pengertian Sumberdaya Alam, Hak Pemilikan, dan Akses Sumberdaya

xxiv

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sumberdaya Alam, Hak Pemilikan, dan Akses Sumberdaya

Sumberdaya alam dalam pengertian umum adalah segala sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat pula diartikan bahwa sumberdaya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Rees 1990 dalam Fauzi 2004a menyatakan bahwa sesuatu untuk dapat dikatakan sebagai sumberdaya harus memiliki dua kriteria, yaitu: 1 Harus ada pengetahuan, teknologi atau keterampilan skill untuk memanfaatkannya, 2 Harus ada permintaan demand terhadap sumberdaya tersebut. Selain itu Fauzi 2004a menyebutkan bahwa selain dua kriteria di atas, sumberdaya juga terkait pada dua aspek, yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana sumberdaya dimanfaatkan, dan aspek kelembagaan yang menentukan siapa yang mengendalikan sumberdaya dan bagaimana teknologi digunakan. Masalah yang sering muncul dalam pengelolaan sumberdaya alam adalah berbagai dampak negatif yang mengakibatkan manfaat yang diperoleh dari sumberdaya sering tidak seimbang dengan bia ya sosial yang ditanggung. Pada dasarnya masalah ini timbul karena beberapa sumberdaya dikategorikan sebagai barang publik public goods dimana konsumsi yang berlebihan over consumption akan dapat terjadi. Pemanfaatan sumberdaya terkait dengan hak-hak kepemilikan property rights . Yakin 1997, menyebutkan bahwa hak pemilikan atau status penguasaan sumberdaya sangat menentukan alokasi sumberdaya yang efisien. Bagaimana produsen dan konsumen menggunakan sumberdaya alam atau lingkungan tergantung pada hak pemilikan pengelolaan yang mengatur sumberdaya tersebut. Hanley et al. 1997 dalam Fauzi 2004a dan Tietenberg 1992 dalam Yakin 1997 menyebutkan bahwa struktur hak pemilikan atau pengusahaan sumberdaya yang bisa menghasilkan alokasi yang efisien harus mempunyai empat karakteristik penting, yaitu : 1 Universalitas universality bahwa semua sumberdaya adalah dimiliki secara pribadi dan seluruh hak-haknya dirinci dengan jelas dan lengkap xxv 2 Eksklusivitas exclusivity bahwa semua keuntungan dan biaya yang dibutuhkan sebagai akibat dari pemilikan dan pemanfaatan sumberdaya itu harus dimiliki hanya oleh pemilik tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dalam transaksi atau penjualan ke pihak lain 3 Bisa dipindah-tangankan transferability bahwa seluruh hak pemilikan itu bisa dipindah-tangankan dari satu pemilik ke pihak lainnya dengan transaksi yang bebas dan jelas 4 Bisa dipertahankan enforcebility bahwa hak pemilikan tersebut harus aman secure dari perampasan atau pengambil-alihan secara tidak baik dari pihak lain. Jika hak kepemilikan sumberdaya tidak dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang, tidak ada hak yang sah memungkinkan mereka melarang pihak lain untuk mengkonsumsi sumber daya tersebut. Menurut Gibb dan Bromley 1989 dalam Fauzi 2004a ada beberapa hak pemilikan terhadap sumberdaya alam yang umumnya terdiri dari : 1 State property dimana klaim pemilikan berada di tangan pemerintah, 2 Private property dimana klaim pemilikan berada pada individu atau kelompok usaha korporasi 3 Common property atau communal property dimana individu atau kelompok memiliki klaim atas sumberdaya yang dikelola bersama. Dalam pemanfaatan sumberdaya, terdapat dua tipe akses yang berbeda, yaitu akses terbuka open access dan akses terbatas limited access. Berkaitan dengan hak pemilikan, maka Fauzi 2004a menyatakan bahwa secara umum ada empat kemungkinan kombinasi antara hak pemilikan dan akses terhadap sumber daya, yaitu : 1 Tipe pertama dimana hak pemilikan berada pada komunal atau negara dengan akses yang terbatas. Tipe kombinasi ini memungkinkan pengelolaan sumberdaya yang lestari 2 Tipe kedua dimana sumber daya dimiliki secara individu dengan akses yang terbatas. Pada tipe ini karakteristik hak pemilikan teridentifikasi dengan jelas dan pemanfaatan yang berlebihan bisa dihindari xxvi 3 Tipe ketiga dimana terdapat kombinasi antara hak pemilikan komunal dengan akses yang terbuka. Tipe inilah yang dalam perspektif Hardin akan melahirkan “the tragedy of the common”. Tragedi ini terjadi karena apa yang dihasilkan dari sumber daya dalam jangka panjang tidak lagi sebanding dengan apa yang dimanfaatkan oleh pengguna. 