Analisis Model Asuransi Pertanian PSEKP Analisis Dampak Asuransi pada Pendapatan Petani Mitra

32 perubahan produktivitas, perubahan produktivitas yang terjadi pada petani mitra, faktor-faktor perubahan produktivitas, dan cara penanggulangannya. Perubahan produktivitas pada petani mitra dilihat dari hasil panen mereka pada musim tanam satu dan musim tanam dua. Besarnya perubahan produksitivitas akan menentukan kebutuhan petani mitra pada asuransi pertanian. Petani mitra yang mengalami penurunan produksi, terlebih yang mengalami gagal panen, diperkirakan membutuhkan asuransi pertanian untuk membantu mereka berproduksi kembali pada musim selanjutnya. Gagal panen merupakan kondisi tidak dapat dipanennya 75 atau lebih komoditas pertanian yang ditanam karena faktor tertentu. Faktor yang dikaji dalam penelitian ini adalah pergeseran perubahan musim dan serangan hama penyakit. Penetapan persentase kegagalan panen didasarkan pada jumlah hasil panen yang tidak dapat menghasilkan penerimaan untuk berproduksi kembali pada musim selanjutnya atau penerimaan hasil panen hanya cukup untuk biaya hidup petani dan keluarganya 5 .

4.4.2. Analisis Model Asuransi Pertanian PSEKP

Analisis model asuransi pertanian PSEKP dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model asuransi tersebut. Analisis juga dilakukan guna melihat kemungkinan penerapan model asuransi pertanian PSEKP yang lebih luas, khususnya pada PT. Saung Mirwan dan mitra taninya. Analisis dilakukan dengan mengadakan studi literatur tentang konsep asuransi pertanian dari PSEKP yang pada awalnya dibuat untuk komoditas padi. 5 Hasil wawancara dengan Peneliti Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Pertanian PSEKP, M. Sahat Pasaribu, 27 Juli 2012. 33 Konsep asuransi pertanian untuk berbagai komoditas pada dasarnya serupa, terlebih pada tanaman pangan. Sebagai penciri asuransi komoditas pertanian terletak pada hasil kajian situasi pertanian; faktor-faktor sosial ekonomi; dan infrastruktur administrasi di masing-masing wilayah yang akan diasuransikan. Hasil dari kajian tersebut tidak mengubah ketentuan konsep asuransi secara umum, namun akan menjadi tambahan informasi untuk pelaksanaan asuransi di wilayah tersebut. Misalnya, diketahui bahwa organisme pengganggu tanaman padi di wilayah A dan organisme pengganggu tanaman kedelai di wilayah B berbeda, maka daftar pertangunggan risiko untuk padi dan kedelai tersebut akan berbeda tergantung hama yang menyerang di masing-masing wilayah. Oleh karena itu, hasil dari analisis asuransi pertanian PSEKP diharapkan dapat menghasilkan modifikasi model asuransi pertanian, terutama untuk komoditas edamame, sehingga perlindungan risiko yang dihadapi oleh PT. Saung Mirwan dan mitra taninya dapat terpenuhi.

4.4.3. Analisis Dampak Asuransi pada Pendapatan Petani Mitra

Analisis dampak asuransi pada pendapatan petani mitra dilakukan dengan membahas hasil perhitungan pendapatan usahatani dari para responden. Pendapatan usahatani adalah penerimaan dari hasil penjualan produk dikurangi biaya produksi. Untuk mengetahui dampak tersebut, digunakan dua jenis perhitungan, yaitu perhitungan pendapatan usahatani tanpa memasukan variabel asuransi pertanian dan perhitungan pendapatan usahatani dengan memasukan variabel asuransi pertanian. 34 Variabel asuransi pertanian dimasukkan untuk mengetahui manfaatnya, terutama ketika terjadi gagal panen. Pada perhitungan tersebut diasumsikan semua responden mengikuti program asuransi pertanian. Soekartawi 1995 menjelaskan perhitungan pendapatan usahatani dapat dilakukan menggunakan rumus berikut: Keterangan: Pd = Pendapatan usaha tani Rp TR = Penerimaan total Rp TC = Biaya total Rp Penerimaan total merupakan hasil penjual produk yang dihasilkan. Penerimaan total dapat dirumuskan sebagai berikut: Keterangan: TR = Penerimaan total Rp Y = Produk yang dihasilkan Kg P = Harga jual produk Rp Biaya total merupakan seluruh pengeluaran yang digunakan untuk kegiatan usahatani. Biaya total terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap atau biaya variabel. Biaya tetap dalam usahatani adalah biaya guna atau sewa lahan, sedangkan biaya variabel adalah biaya produksi yang meliputi biaya benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, penyusutan, transportasi, dan irigasi. Biaya total dapat dirumuskan sebagai berikut: Keterangan: Pd = TR - TC TR = Y x P TC = FC + VC 35 TC = Biaya total Rp FC = Biaya tetap Rp VC = Biaya variabel Rp Perbedaan perhitungan pendapatan usahatani tanpa variabel asuransi dan dengan variabel asuransi terdapat pada total biaya produksi yang dikeluarkan TC. Pada perhitungan pendapatan usahatani dengan variabel asuransi pertanian ditambahkan sejumlah premi asuransi sebagai kewajiban yang harus dibayar petani mitra. Nilai premi tersebut dapat didasarkan pada rumus berikut 6 : Pendapatan petani mitra saat variabel asuransi pertanian tidak dimasukkan diperkirakan akan lebih besar daripada pendapatan petani mitra saat variabel asuransi pertanian dimasukkan dengan asumsi cateris paribus. Namun, saat terjadi gagal panen diperkirakan pendapatan petani mitra tanpa variabel asuransi pertanian diperkirakan akan defisit, sedangkan pendapatan petani mitra dengan variabel asuransi pertanian akan balance karena adanya tambahan klaim asuransi, asumsi cateris paribus. Dengan demikian, manfaat asuransi sebagai instrumen pembagi risiko dapat terlihat. 6 Asuransi Mitsui. 2010. Petunjuk Pembiayaan. http:www.kreditotomotif.comindexphpoption= comcontentview=articleid=21joomlafactscatid=30asuransi-lainnya diakses pada 5 September 2012 Premi Asuransi = Nilai Pertanggungan x Suku Premi

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum PT. Saung Mirwan