VI. URGENSI ASURANSI PERTANIAN BAGI PT. SAUNG MIRWAN DAN MITRA TANINYA
6.1. Urgensi Asuransi Pertanian bagi PT. Saung Mirwan
Risiko usahatani tidak hanya dihadapi oleh petani, tetapi juga dialami oleh PT. Saung Mirwan sebagai mitranya. Stok utama produk edamame yang masuk
ke perusahaan diperoleh dari petani mitra. Efeknya, risiko yang dihadapi perusahaan adalah risiko kekurangan supply produk dari petani mitra. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi order costumer dan realisasi pengiriman produk. Rekapitulasi order dan kirim produk dapat dilihat
pada Tabel 9.
Tabel 9. Rekapitulasi Order dan Kirim Produk Edamame PT. Saung Mirwan Tahun 2011
Uraian Jumlah kg
Edamame kirim 116 609
63.5 Edameme order
Jumlah permintaan yang belum dipenuhi 183 755
67 146 -
36.5
Sumber: Divisi Pengadaan PT. Saung Mirwan diolah 2012
Tabel 9 memperlihatkan jumlah permintaan yang belum dipenuhi perusahaan, yaitu sebesar 67 146 kg. Ketidakmampuan perusahaan dalam
memenuhi permintaan tersebut disebabkan oleh menurunnya pasokan edamame dari mitra tani akibat pergeseran perubahan musim dan serangan hama penyakit.
Dalam hal ini, perusahaan akan mendahulukan kelompok costumer industries yang menerapkan aturan pinalty berupa ganti rugi produk pada kontrak
kerjasamanya, apabila perusahaan tidak dapat memenuhi jumlah produk yang dipesan. Dampak lain yang mungkin timbul dari ketidaksanggupan perusahaan
dalam memenuhi order produk dari costumers adalah pemberhentian pemesanan
51 produk kepada perusahaan, baik untuk sementara waktu atau seterusnya, karena
berkurangnya kepercayaan costumers. Risiko kekurangan produk dari perusahaan sebenarnya tidak lepas dari
risiko yang dihadapi petani. Perusahaan berusaha membantu petani guna stabilnya supply
produk, meski dengan keterbatasan karena perusahaan memiliki risiko lainnya untuk ditanggung. Zein 2011 memaparkan bantuan yang diberikan
perusahaan kepada petani mitra adalah bantuan pinjaman benih dan bantuan teknologi. Bantuan pinjaman benih dilakukan dengan cara mengajukan pinjaman
pada awal masa penanaman. Pinjaman tersebut umumnya dibayar petani dengan memotong penerimaan hasil panen yang diterima dari perusahaan. Apabila, petani
mengalami gagal panen, pembayaran pinjaman dapat ditangguhkan hingga petani memiliki cukup dana untuk membayarnya. Bantuan teknologi dilakukan dengan
memberi informasi teknik budidaya edamame kepada petani. Usaha lain yang dilakukan perusahaan untuk menstabilkan supply produk adalah melaksanakan
program tanam. Program tanam dilakukan dengan mengatur waktu tanam pada mitra tani, sehingga apabila terjadi penurunan jumlah produksi pada satu wilayah
akibat faktor cuaca, seperti kekurangan air, dapat ditanggulangi dengan mengambil produk dari wilayah lain yang kondisi cuacanya mendukung.
Pelaksanaan program tanam bekerjasama dengan beberapa mitra lain di daerah Garut dan Lembang.
Risiko lain yang dihadapi perusahaan adalah risiko pengembalian produk oleh costumers. Hal tersebut umumnya terjadi karena dua hal, yakni karena selisih
timbang produk di perusahaan dengan di costumers dan karena produk rusak. Pengembalian produk karena rusak memiliki penyebab yang beragam, antara lain
52 pengemasan yang tidak sempurna; suhu udara yang tidak sesuai saat pengiriman,
sehingga produk layu atau menguning; dan kerusakan saat distribusi. Namun, pengembalian produk karena rusak jarang terjadi, karena perusahaan telah
melakukan standardisasi produk sebelum dikirim. Pengembalian produk karena selisih timbang merupakan faktor risiko yang lebih sering dihadapi oleh
perusahaan. Pengembalian produk karena selisih timbah sejauh ini tidak pernah
melebihi 2 dari total produk yang dikirim. Kerugian karena hal tersebut pun ditekan seminimal mungkin dengan menetapkan harga penjualan produk yang
meliputi harga beli dari petani, biaya pengemasan, ongkos kirim, dan profit. Produk edamame yang dikembalikan tidak dapat dipasarkan lagi ke pelanggan
lain, sehingga perusahaan menjualnya ke pengumpul dengan harga yang lebih murah.
