Masyarakat Desa Hutan TINJAUAN PUSTAKA

xxxiii yang rusak, maka generasi sekarang berkewajiban memperbaikinya sampai menjadi produktif kembali dalam fungsi utamanya 3. Penyelenggaraan kehutanan tidak dapat ditentukan dan atau dilakukan sepihak oleh pemerintah seperti masa lalu, melainkan harus bersama masyarakat secara berkeadilan dan terpadu. Begitupun anggota masyarakat yang menguras manfaat hutan secara sewenang-wenang untuk kepentingan sendiri harus dihentikan demi hukum, karena manfaat hutan harus secara berkeadilan dinikmati bersama oleh masyarakat luas.

2.3. Masyarakat Desa Hutan

Menurut Soejarwo 1998, masyarakat desa hutan adalah masyarakat yang pada umumnya merupakan suatu masyarakat zona sosial ekonomi yang berada di dalam kawasan hutan dan luar hutan. Masyarakat sekitar hutan pada umumnya kuat dalam menjaga adat istiadat dari berbagai pengaruh dari luar, memanfaatkan lahan hutan sebagai sumber ekonomi untuk bertani dan sumber energi. Masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan merasakan betapa pentingnya hutan dalam menunjang kehidupan mereka. Hutan disamping dapat menyediakan keperluan hidup mereka sehari-hari seperti kebutuhan pangan vitamin, protein, karbohidrat dan lain- lain, kayu bakar, kesuburan tanah, sumber air dapat juga memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatan, seperti kayu, rotan, madu, getah-getahan dan lain- lain. Masyarakat memiliki pandangan dan persepsi tertentu mengenai hutan. Bagi mereka hutan tidak hanya mempunyai makna ekonomis, tetapi juga sosial budaya dan religius. Hutan bukan hanya dilihat sebagai sumber flora dan fauna yang beraneka ragam, tetapi mereka menganggap bahwa masyarakat dan hutan merupakan bagian yang tidak terpisahkan Dengan demikian, sangat jelas bahwa hutan mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat. Menurut Laksono et al. 1995 agar masyarakat di dalam dan di sekitar hutan dapat hidup dengan baik, harus meliputi beberapa dimensi : 1. Keamanan dan kecukupan akses ke sumber daya alam – baik untuk saat ini dan masa yang akan datang xxxiv 2. Kesempatan yang bersifat ekonomi – aktifitas yang dilakukan sebaiknya dapat memelihara atau meningkatkan kesempatan hidup 3. Kesempatan pengambilan keputusan – aturan tentang partisipasi yang berarti dalam keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka 4. Keadilan – pemecahan konflik yang fair dan distribusi keuntungan, aturan, tanggung jawab dan insentif 5. Keaslian dan identitas – respek terhadap nilai kultural masyarakat, perilaku, penggunaan lahan dan bahan-bahan baku, baik pada saat ini dan untuk masa yang akan datang bagi kelangsungan generasi 6. Keselamatan dan kesehatan – baik fisik dan mental Anwar 2000 menyebutkan bahwa tiadanya keseimbangan hak- hak dan wewenang antara pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat lokal dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam tersebut sering menimbulkan kebocoran wilayah, terjadinya proses pemiskinan masyarakat komunal lokal serta beban-beban social costs yang harus ditanggung oleh masyarakat tersebut sedangkan mereka tidak memperoleh kompensasi. Seperti telah disebutkan di atas, bahwa untuk mendapatkan manfaat hutan yang optimal maka harus memperhatikan kelestarian fungsi kawasannya, oleh sebab itu untuk mencapai pengelolaan hutan yang lestari adalah sangat penting untuk melaksanakan pemberdayaan masyarakat khususnya yang tinggal didalam dan disekitar hutan. Selain itu, masalah hak-hak kepemilikan merupakan faktor penentu dalam pemanfaatan sumberdaya yang efisien, merata dan berkelanjutan. Dengan adanya pengukuhan hak- hak kepemilikan, akan memperjelas posisi kepemilikan suatu pihak sehingga pihak itu dapat menjaga kelestarian upaya konservasi dan mempertahankan apa ya ng telah menjadi miliknya dari intervensi atau ancaman dari pihak luar Anwar 2000 Selanjutnya Anwar 1995 menyatakan bahwa keberhasilan suatu pembangunan wilayah sangat tergantung apakah masyarakat lokal diberi hak-hak bahwa mereka dapat diikut-sertakan dalam pengambilan pilihan keputusan dalam merancang dan melaksanakan proyek pembangunan yang bersangkutan.apabila masyarakat lokal dapat diikut-sertakan dan mereka mempunyai hak-hak akses kepada sumber daya proyek pembangunan wilayah maka mereka akan xxxv mempunyai ‘rasa memiliki’. Tetapi jika hal ini tidak dilakukan, maka mereka akan tidak menghiraukan proyek tersebut dan mungkin bahkan sampai mencoba menentangnya atau merusaknya. Dengan demikian, maka secara umum adanya penegasan hak- hak akses atau kepemilikan merupakan aspek fundamental dalam sistem ekonomi, khususnya dalam ekonomi pertukaran exchange economy. Hak- hak tersebut mengandung arti bahwa akses dalam bentuk hak-hak pemanfaatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang terhadap sumberdaya access to resources menjadi sangat penting. Menurut Fuad 2001, masyarakat lokal memang mempunyai posisi sangat penting sebagai subyek pengelolaan hutan karena : 1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap mereka yang sebenarnya. 2. Masyarakat akan lebih mempercayai program pembangunan jika mereka merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaan. Mereka akan lebih mengetahui seluk beluk program tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki. Kepercayaan ini penting bila kehutanan memerlukan dukungan masyarakat. 3. Merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan sebagai subyek dalam pembangunan masyarakat sendiri. Dapat dirasakan bahwa mereka pun mempunyai hak untuk ‘urun rembug’ dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka. Hal ini selaras dengan konsep man centered development, yaitu bahwa pembangunan harus dipusatkan kepada kepentingan manusia – artinya suatu jenis pembangunan lebih diarahkan demi perbaikan nasib manusia dan tidak sekedar sebagai alat pembangunan itu sendiri.

2.4. Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat