darah yang telah ditumbuk terlebih dahulu. Anakan yang berhasil menetas tersebut berasal dari 4 kelompok telur egg clutch yang berbeda lalu diukur
beberapa variabel pertumbuhannya PLK, LLK dan bobot tubuhnya Tabel 6, sedangkan untuk karakteristik morfometri anakan yang menjadi uji coba
preferensi pakan disajikan pada tabel lain. Tabel 6 Karakteristik morfometri anakan non uji
Nomor dan tanggal
koleksi kelompok
telur N
Rataan PLK cm Rataan LLK cm
Rataan bobot g Awal
Akhir Awal
Akhir Awal
Akhir
1 2 April 2012
12 4,35 ±
0,14 6,02 ±
0,31 3,99 ±
0,16 5,32 ±
0,25 12,59 ±
0,40 29,79 ±
3,54 2 19 April
2012 8
4,68 ± 0,38
6,21 ± 0,39
4,24 ± 0,17
5,40 ± 0,32
15,50 ± 1,04
32,63 ± 3,54
3 21 Mei 2012
10 4,21 ±
0,12 4,94 ±
0,24 3,68 ±
0,11 4,28 ±
0,19 9,95 ±
0,69 17,50 ±
2,37
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap karakteristik morfologis, dewasa dan anakan labi-labi memiliki beberapa perbedaan ciri tubuh. Perbedaan yang
paling terlihat adalah pada bagian kepala, karapas dan ekor. Pada bagian kepala, anakan labi-labi memiliki pola berbintik putih kekuningan yang sangat jelas pada
bagian kepala dan leher sedangkan pada dewasa tidak terlihat begitu jelas. Pada bagian karapas, anakan labi-labi memiliki pola bulat berwarna hitam kecoklatan
yang tersebar teratur pada karapasnya, sedangkan induk labi-labi umumnya tidak terlihat pola apapun pada karapasnya. Perbedaan karakteristik morfologis yang
terlihat jelas lainnya adalah bagian ekor. Bagian ekor anakan labi-labi terlihat sangat pendek dan berwarna kekuningan, sedangkan pada labi-labi dewasa ekor
terlihat berwarna putih dan memiliki tekstur kulit yang berlipat. Berbeda dengan individu dewasa, ekor yang terdapat pada anakan labi-labi ini belum bisa
dijadikan indikator pembeda jantan dan betina.
5.1.2 Pengelolaan dan pemeliharaan labi-labi
5.1.2.1 Pengelolaan tempat pemeliharaan
Habitat labi-labi yang berada di penangkaran PT. Ekanindya Karsa disesuaikan semirip mungkin dengan kondisi habitatnya di alam. Labi-labi
dewasa menempati dua kandang dan kolam yang berbeda namun terletak
bersebelahan. Kandang dan kolam yang pertama telah dihuni oleh labi-labi dewasa selama kurang lebih 4 tahun, yakni dimulai saat pertama kali datang ke
penangkaran awal tahun 2008 sampai dengan akhir bulan Agustus 2012. Kolam awal pemeliharaan berukuran 8 meter x 8 meter yang terdiri atas
daratan pasir dan air. Luas daratan berpasir yaitu 13,75 m² dengan kedalaman pasir 30 cm, sedangkan luas kolam dewasa yaitu 50,25 m². Kedalaman air kolam
dewasa sedalam 60 cm dengan 30 cm berupa lapisan lumpur dan 30 cm merupakan air. Dinding pembatas kolam dan kandang berupa tembok beton
dengan tinggi 1,15 m dan dilengkapi pintu yang terbuat dari besi. Guna mencapai daratan berpasir pada saat bertelur, pihak penangkar telah membuatkan sisi landai
dari kolam menuju daratan. Selain kolam dan daratan, terdapat pula inkubator untuk tempat peletakan telur labi-labi yang terdapat di dalam kompleks kandang
labi-labi dewasa Gambar 10.
Gambar 10 Kolam dan kandang awal labi-labi dewasa. Pada akhir bulan Agustus 2012, semua labi-labi dewasa dipindahkan ke
kolam baru karena kolam lama digunakan untuk 2 ekor kura-kura moncong babi Carettochelys insculpta titipan. Kolam baru ini berbentuk persegi panjang
berlapis semen dengan ukuran 1600 x 300 cm dengan kedalaman air 90 cm dan didalamnya terdapat lapisan lumpur setebal 30 cm. Kandang dikelilingi tembok
beton dengan tinggi 42 – 59 cm dan ditambah dengan pembatas berupa bingkai
bambu yang dilapisi terpal setinggi 71 cm. Sebagai peneduh, pihak pengelola penangkaran juga menanam pepohonan seperti palem dan pohon mangga
Gambar 10.
Gambar 11 Komposisi kandang dan kolam baru labi-labi dewasa. Anakan labi-labi yang telah menetas dan berumur seminggu dipelihara di
dalam bak pemeliharaan secara masal. Bak pemeliharaan anakan berwarna putih dan terbuat dari plastik tebal yang di lindungi dengan rangka luar yang terbuat
dari besi. Bak pemeliharaan anakan ini merupakan bak bekas tempat pemeliharaan buaya yang baru menetas. Bak pemeliharaan anakan ini berukuran
112 x 95 x 50 cm untuk menampung satu kelompok anakan yang menetas dalam satu kelompok telur clutch egg yang sama Gambar 12.
Gambar 12 Bak pemeliharaan anakan. Bak pemeliharaan dilengkapi dengan lapisan pasir setebal 6 cm dan air
yang dibatasi oleh susunan batu bata untuk peletakan pakan dan tempat untuk berjemur. Bak pemeliharaan dibersihkan satu minggu sekali dari lumut dan
kotoran lainnya serta dilakukan penggantian air kotor dengan air bersih. Letak dan lokasi bak pemeliharaan anakan berada cukup jauh dari lokasi kandang dan
kolam labi-labi dewasa. Bak pemeliharaan anakan berada di lokasi karantina anakan buaya yang mengalami gangguan dan penyakit. Kondisi anakan yang
masih lemah dan memerlukan perhatian lebih menjadi salah satu pertimbangan peletakan bak pemeliharaan anakan di lokasi ini. Hal lain yang menjadi
pertimbangkan karena lokasi tersebut dapat dikatakan cukup steril karena tidak
boleh sembarangan petugas atau animal keeper yang memasuki area tersebut. Sehingga ketenangan dan kebersihan lokasi tersebut terjamin untuk tempat hidup
anakan labi-labi. Perawatan kandang dan kolam labi-labi umumnya dilakukan secara
berkala satu kali dalam seminggu. Kegiatan perawatan ini umumnya dilakukan dengan membersihkan pasir, membersihkan sampah-sampah daun yang
bertebaran diatas pasir, mengambil kotoran-kotoran yang berada di permukaan air kolam serta menyiram pasir yang kering akibat terpaan matahari dengan air agar
debu berkurang serta kelembapan meningkat. Perawatan bak pemeliharaan labi- labi dilakukan dengan membersihkan bak pemeliharaan tersebut dari lumut-lumut
yang menempel pada dinding bak, mencuci pasir dan batu bata serta mengganti air setiap seminggu sekali.
Pengurasan air dari kolam labi-labi dewasa menggunakan pipa-pipa yang tersambung dengan pompa lalu di alirkan ke kolam penampungan di sisi luar
kolam labi-labi dewasa Gambar 13. Air kolam labi-labi ini di kuras sekitar 23 dari total debit air. Setelah itu kolam dewasa diisi kembali dengan air bersih. Air
kolam yang kotor dan telah tertampung di kolam tampungan akan diproses menjadi air bersih kembali dengan teknik penyaringan.