Secara keseluruhan perusahaan telah mencoba untuk mengidentifikasi setiap risiko yang mungkin terjadi, kemudian mencari alternatif solusi terbaik
untuk mengatasinya. Namun, bukan berarti perusahaan dapat terbebas sama sekali oleh risiko. Tetap ada beberapa risiko yang pada kapasitasnya tidak dapat diatasi
oleh perusahaan, salah satunya risiko kekurangan supply yang disebabkan risiko penurunan produksi di petani. Oleh sebab itu, perusahaan sangat mendukung
adanya asuransi pertanian untuk petani edamame, karena upaya tersebut dapat
menjamin ketersediaan bahan baku bagi perusahaan. 6.2. Urgensi Asuransi Pertanian bagi Petani sebagai Mitra Tani PT. Saung
Mirwan
Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani menghadapi berbagai macam risiko. Hal ini mengakibatkan kebutuhan terhadap asuransi pertanian
53 sebagai suatu mekanisme perlindungan usaha atau pembagian risiko menjadi
besar dan penting. Analisis pentingnya asuransi pertanian dilakukan dengan melihat persepsi responden pada perubahan produktivitas hasil panennya.
Penilaian persepsi dilakukan melalui identifikasi tingkat kepahaman responden pada faktor penyebab perubahan produktivitas, dampak perubahan produktivitas,
dan upaya adaptasi yang dilakukan akibat perubahan produktivitas tersebut. Faktor penyebab perubahan produktivitas yang dibahas adalah perubahan
pergeseran musim dan serangan hama penyakit, sedangkan dampak perubahan produktivitas yang dibahas adalah perubahan jumlah output.
Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden mengetahui perubahan produktivitas, bahkan seluruh responden juga menyatakan pernah
mengalami perubahan produktivitas. Kondisi ini mencerminkan kesadaran responden akan risiko usahatani yang dihadapinya. Jumlah responden yang
memiliki pengetahuan dan pengalaman pada perubahan produktivitas dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah Responden yang Memiliki Pengetahuan dan Pengalaman pada Perubahan Produktivitas Selama Dua Musim Tanam
Persepsi Respon
Pengetahuan pada perubahan produktivitas Tahu
100 Tidak tahu
Pengalaman perubahan produktivitas Pernah
100 Tidak pernah
Sumber: Data primer diolah 2012
Perubahan produktivitas adalah kondisi saat produksi naik atau turun, baik dalam skala kecil ataupun besar. Perubahan produktivitas yang terjadi pada
sebagian besar responden adalah penurunan produksi, hanya 10 responden yang mengalami peningkatan produksi. Peningkatan produksi yang terjadi pada
responden antara 20-60 dari hasil produksi sebelumnya.
54 Penurunan produksi dalam skala besar biasa dikenal oleh responden
sebagai gagal panen. Gagal panen yang pernah dialami responden antara 75-96 dari hasil produksi sebelumnya. Adapun rata-rata penurunan produksi
dari keseluruhan responden adalah 50 dari hasil produksi sebelumnya. Persentase penurunan produksi hasil panen edamame dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Penurunan Produksi PP Edamame yang Pernah Dialami Responden Selama Dua Musim Tanam
Penurunan Produksi Jumlah Responden Orang
PP = 25 3
11 25 PP = 50
8 30
50 PP = 75 10
37 PP 75
6 22
Jumlah 27
100
Sumber: Data primer diolah 2012
Tabel 11 memperlihatkan bahwa terdapat 22 responden yang mengalami gagal panen. Selain itu, sebagian besar responden, yaitu sejumlah 37,
mengalami penurunan produksi sebesar 50-74. Dari Tabel 11 dapat diketahui pula bahwa penurunan produksi yang cukup besar, yaitu = 50, menimpa lebih
dari setengah responden, yaitu 59 responden. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa produktivitas rata-rata
edamame yang ditanam responden pada musim tanam satu adalah 3 420 kgha dengan jumlah penggunaan benih rata-rata sebanyak 50.6 kgha. Dari hasil
tersebut diketahui bahwa 1 kg benih edamame yang ditanam hanya mampu menghasilkan 67.6 kg edamame segar. Produktivitas rata-rata tersebut turun pada
musim tanam dua menjadi 1 710 kgha. Tabulasi perhitungan produktivitas rata- rata edamame yang ditanam responden selama dua musim tanam dapat dilihat
pada Lampiran 3.
