64 Saat ini, sedang dirancang dan dibahas Rencana Undang-Undang RUU
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani oleh Kementerian Pertanian bersama Dewan Perwakilan Rakyat DPR. Payung hukum ini diharapkan dapat segera
diselesaikan agar penyelenggaraan skim asuransi pertanian dapat terwujud. Tetapi, timbul kekhawatiran bahwa UU tersebut tidak dapat disahkan dalam
waktu dekat, karena harus diikuti dengan penerbitan peraturan pelaksanaannya. Disisi lain, petani masih terus menghadapi kesulitan karena meningkatnya risiko
peristiwa gagal panen puso berupa banjir, kekeringan, dan serangan hama. Belum padunya perlindungan dalam bentuk skim asuransi berarti petani harus
menanggung sendiri kerugian yang tidak sedikit. Oleh karena itu, legal formal yang juga sedang diusulkan adalah Surat
Keputusan Bersama SKB tiga menteri Menteri Pertanian, Menteri Keuangan, dan Menteri Dalam Negeri. SKB tersebut diharapkan dapat segera diterbitkan
dan diberlakukan sebagai dasar hukum resmi penyelenggaran asuransi pertanian.
7.2. Materi Asuransi Pertanian PSEKP dan Bumida
Asuransi pertanian berdasarkan kajian PSEKP dan Bumida terdiri dari tiga aspek, yaitu landasan dasar struktur asuransi pertanian; unsur kunci yang
membentuk suprastruktur skim asuransi pertanian; dan prasyarat esensial untuk pelaksanaan asuransi. Landasan dasar struktur asuransi pertanian mencakup:
1. Risiko yang ditanggung meliputi gagal panen kategori puso yang disebabkan
oleh: a.
Serangan hama tanaman atau penyakit tanaman, yaitu penggerek batang, wereng coklat, tikus, tungro, keong mas, dan hama lainnya;
65 b.
Kekeringan tanaman padi sebagai akibat kekurangan air irigasi atau karena anomali iklim;
c. Banjir.
Risiko yang tidak ditanggung meliputi kerugian yang disebabkan satu dari hal sebagai berikut:
a. Reaksi nuklir, sentuhan radioaktif, radiasi reaksi inti atom yang langsung
mengakibatkan kegagalan panen tanpa memandang bagaimana dan dimana terjadinya;
b. Terjadinya peperangan baik dinyatakan maupun tidak atau sebagian
wilayah Indonesia dinyatakan dalam keadaan bahaya atau darurat perang; c.
Terjadinya huru hara mobilisasi massa yang berkaitan dengan gerakan politik yang langsung mengakibatkan kegagalan panen;
d. Tindakan hukum yang dilakukan oleh Pemerintaha Republik Indonesia
terhadap tertanggung dan atau penerima jaminan; e.
Diakibatkan oleh pola tanam dan mekanisme diluar rekomendasi Dinas Pertanian;
f. Lahan tadah hujan;
g. Lahan yang belum memiliki irigasi permanen;
h. Diakibatkan oleh lahan ditanami varietas yang sama selama lima tahun
tidak dilakukan giliran varietas selama lima tahun; i.
Varietas di luar rekomendasi Dinas Pertanian; j.
Diakibatkan oleh pemakaian pupuk di luar rekomendasi Dinas Pertanian; k.
Diakibatkan oleh tanam dini dan lambat tanam, yaitu menanam sebelum atau sesudah waktu-waktu yang direkomendasikan.
66 2.
Asuransi pertanian masuk ke dalam sektor publik, karena terdapat keterlibatan pemerintah dalam penyusunan legal formal pelaksanaan asuransi
dan pembiayaan premi, serta program asuransi. 3.
Pendekatan penerapan sistem asuransi adalah pendekatan individu dengan menanyakan persepsi dan partisipasi petani pada asuransi pertanian.