Gambar 13 Pengurasan air kolam labi-labi dewasa dengan pompa. Bentuk kegiatan sanitasi kolam labi-labi adalah dengan mengambil
sampah berupa daun-daunan yang jatuh ke permukaan air serta sisa pakan yang mulai membusuk di dalam air. Pengambilan sampah dan sisa pakan ini
menggunakan bantuan jaring dan dilakukan dengan intensitas 1 – 2 kali
seminggu. Menurut hasil wawancara, untuk kegiatan penggantian dan pembersihan lumpur yang mengendap di bawah kolam, pihak pengelola
melakukan kegiatan penggantian lumpur dengan intensitas kurang lebih dua kali
setahun. Lumpur yang dibiarkan terlalu lama akan berwarna hitam akibat bercampurnya lumpur dengan sedimentasi kotoran labi-labi.
Sedangkan untuk bak pemeliharaan anakan labi-labi, pihak pengelola penangkaran lebih berhati-hati dan memperhatikan kebersihan tempat
pemeliharaan. Pembersihan bak labi-labi dilakukan dengan membersihkan bak dan komponen yang ada di dalam bak secara menyeluruh. Lumut-lumut yang
menempel pada dinding bak dan batu bata tempat pakan dibersihkan dengan cara disikat. Pasir dibersihkan dengan cara dicuci dengan air berungkali hingga bersih
dan diganti apabila pasir telah berwarna hitam. Sisa-sisa pakan anakan yang tidak habis dimakan dibersihkan dan diangkat dari dalam bak untuk mencegah
timbulnya belatung akibat sisa pakan yang membusuk tersebut. 5.1.2.2
Pengelolaan dan pemberian pakan Pakan induk dan anakan labi-labi berbeda disesuaikan dengan
ketersediaan pakan yang terdapat di penangkaran. Induk labi-labi diberikan kepala ayam yang sudah dicuci terlebih dahulu dan dibelah menjadi dua bagian.
Pemilihan jenis pakan kepala ayam ini disamakan dengan pakan buaya karena untuk mempermudah proses pembersihan dan pemberian pakan juga menghemat
biaya pakan. Kepala ayam merupakan makanan utama dan tetap yang diberikan pihak penangkaran kepada induk labi-labi. Pemberian pakan untuk labi-labi
dewasa ini diberikan satu minggu dua kali. Berbeda dengan dewasa, anakan labi-labi non uji diberikan pakan yang
beraneka macam oleh pihak pengelola penangkaran dikarenakan belum diketahui pakan yang baik bagi pertumbuhan dan disukai oleh anakan labi-labi. Selama
penelitian selama dua bulan dapat diketahui pakan yang diberikan adalah antara lain cacing darah, cacahan siput, cacahan daging sapi dan cacahan udang. Jenis
pakan yang paling sering diberikan kepada anakan non uji adalah cacahan udang sebanyak 25 kali 45 sedangkan yang terendah adalah cacahan siput yaitu
sebanyak 1 kali 2 dari keseluruhan total 55 kali pemberian pakan selama penelitian berlangsung. Hal ini dilatarbelakangi ketersediaan pakan di
penangkaran yang tidak pasti dan seringkali berubah-ubah disesuaikan dengan kesukaan anakan.
Pemberian pakan untuk anakan labi-labi diberikan oleh para animal keeper pada sore hari sekitar pukul 15.00 - 16.00 WIB. Waktu pemberian pakan
ini disamakan dengan waktu pemberian pakan buaya yaitu pada sore hari agar pekerjaan pembersihan dan pemotongan kepala ayam dapat dilakukan bersamaan
dan lebih ringan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung, jumlah pakan yang diberikan untuk dewasa dan anakan labi-labi bervariasi setiap kalinya.
Untuk labi-labi dewasa animal keeper memberikan pakan berupa potongan kepala ayam dengan berat pakan sekitar 3 - 5 kilogram sedangkan untuk anakan biasa
diberikan 4-5 gram perhari untuk satu ekor anakannya. Pemberian pakan dilakukan dengan cara memberikan pakan langsung
kepada labi-labi dengan meletakkan pakan tersebut di dekat tempat hidupnya. Selain itu, terkadang animal keeper melepaskan beberapa kilogram ikan mujair
hidup ke dalam kolam labi-labi untuk sebagai cadangan makanan. Untuk labi-labi dewasa, pakan utama yang diberikan berupa kepala ayam di tebarkan di kolam
dan membiarkan kepala ayam tersebut sampai habis dimakan. Sedangkan untuk anakan labi-labi, pakan terlebih dicuci bersih dihaluskan sampai benar-benar
halus lalu di letakan di tempat yang tidak digenangi air Gambar 14.