55 Produktivitas rata-rata edamame yang ditanam responden menunjukan
hasil yang belum maksimal. Samsu 2001 menjelaskan kebutuhan benih edamame per hektar 60 kg
–75 kg tergantung dari jarak tanam yang dipergunakan. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 25 cm x 25 cm. Dari 1 kg benih tersebut,
dapat dihasilkan 80 kg –100 kg edamame segar
9
. Hal ini berarti produktivitas ideal yang dapat dicapai untuk kacang edamame adalah 4 800 kgha
–7 500 kgha. Jumlah tersebut masih jauh dari produktivitas yang dihasilkan responden. Kondisi
ini mengindikasikan adanya risiko produksi pada daerah penelitian. Faktor penyebab perubahan produktivitas yang dirasakan responden
berbeda-beda. Responden mengaku kenaikan produksi umumnya terjadi ketika perawatan tanaman baik dan cuaca selama musim tanam mendukung, sedangkan
penurunan produksi lebih banyak terjadi karena faktor kondisi alam yang tidak mendukung selama penanaman, seperti pergeseran perubahan musim dan
serangan hama penyakit. Faktor penyebab penurunan produktivitas yang dipilih mayoritas
responden adalah pergeseran perubahan musim. Hal itu dinyatakan oleh 85.19 responden yang diwawancarai. Dari jumlah tersebut, 37.04 adalah gabungan
responden yang memilih perubahan pergeseran musim dan serangan hama penyakit sebagai faktor penurunan produktivitas.
Pergeseran perubahan musim dan pola tanam merupakan dampak dari peningkatan kejadian iklim ekstrim yang ditandai dengan perubahan pola curah
hujan. Curah hujan yang rendah pada musim kemarau menyebabkan tanaman edamame sulit berproduksi, karena kebutuhan air untuk pertumbuhannya yang
9
Hasil wawancara dengan PPL PT. Saung Mirwan, Munawar Supriatna, 28 Maret 2012.
56 tidak terpenuhi
10
. Namun, pola curah hujan yang semakin meningkat pada musim tanam satu hingga musim tanam dua justru mengakibatkan tanaman edamame
sulit mendapat sinar matahari dan rusak, sehingga terjadi penurunan produksi edamame, bahkan sejumlah kasus mengalami kegagalan panen.
Perubahan pergeseran musim juga ditandai dengan fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang kian meningkat yang kemudian menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu tanaman
11
. Persentase faktor penyebab penurunan produktivitas yang dialami responden dapat dilihat
pada Tabel 12.
Tabel 12. Faktor Penyebab Penurunan Produktivitas yang Dialami Responden Selama Dua Musim Tanam
No. Faktor Penyebab Perubahan
Produktivitas Jumlah Responden
Orang
1. Perubahan pergeseran musim
13 48.15
2. Serangan hama penyakit
2 7.41
3. Perubahan pergeseran musim dan
serangan hama penyakit 10
37.04 4.
Kualitas tanah yang kurang baik 2
7.41
Jumlah 27
100.00
Sumber: Data primer diolah 2012
Penurunan produktivitas yang terjadi, mendorong responden untuk melakukan tindakan adaptasi. Tindakan yang mereka ambil merupakan bentuk
penyesuaian pada faktor penyebab perubahan produktivitas yang mereka alami. Tindakan adaptasi yang dilakukan responden adalah mengganti waktu tanam;
mengganti jenis komoditas yang ditanam; mengganti waktu tanam dan jenis komoditas yang ditanam; mengganti waktu tanam dan mengajukan kredit
10
Hasil wawancara dengan PPL PT. Saung Mirwan, Ardhita Zulhis P., 14 Juli 2012.