4 Tipe keempat dimana kombinasi yang sebenarnya jarang terjadi dimana sumber daya dimiliki secara individu namun akses dibiarkan terbuka. Pengelolaan sumber daya ini tidak akan bertahan lama karena rentan terhadap intrusi dan pemanfaatan yang tidak sah sehingga sumber daya akan cepat terkuras habis. The tragedy of the common terjadi pada sumber daya bersama common resources – biasanya mengarah sebagai a common pool resources – yang dimanfaatkan diakses oleh banyak pihak. Sumber daya itu bisa berupa ekosistem laut yang diambil hasilnya berupa ikan, atmosfir dengan pelepasan gas-gas ke udara atau hutan yang diambil hasilnya berupa kayu. Penggunaan pemanfaatan yang berlebihan memunculkan permasalahan yang sering mengancam kelestariannya sustainability. Jika setiap pihak yang memanfaatkannya dapat mengendalikan pemanfaatannya, maka sumber daya dapat lestari Hardin 1968 dalam Ostrom et al. 2001. Lloyd 1977 dalam Ostrom et al. 2001, menyatakan bahwa pada sumberdaya yang bersifat a common pool resources akan terjadi penggunaan yang berlebihan, karena penggunaan saat ini akan memberikan keuntungan yang besar daripada biaya potensial yang akan ditanggung di masa ya ng datang dengan penggunaan yang tidak dibatasi, terutama saat para pengguna hanya menanggung sebagian biaya tetapi mengambil seluruh keuntungan saat ini. Sedangkan menurut Yakin 1997, keberadaan penggunaan sumber daya bersama common resources tidak me menuhi prinsip-prinsip pemilikan sumber daya yang bisa mendorong ke arah alokasi yang efisien. Oleh karena itu pihak- pihak yang terlibat dalam pemanfaatannya tidak memiliki kendali dan tanggung jawab yang jelas terhadap kualitas dan prospek sumber daya tersebut, sehingga tidak memiliki kendali untuk membuat keputusan investasi dan alokasi sumber daya yang efisien. Sumber daya jenis ini tidak dikuasai oleh perorangan atau agen xxvii ekonomi tertentu sehingga akses terhadap sumber daya ini tidak dibatasi, sehingga mendorong terjadinya eksploitasi yang berlebihan dan berdampak negatif terhadap lingkungan. Eksploitasi sumber daya bersama ini cenderung menguntungkan siapa yang duluan dan mengeruk terus menerus keuntungan yang masih bisa diperoleh dengan mengabaikan pihak lain dan efek yang ditimbulkannya. Rappaport 1984 dalam Ostrom et al. 2001 menyatakan bahwa the tragedy of the common dapat dicegah melalui suatu mekanisme penggunaan sehingga tindakan yang diambil oleh para pengguna lebih mementingkan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi. Kepentingan pribadi merupakan motivator dan mekanisme sosial berfungsi untuk mengontrol kepentingan pribadi tersebut, seperti komunikasi, kepercayaan dan kemampuan untuk menjalin kerjasama serta peraturan rules akan dapat mengendalikan mengurangi terjadinya tragedi. Menurut Wade 1988 dalam Agrawal 2001, menyebutkan ada 14 empatbelas kondisi penting yang dapat memfasilitasi keberhasilan pengelolaan sumber daya bersama common resources, yaitu : 1. Sistem karakteristik sumber daya a. Berukuran kecil b. Ditetapkan batasnya secara baik 2. Karakteristik kelompok masyarakat a. Berukuran kecil b. Ditetapkan batasnya secara jelas c. Pengalaman keberhasilan masa lalu – kapital sosial 1 dan 2 Hubungan antara sistem karakteristik sumber daya dan karakteristik kelompok masyarakat 1 Overlap antara kelompok masyarakat lokal dan lokasi sumber daya 2 Tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sistem sumber daya oleh anggota kelompok masyarakat 3. Pengaturan kelembagaan a. Merencanakan akses kelompok masyarakat lokal dan ketentuan pengelolaan xxviii b. Mudah dalam penerapan ketentuan peraturan c. Pengelompokan sanksi-sanksi 1 dan 3 Hubungan antara sistem sumber daya dan pengaturan kelembagaan yaitu penyesuaian dalam pembatasan pemanfaatanpengambilan sumber daya untuk regenerasi sumber daya 4. Lingkungan eksternal a. Teknologi : pengeluaran teknologi biaya rendah b. Negara : Pemerintah pusat seharusnya tidak mengurangi hak kewenangan masyarakat lokal

2.2. Pembangunan Hutan Tanaman