4. Partisipasi petani dalam program asuransi pertanian adalah sukarela atau
bukan suatu kewajiban. Himpunan unsur kunci pembentuk asuransi pertanian mencakup sembilan
hal, yaitu: 1.
Petani sasaran merupakan kelompok tani, maka tertanggung merupakan ketua kelompok tani yang mewakili anggota-anggota kelompoknya.
2. Komoditas yang dijamin adalah padi dari benih unggul, seperti varietas
Ciherang, IR 64, Mikonga, Cigeulis, dan jenis lain yang direkomendasikan Dinas Pertanian. Proses penanaman dan pemeliharaan harus sesuai dengan
mekanisme Good Agricultural Practice GAP yang dianjurkan Dinas Pertanian, yaitu:
a. Pemupukan berimbang dengan komposisi pupuk organik lebih dominan;
b. Tidak direkomendasikan penggunaan pupuk anorganik secara berlebihan;
c. Waktu tanam sesuai dengan rekomendasi Dinas Pertanian;
d. Melakukan pergantian pola tanam sesuai rekomendasi Dinas Pertanian;
e. Diberlakukan giliran varian dengan maksimal tanam untuk varietas yang
sama selama lima tahun; f.
Persyaratan teknis lainnya yang direkomendasikan oleh Dinas Pertanian.
67 3.
Cakupan asuransi meliputi biaya produksi berupa biaya benih; biaya pestisida; biaya tenaga kerja; biaya sewa peralatan, seperti traktor; dan biaya
input lainnya. Risiko pertanggungan meliputi gagal panen kategori puso yang mencakup luas serangan 90 dengan dampak kerugian 75 dari
produktivitas standar per hektar. 4.
Nilai premi yang ditetapkan adalah 3 dari nilai pertanggungan. Perhitungan premi tersebut berdasarkan tarif premi dikalikan maksimal exposure dan
range premi dari berbagai negara yang berkisar 2-5. Premi dibayar
sekaligus tunggal dan dibayar selambat-lambatnya 14 hari dihitung dari tanggal mulai berlakunya pertanggungan. Pembayaran premi dapat dilakukan
dengan cara tunai, cek, bilyet giro, transfer, atau dengan cara lain yang disepakati antara penanggung dan tertanggung. Apabila jumlah premi
sebagaimana yang dimaksud tidak dibayar sesuai cara dan dalam jangka waktu yang ditetapkan, pertanggungan batal dengan sendirinya terhitung
mulai tanggal berakhirnya tenggang waktu tersebut. Penanggung dibebaskan dari semua tanggung jawab sejak tanggal dimaksud, tanpa mengurangi
jaminan pertanggungan yang telah menjadi tanggung jawab penanggung sebelum tanggal itu, dengan tidak mengurangi kewajiban pihak tertanggung
atas pembayaran premi sebesar 20 dari premi tahunan, kecuali jika diperjanjikan lain.
5. Jumlah kerugian yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung besarnya
ganti rugi adalah produktivitas per kelompok tani dihitung pada saat panen dengan dasarnya adalah laporan awal serangan hama dan penyakit, banjir,
68 atau kekeringan. Batas maksimum limit jaminan yang dapat diberikan
penanggung maksimal sebesar: a.
Limit per hektar adalah Rp ............. per hektar; b.
Limit per kecamatan adalah Rp ............. per kecamatan; c.
Agregat limit selama periode pertanggungan adalah Rp ............... selama periode pertanggungan.
6. Atribut kelembagaan asuransi pertanian terdiri dari tiga pihak, yaitu
pemerintah daerah, perusahaan asuransi, dan kelompok tani. Transformasi koordinasi tiga jalur membentuk kelompok kerja asuransi pertanian dapat
dilihat pada Gambar 6.
