21
2.3.3. Pembiayaan Premi Asuransi di India Salah satu proyek rintisan asuransi pertanian di India diberi nama NAIS
The National Agriculture Insurance Scheme. Proyek tersebut merupakan pengembangan dari skema asuransi pertanian yang telah diuji coba pada tahun-
tahun sebelumnya. Proyek penelitian ini dilaksanakan di Andhara Pradesh pada tahun 2005-2006. Keikutsertaan petani pada asuransi pertanian saat itu merupakan
syarat yang diberikan oleh bank. Hal ini dilakukan sebagai pengamanan terhadap pinjaman yang diberikan. Sumber pembiayaan premi asuransi yang dibayarkan
petani secara tidak langsung berasal dari pinjaman tersebut. Para petani menyambut baik adanya program ini, karena adanya bantuan finansial sekaligus
jaminan keamanan finansial.
2.4. Kebaruan Penelitian
Nurmanaf et al. 2007 menjelaskan bahwa asuransi pertanian tidak dapat diterapkan pada semua komoditas dan mencakup keseluruhan risiko usahatani.
Hal ini terkait dengan kesulitan dalam pengamanan data aktuaria ataupun potensi kebangkrutan lembaga asuransi akibat nilai pertanggungan yang tinggi. Oleh
karena itu, pengembangan asuransi pertanian diprioritaskan pada usahatani strategis yang pada umumnya adalah usahatani tanaman bahan pangan pokok
ataupun produk pertanian komersial. Berdasarkan penjelasan tersebut kebaruan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah komoditas yang diteliti, yaitu edamame. Edamame merupakan komoditas unggulan dari PT. Saung Mirwan. Dalam penelitian ini,
dianalisis model asuransi pertanian yang dapat diterapkan pada komoditas edamame sebagai komoditas pertanian dengan nilai tinggi.
III . KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis menggambarkan pendekatan dalam memecahkan masalah penelitian. Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini
menggambarkan keterkaitan antar teori-teori yang digunakan dengan keadaan di lapang dalam rangka menjawab tujuan-tujuan penelitian. Teori-teori yang menjadi
landasan penelitian ini antara lain terkait dengan ketidakpastian dan risiko dalam sektor pertanian; upaya perlindungan dan strategi mitigasi risiko; serta efek
asuransi pertanian terhadap pendapatan petani.
3.1.1. Ketidakpastian dan Risiko dalam Sektor Pertanian
Risiko dan ketidakpastian merupakan dua hal yang saling berkaitan, dimana setiap ketidakpastian mengandung risiko yang akan dihadapi pasca
diambilnya keputusan. Soedjana 2007 mengartikan ketidakpastian sebagai suatu situasi pada suatu keadaan atau kejadian di masa mendatang yang tidak dapat
diduga secara pasti. Adapun istilah risiko diartikan sebagai peluang terjadinya suatu kejadian buruk akibat suatu tindakan.
Pada sektor pertanian, petani atau perusahaan sebagai pengambil keputusan sudah sejak lama dihadapkan pada keadaan yang mengandung
ketidakpastian dan risiko. Keadaan tersebut semakin memburuk pada dasawarsa ini. Pertanian sebagai sektor yang menggantungkan produksinya pada kondisi dan
kualitas lingkungan, karena hampir seluruh input esensial dalam sektor pertanian berasal dari alam, merupakan sektor yang paling dirugikan atas perubahan
kualitas lingkungan.
23 Peningkatan laju degradasi lingkungan dan perubahan iklim global
menyebabkan naiknya risiko dan ketidakpastian dalam sektor pertanian. Hal ini terlihat dengan semakin meningkatnya harga-harga produk pertanian sebagai efek
turunnya produksi akibat perubahan cuaca. Namun sayangnya, kondisi kenaikan harga tersebut tidak berpengaruh banyak terhadap pendapatan petani. Perubahan
penerimaan yang diterima petani dari waktu ke waktu terkadang lebih kecil dari perubahan biaya yang harus dikeluarkan. Efek selanjutnya dari kondisi tersebut
ialah hilangnya kesempatan bagi petani untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar yang diduga karena tidak adanya upaya perlindungan yang sistematis dari
pemerintah, seperti asuransi pertanian.
3.1.2. Upaya Perlindungan dan Strategi Mitigasi Risiko
Perlindungan terhadap sektor pertanian merupakan suatu keharusan mengingat kapasitas pertanian sebagai leading sektor di Indonesia. Tercatat lebih
dari 50 penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya di sektor ini. Sektor pertanian juga menyediakan 48 juta lapangan pekerjaan untuk memproduksi
bahan pangan maupun bahan baku industri
3
. Upaya tersebut penting guna meminimalkan kerugian yang terjadi akibat faktor-faktor yang menyebabkan hasil
panen buruk yang berada di luar kemampuan petani untuk mencegahnya. Salah satu instrumen perlindungan pertanian yang efektif ialah asuransi
pertanian. Asuransi pertanian sudah sejak lama diterapkan di negara-negara maju dan terbukti membantu petani dalam menanggulangi kerugian akibat kegagalan
produksi. Asuransi pertanian dapat diwujudkan dalam berbagai model, antara lain melalui pemberian sejumlah kompensasi saat gagal panen terjadi; pemberian
24 pinjaman atau kredit pertanian; dan keterlibatkan pihak swasta dengan
menanggung premi dengan imbalan penjualan hasil ke perusahaan tersebut. Yamaguchi 1987 memaparkan bahwa asuransi pertanian memiliki
beberapa manfaat
3
: 1.
