19 Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa salah satu faktor penentu
keberlangsungan usahatani ialah modal. Modal berhubungan dengan peran petani dalam mengelola usahataninya. Penggunaan faktor produksi pertanian tergantung
dari modal yang ada. Penggunaan faktor produksi yang tidak sesuai dengan ketentuan dapat menyebabkan produktivitas dan pendapatan yang rendah.
Oleh karena itu, ketersediaan modal menjadi syarat mutlak dalam suatu usahatani. Asuransi merupakan salah satu skim pendanaan yang ditawarkan untuk
membagi risiko kegagalan panen dengan menjamin pendapatan petani dan ketersediaan produk. Asuransi pertanian diharapkan dapat membantu petani
dalam menjaga persediaan modal, sehingga kegiatan usahatani pada musim selanjutnya dapat berjalan.
2.3.2. Uji Coba Asuransi Pertanian
Pasaribu et al. 2010 mencatat sejak awal tahun 2008 Pusat Pembiayaan Pertanian, Departemen Pertanian, telah melaksanaakan kegiatan uji coba asuransi
pertanian untuk usahatani padi dan peternakan di beberapa lokasi. Kegiatan ini dilatarbelakangi untuk membantu petani menanggung risiko yang muncul karena
perubahan pergeseran musim dan kehilangan hasil pertanian atau peternakan. Kegiatan uji coba asuransi tersebut dilakukan untuk dua komoditas pertanian,
yaitu usahatani padi dan ternak sapi. Sumber pendanaan untuk membayar premi asuransi dari kegiatan uji coba itu terdiri dari dua macam, yaitu dari petani dan
subsidi pemerintah, serta dari perusahaan swasta yang bekerjasama dengan petani.
2.3.2.1. Pembiayaan Premi Asuransi Pertanian dari Subsidi Pemerintah
Pada usahatani padi, gagal panen yang ditanggung karena serangan OPT senilai Rp 544 juta dengan luas sawah 100 ha. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar
20 600 petani. Premi yang harus dibayar adalah 3.5 dari biaya produksihamusim
yang pada saat ini ditanggung oleh Pusat Pembiayaan Pertanian mengingat kegiatan ini sebagai uji coba. Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Semarang
Jawa Tengah. Sementara itu, nilai klaim adalah sebesar nilai input benih, pupuk, obat-obatan, dan biaya tenaga kerja. Lembaga asuransi swasta
berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan ini. Uji coba asuransi pada ternak sapi dilakukan dengan menanggung sapi
yang mati karena sakit, hilang, atau dicuri untuk 49 ekor jenis Brahman Cross milik 49 peternak. Nilai pertanggungan total sebesar Rp 600 juta dan dilaksanakan
di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Selain itu, sebanyak 97 ekor sapi lainnya juga jenis Brahman Cross ditanggung sebesar Rp 1 118 milyar milik 97 peternak di
Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Besarnya premi yang harus dibayarkan oleh Pusat Pembiayaan Pertanian adalah 3.5 dari nilai pembelian ternaktahun. Nilai
klaim adalah sebesar nilai pembelian ternak induk. Lembaga asuransi swasta juga terlibat di dalam kegiatan ini.
2.3.2.2. Pembiayaan Premi Asuransi Pertanian dari Swasta
Pada tahun anggaran 2009, wilayah penyelanggaraan skim asuransi untuk padi diperluas hingga mencakup Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Skenario
yang dikembangkan adalah dengan melibatkan pihak swasta untuk masuk sebagai penanggung premi asuransi dengan imbalan bahwa hasil pertanian padi dijual
kepada perusahaan swasta tersebut. Petani diduga memilih menjual kepada perusahaan swasta karena ada kepastian pasar dan harga, sementara petani tidak
dibebankan untuk membayar premi asuransi. Perkembangan skenario ini masih terus dimonitor dan dipelajari hingga saat ini.
21
2.3.3. Pembiayaan Premi Asuransi di India Salah satu proyek rintisan asuransi pertanian di India diberi nama NAIS
The National Agriculture Insurance Scheme. Proyek tersebut merupakan pengembangan dari skema asuransi pertanian yang telah diuji coba pada tahun-
tahun sebelumnya. Proyek penelitian ini dilaksanakan di Andhara Pradesh pada tahun 2005-2006. Keikutsertaan petani pada asuransi pertanian saat itu merupakan
syarat yang diberikan oleh bank. Hal ini dilakukan sebagai pengamanan terhadap pinjaman yang diberikan. Sumber pembiayaan premi asuransi yang dibayarkan
petani secara tidak langsung berasal dari pinjaman tersebut. Para petani menyambut baik adanya program ini, karena adanya bantuan finansial sekaligus
jaminan keamanan finansial.
2.4. Kebaruan Penelitian
Nurmanaf et al. 2007 menjelaskan bahwa asuransi pertanian tidak dapat diterapkan pada semua komoditas dan mencakup keseluruhan risiko usahatani.
Hal ini terkait dengan kesulitan dalam pengamanan data aktuaria ataupun potensi kebangkrutan lembaga asuransi akibat nilai pertanggungan yang tinggi. Oleh
karena itu, pengembangan asuransi pertanian diprioritaskan pada usahatani strategis yang pada umumnya adalah usahatani tanaman bahan pangan pokok
ataupun produk pertanian komersial. Berdasarkan penjelasan tersebut kebaruan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah komoditas yang diteliti, yaitu edamame. Edamame merupakan komoditas unggulan dari PT. Saung Mirwan. Dalam penelitian ini,
dianalisis model asuransi pertanian yang dapat diterapkan pada komoditas edamame sebagai komoditas pertanian dengan nilai tinggi.