Pelaksanaan Mengelola Hutan Bersama Masyarakat MHBM

lxxiii untuk bahan kertas pulp berupa Acacia mangium 95 sisanya tanaman Eucalyptus urophylla, Pinus merkusii, Paraserianthes falcataria, Gmelina arborea , Shorea sp sedangkan kegiatan penanaman daur kedua yang dilaksanakan sejak tahun 2001, realisasinya sampai dengan tahun 2005 adalah seluas 88.175,033 ha dengan jenis tanaman akasia Acacia mangium, yang dilaksanakan di wilayah kelompok hutan Subanjeriji seluas 85.443,143 ha dan wilayah kelompok hutan Benakat seluas 2.731,89 ha. Kayu-kayu yang dihasilkan dari hutan tanaman daur pertama menjadi bahan baku untuk industri pabrik pulp bubur kertas PT. Tanjung Enim Lestari TEL yang berada di Kabupaten Muara Enim. Target produksi kayu log A. mangium yang dikirim ke PT. TEL rata-rata 2.400.000 m3 per tahun setara dengan 2.200.000 ton per tahun.

4.3. Pelaksanaan Mengelola Hutan Bersama Masyarakat MHBM

Program Membangun Hutan Bersama Masyarakat MHBM yang dilaksanakan oleh PT. Musi Hutan Persada PT. MHP merupakan salah satu bentuk dari kegiatan perhutanan sosial. Program MHBM ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh PT. MHP untuk mengatasi berbagai permasalahan sosial yang terjadi antara masyarakat setempat dengan pihak pengelola hutan PT. MHP yang sering timbul dalam kaitannya dengan pelaksanaan pengelolaan hutan. Permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi antara masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan dengan PT. MHP tersebut terjadi dalam kurun waktu cukup lama, yaitu sejak dilakukannya kegiatan pembangunan HTI di wilaya h tersebut pada tahun 1996. Untuk menghindari dampak negatif yang seringkali merugikan pihak PT. MHP akibat terjadinya permasalahan tersebut, seperti pendudukan wilayah hutan yang akan dibangun HTI, perusakan dan pembakaran tanaman HTI serta perusakan sarana dan prasarana milik perusahaan, maka PT. MHP berusaha merangkul masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan dengan berusaha untuk meningkatkan kerjasama dan membantu mensejahterakan masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan lokasi HTI PT. MHP, melalui pola perhutanan sosial yang saling menguntungkan antara masyarakat dan perusahaan, dan model perhutanan sosial yang diterapkan adalah Program MHBM lxxiv Prinsip-prinsip Program MHBM antara lain : 1 pemberdayaan warga masyarakat sebagai kelompok-kelompok dengan mengikutsertakan dalam setiap proses kegiatan pembangunan HTI dalam suatu kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan; 2 masyarakat memperoleh manfaat secara kontinyu dan berlanjut berupa jasa kerja, jasa manajemen sebesar 1 dari jasa kerja, dan jasa produksi sebesar Rp. 2500,- per m3; dan 3 Program MHBM dilaksanakan pada lahanareal konsesi HPHTI PT. MHP berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 38Kpts-II1996 dan lahan tersebut sudah atau pernah dikelola perusahaan daur kedua. Dengan adanya MHBM, maka masyarakat akan ditempatkan sebagai subjek dalam pengelolaan HTI, memperoleh kemanfaatan finansial, peluang agribisnis Trisula dan peluang kerja atau usaha jangka pendek, menengah dan panjang. Sedangkan bagi perusahaan, akan tersedia lahan usaha yang tidak bermasalah, lebih terjaminnya pelaksanaan kegiatan usaha, dan tercipta hubungan yang harmonis antara perusahaan- masyarakat. Berdasarkan Petunjuk Teknis yang telah disusun, Program MHBM dilaksanakan melalui beberapa tahapan kegiatan, yaitu sosialisasi, pembentukan kelompok kerja, penentuan lokasi MHBM, pembuatan Akta Kesepakatan, pelaksanaan pekerjaan, penunjukan pihak ketiga, program penunjang serta pembinaan dan pelatihan Untuk melaksanakan kegiatan MHBM, masyarakat yang menjadi peserta MHBM akan dibentuk suatu organisasi Kelompok Tani KT MHBM yang terbagi menjadi beberapa unit kelompok kerja. Setiap unit kelompok kerja terdiri dari beberapa kelompok kerja yang anggotanya berkisar antara 20 – 25 petani. Sampai saat ini sudah dibuat 27 duapuluh tujuh