Sumber: Pasaribu 2009
Gambar 6. Diagram Transformasi Koordinasi Tiga Jalur Kelompok Kerja Pokja Asuransi Pertanian
Kelompok Kerja Pokja Asuransi Pertanian KAP berkedudukan di tingkat kabupaten dan dibentuk untuk menangani segala keperluan
penyelenggraan asuransi pertanian. Anggota KAP terdiri dari unsur pemerintahan, yaitu Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Biro Hukum, Dinas PendapatanBiro
Pemerintah Daerah
Petani Perusahaan
Asuransi Perusahaan
Asuransi Swasta
Kelompok Tani
Petani Pemerintah
Daerah
Pokja Asuransi
Pertanian
69 Keuangan, Dinas Pekerjaan UmumPengairan, Camat, dan Kepala Desa;
pihak asuransi; dan petani atau kelompok tani. Dalam melaksanakan tugasnya KAP dilengkapi dengan pedoman pelaksanaan sebagai petunjuk teknis dan
operasional kegiatan asuransi pertanian. Pedoman pelaksanaan juga dilengkapi dengan dokumen kesepahaman untuk memenuhi unsur-unsur
legalitas program asuransi tersebut. 7.
Dana untuk pembayaran premi asuransi berasal dari petani dan pemerintah daerah. Pemerintah daerah mensubsidi biaya premi asuransi sebesar 50.
Sumber keuangan untuk subsidi tersebut adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD atau dana Corporate Social Responsibility CSR.
Dana CSR berasal dari perusahaan yang melakukan kegiatan usahanya di daerah setempat. Dana CSR merupakan salah satu bentuk tanggung jawab
sosial perusahaan pada masyarakat dan lingkungan dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Kemudian, 50 sisa premi
dibayar oleh petani. 8.
Pertanggungan asuransi sesuai dengan yang dicantumkan dalam deklarasi pertanggungan dan premi sudah dibayar lunas sesuai ketentuan sejak tanggal
diterimanya premi oleh penanggung dari tertanggung dan sampai dengan tanggal berakhirnya masa periode polis. Jangka waktu pertanggungan
maksimal satu tahun. Kegiatan penjaminan ulang untuk musim selanjutnya dapat
disepakati kembali
melalui proses
pengajuan permohonan
pertanggungan risiko. Pertanggungan asuransi terhadap tertanggung akan berakhir dengan sendirinya, jika:
a. Limit ganti rugi sudah mencapai maksimal ketentuan limit per hektar;
70 b.
Limit ganti rugi sudah mencapai maksimal sesuai ketentuan limit per kecamatan;
c. Limit ganti rugi sudah mencapai maksimal sesuai ketentuan limit per tahun
selama periode pertanggungan. 9.
Para petani atau kelompok tani dapat berkomunikasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan sistem asuransi melalui penyuluh pertanian
ataupun forum yang diselenggrakan oleh KAP. Prasyarat pelaksanaan sistem asuransi pertanian adalah:
1. Ketersediaan data dan informsi yang memadai mengenai:
a. Luas tanam, luas panen, produktivitas, dan produksi padi di wilayah
setempat; b.
Cash flow usahatani padi rata-rata petani di wilayah setempat; c.
Jenis risiko dan kerugian kehilangan hasil usahatani padi lima tahun terakhir.
2. Ketersediaan personal yang terlatih, dalam hal ini adalah KAP sebagai tim
pelaksana sistem asuransi pertanian yang terdiri dari berbagai instansi, serta penyuluh pertanian sebagai pendamping petani di lapang yang berasal dari
Dinas Pertanian setempat. 3.
Pemantauan dan evaluasi keragaan asuransi pertanian dilakukan oleh KAP. Selain itu, pihak asuransi juga mempunyai tim independen yang akan
melakukan verifikasi jika ada laporan tentang tanaman yang gagal panen. 4.
Berbagai informasi teknologi dan gagasan untuk kemajuan ataupun penyempurnaan sistem asuransi pertanian disampaikan melalui KAP untuk
kemudian dilanjutkan ke petani lewat penyuluh ataupun forum diskusi.
71
7.3. Kelebihan dan Kekurangan Konsep Asuransi Pertanian PSEKP