Asuransi pertanian akan melindungi petani dari kerugian secara finansial karena kegagalan panen melalui fungsi tanggungan kerugian;
2. Asuransi pertanian akan meningkatkan posisi tawar petani terhadap kredit
pertanian. Hal ini karena asuransi pertanian menjamin perlindungan dari kegagalan panen, maka petani peserta asuransi mendapat rasio kredit yang
lebih baik jika asuransi termasuk didalamnya; 3.
Skim asuransi pertanian disamping meningkatkan stabilitas pendapatan petani dengan menanggung kerugian mereka akibat dampak bencana alam, juga
merupakan kebijakan yang positif dalam meningkatkan produktivitas dengan pengendalian hama dan pemberantasan penyakit;
4. Asuransi pertanian memberikan kontribusi terhadap stabilitas ekonomi yang
lebih baik dengan upaya produksi pertanian yang berkelanjutan.
3.1.2.1. Model Asuransi Pertanian untuk Usahatani Padi dari PSEKP
Suatu model asuransi yang baik adalah yang telah melalui tahapan uji coba pelaksanaan. Hal tersebut penting guna mengukur bisa atau tidaknya model
asuransi untuk dioperasikan workable or not workable. Uji coba asuransi sebaiknya didasarkan atas kondisi usahatani, khususnya luas areal garapan,
kesediaan petani, mekanisme yang disepakati, dan keterlibatan lembaga terkait.
3
Pusat Pembiayaan Pertanian, Kementrian Pertanian RI. 2010. Asuransi Pertanian, Upaya Memperkecil Risiko Usaha Tani. http:penyuluhpertanian.compeluang-pengembangan-asuransi-
pertanian di akses pada tanggal 7 Februari 2011
25 Keterlibatan PSEKP dalam penyusunan model asuransi usahatani padi
yang akan di uji coba menjadi sebuah keharusan, mengingat PSEKP merupakan instansi pemerintah yang membidangi kajian tentang pertanian. Model asuransi
usahatani padi dari PSEKP menggunakan pendekatan terhadap pemerintah daerah dan lembaga asuransi sebagai penanggung klaim. Ketiga pelaku sistem asuransi
ini pemerintah sebagai regulator dan fasilitator, perusahaan asuransi, dan petani termasuk pendamping lapangan diharapkan dapat berinteraksi dalam satu konsep
yang disebut koordinasi tiga jalur three way coordinator. Ketiga pihak tersebut merupakan penggerak dari sistem asuransi usahatani padi. Strategi koordinasi tiga
jalur dapat dilihat pada Gambar 4.
Sumber: Pasaribu 2010
Gambar 4. Strategi Sistem Asuransi Usahatani Padi dengan Pendekatan Koordinasi Tiga Jalur
3.1.3. Efek Asuransi Pertanian pada Pendapatan Petani
Petani sebagai profesi yang umumnya dilakukan oleh masyarakat kelas menengah ke bawah, terutama di negara-negara berkembang, dianggap tidak
begitu menjanjikan karena menghasilkan pendapatan yang tidak pasti.
Sektor publik pemerintah pusat dan
daerahregulatorfasilitator
Lembaga asuransi perusahaan
swasta PetaniKelompok
TaniGapoktanSubak usahatani padi
Sistem Asuransi Usahatani Padi
jaringan kemitraan
26 Ketidakpastian pendapatan selain disebabkan oleh ketidakpastian produksi,
disebabkan pula oleh fluktuasi harga komoditas di pasar. Menteri Pertanian Suswono mengatakan, petani sebagai komponen atau masyarakat yang
memberikan sumbangsih besar dalam ketahanan pangan sudah seharusnya jika kehidupan,
khususnya kesejahteraan
mereka mendapatkan
perhatian
4
. Perlindungan terhadap petani diperlukan terutama ketika petani sedang ditimpa
kesulitan, sehingga petani dapat melangsungkan usahataninya. Upaya pemerintah dalam mewujudkan usaha perlindungan petani tersebut
adalah dengan menggarap Undang-undang Perlindungan Petani
4
. Undang-undang tersebut diharapkan dapat menjadi payung hukum kegiatan pengalihan risiko
pertanian seperti jaminan asuransi guna peningkatan kesejahteraan petani. Upaya perlindungan tersebut juga diharapkan dapat memotivasi petani untuk
meningkatkan efisiensi kerja, sehingga skala usahanya pun meningkat. Skala usaha menjadi penting karena tidak dapat dipungkiri bahwa asuransi sebagai suatu
bisnis sangat bergantung pada rasio cost benefit atas usaha petani. Program asuransi tidak akan dilaksanakan sekiranya tidak cukup efektif dalam
menanggung risiko suatu usaha tani. Namun demikian, para petani dan pengusaha pertanian tidak perlu
khawatir. Asuransi pertanian pada hakikatnya hadir bertujuan untuk memberikan proteksi atau pembagian risiko gagal panen akibat hama, penyakit, atau pun
bencana alam, dimana semua pihak yang terlibat dalam asuransi pertanian tersebut dapat diuntungkan, bahkan sampai pada upaya perbaikan situasi ekonomi. Selain
4
Yahoo. 2010.