Akta Kesepakatan dengan 27 KT MHBM meliputi luasan 39.260,79 ha. Jenis pekerjaan dalam pengelolaan HTI di areal HPHTI PT. MHP yang akan dikerjakan oleh KT MHBM meliputi : persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan penyiangan, penebasan, penunggalan, pencegahan dan pengendalian api atau kebakaran dan penebangan atau pemanenan kayu. Dengan dilaksanakannya MHBM, masyarakat akan mendapatkan manfaat dalam jangka pendek, menengah dan jangka. Dalam jangka pendek dan menengah, masyarakat akan mendapatkan jasa kerja dan jasa manajemen. Sedangkan dalam jangka panjang, masyarakat akan mendapatkan lxxv jasa produksi untuk setiap meter kubik kayu yang dihasilkan pada panenan atau tebangan akhir daur. Jasa kerja merupakan sejumlah uang yang dibayarkan oleh PT. MHP kepada Kelompok Tani KT MHBM atau pihak ketiga sebagai imbalan atas hasil pelaksanaan dari setiap komponen pekerjaan pengelolaan HTI berdasarkan Surat Perintah Kerja SPK dan Berita Acara Pemerikanaan BAP. Jasa kerja akan dibayarkan setelah 22 duapuluh dua hari sesudah BAP ditandatangani oleh pemeriksa dari PT. MHP. Besarnya jasa kerja untuk setiap jenis pekerjaan dalam pengelolaan HTI yaitu : 1 persiapan lahan Rp. 800.000,- per ha; 2 penanaman Rp. 250.000,- per ha; 3 pemeliharaan I, II dan III Rp. 75.000,- per Ha. Modal kerja untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan HTI harus disediakan sendiri oleh masing- masing kelompok kerja pemegang SPK. Apabila kelompok kerja tersebut tidak memiliki modal kerja, maka modal dapat diperoleh melalui pinjaman atau melibatkan pihak ketiga dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Gambar 2 Bagan organisasi kelompok tani MHBM Pelindung Camat Kades Penasehat Ketua Umum Ketua I Ketua II Sekretaris I Sekretaris II Bendahara Ketua Unit Kel. Kerja Ketua Unit Kel. Kerja Ketua Unit Kel. Kerja Ketua Kel. Kerja Ketua Kel. Kerja Ketua Kel. Kerja Ketua Kel. Kerja Ketua Kel. Kerja Ketua Kel .Kerja lxxvi Jasa manajemen adalah sejumlah uang yang disepakati, berdasarkan besaran persentase tertentu dari jasa kerja yaitu sebesar 1 sebagai imbalan dari ikatan kerjasama dalam pengelolaan areal HTI melalui Program MHBM. Pada prinsipnya jasa manajemen ini merupakan potongan terhadap jasa kerja yang diterima oleh kelompok kerja atau pihak ketiga untuk kepengurusan KT MHBM. Jasa produksi adalah sejumlah uang yang diberikan oleh PT. MHP kepada KT MHBM atas hasil panen kayu tanaman HTI daur kedua, berdasarkan hasil timbangan pembeli, yaitu pabrik pulp dan kertas PT. Tanjung Enim Lestari. Jasa produksi ini akan dibayarkan kepada kelompok kerja MHBM setelah PT. MHP menerima pembayaran dari hasil penjualan kayu dari pembeli atau akan dibayarkan paling lambat 30 hari setelah kayu diterima oleh pembeli. Sebaga i program penunjang, masyarakat diperbolehkan untuk melakukan kegiatan pertanian berupa kegiatan agribisnis Trisula dengan konsep “sayur cepat, ikan cepat dan ternak sehat” dan tumpangsari secara mandiri. Secara teknis, kegiatan agribisnis trisula adalah kombinasi usaha yang saling menunjang dan saling membutuhkan sehingga ikatan usaha itu tangguh dan efisien. Secara finansial-ekonomis, kegiatan tersebut diusahakan mampu menghasilkan uang harian- mingguan-bulanan. Pendapatan harian didapat dari bertanam sayur cepat yaitu menanam kangkung cabut dengan menggunakan teknologi bokasi dan penggunaan bibit unggul. Pendapatan mingguan didapat dari penjualan ikan lele dumbo karena jenis yang mudah cocok dengan lingkungan, cepat besar dan sumber pakannya dapat diduk ung oleh potensi alam sekitar. Pendapatan bulanan didapat dengan bisa memelihara ternak berkaki empat atau bebek. Dalam pelaksanaannya, PT. MHP sengaja membangun demplot. Pada awal dimulainya program MHBM PT. MHP memberikan penyuluhan dan pelatihan agribisnis trisula tersebut, sehingga masyarakat dapat belajar dan melakukan kegiatan itu serta diharapkan mereka dapat mengembangkannya sendiri. lxxvii

V. HASIL DAN PEMBAHASAN