11
Agustin. 2011. Dampak Perubahan Iklim terhadap Serangan OPT Tanaman Perkebunan. http:agustin.mhs.upnyk.ac.id20111105dampak-perubahan-iklim-terhadap-serangan-
organisme-pengganggu-tumbuhan-opt-tanaman-perkebunan diakses pada 9 Juli 2012.
57 pinjaman modal; menambah pupuk; menambah pupuk dan obat; meningkatkan
perawatan tanaman; meninggikan parit saat curah hujan tinggi; dan mengurangi tanaman pada saat musim hujan untuk menekan jumlah tanaman yang rusak.
Tindakan mengganti waktu tanam dilakukan oleh responden ketika cuaca dianggap tidak mendukung untuk melakukan penanaman. Salah satunya saat
curah hujan tinggi yang menyebabkan risiko penurunan produksi meningkat, sehingga responden lebih memilih untuk mengundur waktu tanam edamame.
Tindakan lain yang dilakukan ketika terjadi kondisi cuaca yang tidak mendukung adalah mengganti jenis komoditas yang ditanam. Komoditas yang umumnya
ditanam responden pada saat sedikit air adalah umbi-umbian, seperti ubi dan talas, sedangkan komoditas yang biasa ditanam responden saat curah hujan tinggi
adalah caysin. Tindakan menambah pupuk dan obat umumnya dilakukan saat musim
hujan, termasuk periode tanam setelah musim tanam dua, karena musim hujan menyebabkan pupuk dan obat yang diberikan ke tanaman tidak bertahan lama
akibat terbawa air hujan. Selain itu, terdapat juga responden yang meningkatkan perawatan tanaman pada periode tanam setelah musim tanam dua, berupa
penambahan frekuensi penyiangan dan penyulaman tanaman, serta pembersihan tanaman dari organisme pengganggu saat musim kemarau. Hal tersebut dilakukan
guna meminimalkan risiko penurunan hasil panen. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden,
yaitu sejumlah 37.04 memilih mengganti jenis komoditas yang ditanam sebagai tindakan adaptasi. Hal ini dianggap paling efektif dalam menekan kerugian akibat
pergeseran perubahan iklim, karena responden masih dapat memanfaatkan lahan
58 untuk menanam komoditas lain dan menghasilkan sejumlah penerimaan, walau
tidak sebesar penerimaan ketika menanam edamame. Dari responden yang mengalami penurunan produktivitas, terdapat 10
responden yang tidak melakukan tindakan adaptasi. Hal tersebut dikarenakan sikap ketidakpedulian responden pada penurunan produktivitas yang terjadi.
Jumlah responden dari setiap tindakan adaptasi selama dua musim tanam dapat
dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Tindakan Adaptasi Akibat Penurunan Produktivitas yang
Dilakukan Responden Selama Dua Musim Tanam
No. Tindakan Adaptasi
Jumlah Responden Orang
1. Mengganti waktu tanam
1 3.70
2. Mengganti jenis komoditas yang ditanam
10 37.04
3. Mengganti waktu tanam dan jenis
komoditas yang ditanam 1
3.70 4.
Mengganti waktu tanam dan mengajukan kredit pinjaman modal
1 3.70
5. Menambah pupuk
1 3.70
6. Menambah pupuk dan obat
2 7.41
7. Meningkatkan perawatan tanaman
5 18.52
8. Meninggikan parit saat curah hujan tinggi
2 7.41
9. Mengurangi tanaman saat musim hujan
1 3.70
10. Tidak melakukan tindakan adaptasi 3
11.11
Jumlah 27
100.00
Sumber: Data primer diolah 2012
Tindakan adaptasi yang dilakukan oleh responden belum mampu mengurangi risiko pada usahatani edamame. Hal ini terbukti dari banyaknya
responden yang mengalami penurunan produksi, yaitu sebesar 90 responden. Tindakan adaptasi konvensional saja tidak akan mampu menekan risiko usahatani
secara signifikan. Perlu upaya sistematis dan melembaga untuk mengalihkan ataupun membagi risiko usahatani yang timbul, terutama akibat perubahan
pergeseran musim.
BAB VII. MODEL ASURANSI PERTANIAN PUSAT STUDI EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN PSEKP
7.1. Konsep Asuransi Pertanian PSEKP