Pemerintah Menyiapkan
Undang-undang Perlindungan
Petani. http:www.penyuluhpertanian.compemerintah-menyiapkan-undang-undang-perlindungan-petani
di akses pada 7 Februari 2012.
27 itu, berbagai pilot project asuransi pertanian telah diterapkan oleh Departemen
Pertanian dan terbukti cukup berhasil dalam memberi proteksi kepada petani.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Dampak perubahan iklim berupa perubahan pergeseran musim dan serangan hama penyakit meningkatkan risiko pada sektor pertanian. Risiko
tersebut diidentifikasi melalui perubahan produksi yang dialami petani mitra. Keadaan ini berakibat pada kemungkinan penurunan pendapatan, bahkan
kehilangan modal usaha petani yang pada akhirnya menurunkan tingkat kesejahteraan petani. Diperlukan upaya perlindungan dan startegi mitigasi risiko
guna menjaga kestabilan pendapatan maupun kesejahteraan petani. Tahapan pelaksanaan penelitian dimulai dari identifikasi risiko yang
mempengaruhi ketidakpastian dalam pertanian, khususnya pada tanaman hortikultura di PT. Saung Mirwan. Selanjutnya, analisis difokuskan pada urgensi
asuransi pertanian sebagai instrumen perlindungan bagi petani. Kemudian dilakukan analisis model asuransi pertanian dari PSEKP dalam rangka
menanggulangi risiko pertanian. Analisis dilakukan dengan melihat kelebihan dan kekurangan model asuransi pertanian PSEKP, serta kemungkinannya diterapkan
pada PT. Saung Mirwan dan mitra taninya. Studi literatur merupakan tahap analisis utama pada bagian ini guna mendapat hasil penelitian yang relevan. Lalu
dilakukan analisis dampak asuransi pertanian dengan menghitung pendapatan petani mitra. Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi stakeholder maupun perusahaan dan mitra tani terkait untuk menerapkan instrumen asuransi pertanian. Uraian kerangka pemikiran di atas
dapat digambarkan dalam alur kerangka pemikiran yang disajikan pada Gambar 5.
28
Gambar 5. Diagram Alur Berpikir
Keterangan: = Analisis penelitian
Peningkatan risiko dan ketidakpastian dalam sektor pertanian akibat perubahan iklim dan
bencana alam
Perubahan pendapatan petani
Urgensi Asuransi Pertanian: Upaya perlindungan dan
strategi mitigasi risiko usaha pertanian
Perubahan produktivitas pertanian
Asuransi pertanian
Analisis model asuransi pertanian PSEKP dan kemungkinannya
untuk diterapkan pada PT. Saung Mirwan dan Mitra Tani-nya
Dampak Asuransi Pertanian: Upaya menjaga stabilitas pendapatan petani
dengan memastikan petani tetap berproduksi, sehingga kesejahteraan petani meningkat
Rekomendasi penerapan usaha asuransi pertanian pada
PT. Saung Mirwan
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan analisis dari penerapan asuransi pertanian sebagai bentuk adaptasi pada risiko perubahan iklim dan sarana meningkatkan
kesejahteraan petani. Pengambilan data primer dan sekunder dilakukan di PT. Saung Mirwan yang terletak di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung,
Kabupaten Bogor dan mitra taninya yang tersebar di Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cipanas. PT. Saung Mirwan dipilih sebagai tempat penelitian
karena terdapat risiko usaha, baik pada perusahaan maupun pada petani mitranya. Komoditas yang diteliti adalah usahatani kedelai Jepang edamame pada
dua musim tanam. Musim tanam satu atau basis berlangsung pada triwulan IV 2011 dan musim tanam dua berlangsung pada triwulan I 2012. Risiko usaha pada
petani mitra dan perusahaan saling terkait karena stok produk didapat dari petani mitra. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2012 sampai Februari 2013 yang
terdiri dari survey lokasi penelitian, penyusunan proposal penelitian, pengumpulan data, dan penyusunan skripsi.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara kepada mitra tani dan staf
PT. Saung Mirwan guna mengetahui persepsi mereka pada asuransi pertanian. Wawancara juga dilakukan kepada Kepala Badan Penyuluh Pertanian Peternakan
dan Kehutanan BP3K Kecamatan Megamendung, staf Departemen Pertanian, dan staf Asuransi Bumi Putera Muda guna mendapat informasi perkembangan
asuransi pertanian di Indonesia. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian