Gambar 5 Morfologis cakar dan selaput renang a kaki depan labi-labi dan b kaki belakang labi-labi.
2.1.3 Populasi dan penyebaran
Populasi labi-labi terutama di Indonesia belum diketahui pasti jumlahnya dikarenakan minimnya penelitian populasi terhadap satwa ini. Salah satu survey
penelitian mengenai jumlah populasi satwa ini adalah survey di Berau Propinsi Kalimantan Timur yang dilakukan oleh Kusrini et al. 2009 yang berhasil
menghimpun data penangkapan labi-labi selama 3 bulan yaitu bulan April – Juni
2009 sebanyak 612 ekor. Distribusi labi-labi meliputi wilayah timur dan selatan Myanmar, bagian
selatan Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, bagian barat Malaysia dan sebagian wilayah Indonesia. Penyebaran labi-labi di Indonesia meliputi pulau Sumatera,
Kalimantan, Jawa, Lombok dan beberapa pulau kecil di sekitarnya Lim Das 1999. Iskandar 2000 menyebutkan pula bahwa labi-labi juga tersebar di
sebagian kecil wilayah pulau Sulawesi.
2.1.4 Habitat dan pakan
Menurut Lim dan Das 1999, Iskandar 2000, Win dan Win 2002 Amri dan Khairumman 2002, labi-labi dapat ditemukan di perairan tergenang dengan
dasar perairan lumpur berpasir yang terdapat batu-batuan dan tidak terlalu dalam serta di berbagai tipe habitat air tawar lainnya seperti sungai berlumpur, kolam
dan kanal-kanal irigasi, baik yang terletak di ketinggian maupun daerah dengan elevasi rendah dengan suhu air sekitar 25
– 30. Pada habitat alaminya, labi-labi mengonsumsi beberapa jenis serangga air, kepiting, udang-udangan, ikan,
bangkai dan terkadang buah-buahan dan rerumputan Lim Das 1999. Disebutkan pula dalam Ernst dan Barbour 1989, labi-labi merupakan satwa
karnivora yakni berupa ikan, beberapa jenis amfibi, krustasea, serangga air dan
invertebrata air lainnya. Namun, menurut penelitian Jensen dan Das 2008 terlihat bahwa labi-labi adalah omnivora.
2.1.5 Status perlindungan Menurut Lim dan Das 1999, labi-labi biasanya dieksploitasi secara
berlebihan untuk dimanfaatkan dagingnya dan dipercayai oleh etnis Cina bahwa daging dan karapasnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengobatan
tradisional. Berdasarkan Undang-undang RI No. 9 Tahun 1985 tentang Perikanan disebutkan bahwa labi-labi, bulus atau kura-kura air tawar merupakan salah satu
sumber daya ikan Amri Khairumman 2002. Labi-labi merupakan satwa yang belum dilindungi oleh perundang-undangan RI, namun telah masuk dalam dalam
daftar CITES pada tahun 2005 Kusrini et al. 2009. Labi-labi digolongkan oleh ke dalam kategori Appendix II CITES CITES 2010 dan digolongkan pula dalam
kategori vulnerable rentan pada Red List Data Book IUCN 2010 yang berarti rawan atau tidak kritis berbahaya atau berbahaya tetapi beresiko tinggi terhadap
kepunahan di alam liar di masa yang akan datang.
2.2 Penangkaran Labi-labi