Gambar 14 Cara pemberian pakan a labi-labi dewasa dan b anakan labi-labi. Pakan yang diberikan kepada induk dan anakan labi-labi biasanya hanya
terdiri atas satu jenis pakan saja tidak dicampurkan dengan jenis pakan lain. Menurut wawancara hal ini dilakukan karena animal keeper belum mengetahui
komposisi pakan apa yang paling baik untuk pertumbuhan dan kondisi tubuhnya. Selain itu pemberian satu jenis komposisi pakan ini juga dikarenakan terbatasnya
ketersediaan pakan yang tersedia, sehingga pihak penangkaran menyamakan saja jenis pakan labi-labi dewasa dengan jenis pakan buaya.
5.1.2.3 Pemeliharaan kesehatan dan penanganan terhadap penyakit
Kegiatan pemeliharaan kesehatan dalam penangkaran sangat penting untuk dilakukan untuk mencegah dan mengobati satwa yang terkena gangguan
penyakit. dan pencegahan penyakit pada labi-labi meliputi pembersihan lingkungan kandang secara keseluruhan yaitu diantaranya mengganti air kolam
seminggu sekali agar labi-labi terhindar dari penyakit dari kotoran yang terdapat di dalam air. Pemantauan kesehatan labi-labi yang dilakukan pihak penangkaran
dapat dikatakan sangat minim, hal ini dikarenakan pengetahuan akan pemeliharaan kesehatan labi-labi yang dimiliki masih sangat terbatas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan animal keeper labi-labi, labi-labi tidak secara rutin di amati langsung kondisi tubuh dan kesehatannya dikarenakan
aktivitas labi-labi yang terus menerus menyelam di dalam air sehingga sulit untuk dipantau kesehatannya. Diakui lagi bahwa pemberian obat, vitamin dan
desinfektan tidak pernah dilakukan dikarenakan minimnya pengetahuan akan hal ini.
Menurut hasil wawancara, labi-labi yang mati tidak diketahui oleh animal keeper dikarenakan individu yang mati tersebut tenggelam di dalam air, dan
kemudian diketahui kematiannya setelah karapas atau bangkai labi-labi tersebut mengapung di permukaan air. Jenis-jenis penyakit yang ditemui pada induk labi-
labi selama pengamatan langsung saat penelitian diantara lain adalah infeksi jamur putih berupa bercak-bercak keputihan pada karapas white spot, kulit
karapas yang terkelupas, adanya kutil daging tumbuh pada karapas dan bagian plastron labi-labi serta luka-luka akibat perkelahian atau gigitan individu labi-labi
lainnya Gambar 15.
Gambar 15 Jenis-jenis penyakit yang ditemukan pada labi-labi dewasa a bercak jamur putih white spot, b kulit karapas terkelupas, c kutil daging
tumbuh pada bagian plastron dan d bagian karapas yang terkoyak.
Pada anakan labi-labi belum ditemukan adanya gangguan terhadap penyakit. Anakan yang ditemukan mati di bak penangkaran diduga diakibatkan
oleh terjepit dan terjebaknya anakan diantara celah batu bata dan terkubur di dalam pasir tanpa bisa menghirup udara. Meski telah diketahui penyakit yang
menyerang labi-labi dewasa dengan melakukan observasi awal, pihak pengelola belum melakukan kegiatan pengobatan dan pencegahan menggunakan obat atau
bahan kimia apapun bagi individu labi-labi yang terserang penyakit. 5.1.2.4
Pemeliharaan dan pengelolaan telur labi-labi Induk labi-labi yang akan bertelur segera naik ke daratan dan menggali
lubang lalu mengubur telurnya di dalam tanah atau pasir yang tersedia di habitat sekitarnya. Oleh karena itu, pihak penangkaran menyediakan hamparan pasir di
sekitar kandang labi-labi agar induk labi-labi memungkinkan untuk bertelur. Sarang labi-labi berbentuk lubang dengan kedalaman 15
– 20 cm dari permukaan pasir. Proses pengumpulan telur diawali dengan mengidentifikasi letak sarang
telur labi-labi. Menurut hasil wawancara, agar lebih mudah di ketahui letak sarangnya,
animal keeper meratakan terlebih dahulu hamparan pasir yang berada di sekitar kolam labi-labi dewasa. Apabila induk telah bertelur, maka akan terlihat
permukaan pasir yang telah diratakan sebelumnya akan tampak lebih menumpuk. Animal keeper lalu segera menggali sarang tersebut lalu mengumpulkan telur-
telur tersebut dengan memindahkannya ke kotak pasir dengan hati-hati dan meletakannya sama persis dengan posisi alami telur di dalam sarang Gambar
16.
Gambar 16 Proses pengoleksian telur labi-labi a mengidentifikasi letak sarang, b menggali sarang dengan hati-hati lalu mengambil telur, c
meletakan telur di kotak pemindahan yang telah terisi pasir dan d memastikan peletakan telur sesuai dengan peletakan alami di sarang.
Telur yang telah dikumpulkan lalu dicatat jumlah totalnya, jumlah telur yang dibuahi ditandai dengan adanya bintik embrio telur dan terdapat garis
transparan pada sekeliling telur serta jumlah telur yang tidak dibuahi. Telur yang diperkirakan tidak dibuahi tersebut tetap di masukan ke dalam inkubator lalu
ditandai oleh keeper dengan meletakan telur agak terpisah dengan telur yang dibuahi agar tidak terjadi kesalahan. Telur yang telah dikoleksi lalu segera
dipindahkan ke dalam inkubator telur. Penggunaan inkubator ini telah berhasil menetaskan telur dibandingkan dengan membiarkan penetasan telur di sarang
secara alami. Inkubator terletak di dalam kompeks kandang labi-labi dewasa awal. Inkubator terletak di luar ruangan tetapi dilindungi teralis besi dan atap
rumbia yang telah dibuatkan oleh pihak pengelola sebelumnya. Inkubator terbuat dari plastik keras tebal dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi berturut-turut
adalah 1,13 x 0,92 x 0.98 meter Gambar 17. Pada bagian dalam inkubator terdapat rak peletakan bak telur yang terbuat dari besi berbentuk persegi panjang
dengan ukuran 0,68 x 0,67 meter.
Gambar 17 Inkubator telur labi-labi. Telur yang telah dikoleksi dipindahkan ke dalam kotak berpasir lalu
diberikan label berupa tanggal koleksi telur dan jumlah telur koleksi dengan menggunakan lempengan plastik yang ditancapkan di permukaan pasir. Kotak
telur di letakan secara rapi di atas rak besi di dalam inkubator Gambar 18. Agar telur labi-labi dapat menetas dengan maksimal, suhu di dalam inkubator tetap
dijaga kestabilannya yaitu sekitar 29 – 30 °C. Dibawah rak besi ini terdapat air
yang dilengkapi dengan selang-selang udara untuk menjaga kelembapan dalam inkubator serta untuk tempat berenangnya anakan apabila anakan keluar dari
kotak telurnya. Selain itu, untuk menjaga suhu di dalam inkubator telah
disediakan thermostat pengatur suhu, lampu serta thermometer pengukur suhu untuk memastikan suhu inkubator.
Gambar 18 Tempat kotak pasir dan rak peletakan telur labi-labi di dalam inkubator.
Suhu dan kelembapan di dalam inkubator harus selalu terjaga dan stabil. Walaupun telah dibuahi, terkadang telur labi-labi yang diletakan di inkubator
tidak berkembang. Telur yang tidak menetas dan tidak berkembang lama kelamaan akan berlumut dan membusuk Gambar 19. Telur ini harus dibuang
oleh animal keeper karena apabila sudah terlalu busuk, telur akan “meledak” dan
pecah dengan sendirinya lalu dikhawatirkan akan mengkontaminasi telur yang lain.
Gambar 19 Telur b normal dan diperkirakan akan menetas dan b berlumut dan diperkirakan akan membusuk dan tidak menetas.
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi di lapang, telur labi-labi memerlukan waktu kurang lebih dua bulan lamanya untuk menetas. Telur anakan
yang berada di dalam inkubator diawasi dan diperiksa setiap hari oleh animal keeper untuk memastikan suhu yang berada di dalam inkubator cukup dan stabil.
Selain mengecek suhu di dalam inkubator, animal keeper juga memastikan kondisi telur yang berada di dalam inkubator. Proses menetasnya telur menjadi
anakan dimulai dengan dipecahkannya telur dengan dorongan kepala anakan. Setelah itu, anakan
mulai “berputar” untuk memecahkan sisi telur yang lain
dengan dorongan kepalanya. Setelah berhasil mengeluarkan dirinya dengan sempurna dari cangkang telur, anakan lalu segera berkeliling bak pasir untuk
mencari air Gambar 20. Waktu total menetasnya anakan ini membutuhkan waktu 2
– 4 jam dari awal hingga berhasil menetas dengan sempurna.
Gambar 20 Proses menetasnya anakan labi-labi di dalam inkubator a memecahkan cangkang telur pertama kali dengan menggunakan
dorongan kepala, b kepala dan tangan menjulur keluar cangkang telur, c badan sudah sebagian besar keluar cangkang dan d
berjalan berkeliling kotak pasir.
Individu anakan yang lemah dan tidak dapat membuka cangkang telurnya sendiri terkadang dibantu penetasan telurnya oleh animal keeper. Telur tersebut
dibuatkan lubang penetasan awal lalu membiarkan anakan tersebut keluar dari telurnya secara alami. Penetasan dengan bantuan manusia ini dihindari oleh
animal keeper dikarenakan menurutnya anakan yang proses penetasannya dibantu oleh tangan manusia akan tidak kuat bertahan dan mudah mati.
Anakan yang telah menetas langsung di pindahkan ke dalam kotak pemeliharaan sementara. Kotak pemeliharaan ini terbuat dari plastik dengan
ukuran 38 x 30 x 12 cm. Kotak pemeliharaan ini biasanya diisi dengan anakan sebanyak 2
– 4 ekor dan dilengkapi dengan lapisan pasir sebagai tempat bersembunyi anakan sedalam kurang lebih 4 cm dan air yang dibatasi oleh batu
bata untuk tempat peletakan pakan Gambar 21. Dalam kotak pemeliharaan sementara ini, anakan akan dipantau kesehatan tubuhnya dan kekuatan tubuhnya
untuk bisa nantinya dipindahkan ke dalam bak besar pemeliharaan anakan.
Gambar 21 Tempat dan kotak pemeliharaan anakan sementara. 5.1.2.5
Suhu, kelembaban dan pH kolam pemeliharaan labi-labi Hasil pengukuran suhu di kandang labi-labi dewasa menunjukkan kondisi
suhu kandang yang relatif stabil. Naik dan turunnya suhu disebabkan oleh pengaruh cuaca dan angin. Fluktuasi terjadi karena cuaca yang cenderung
berubah-ubah selama waktu pengukuran. Suhu kandang pada pagi hari berkisar antara 28°C
– 30°C dengan rataan suhu sebesar 29,68°C, siang hari berkisar antara 32°C - 35°C dengan rataan suhu 32,91°C,sore hari berkisar antara 29°C -
32°C dengan rataan sebesar 30,11°C dan pada malam hari berkisar antara 28°C - 30°C dengan rataan sebesar 29,08°C. Kelembaban pada pagi hari berkisar antara
54-78, siang hari berkisar antara 55-73, sore hari berkisar antara 61- 78 dan pada malam hari berkisar antara 64-85.
Labi-labi menghabiskan sebagian besar hidupnya di dalam air. pH air merupakan ukuran toleransi yang penting dimana ukuran suatu nilai pH air
tersebut dapat menentukan kemampuan labi-labi dapat menyesuaikan diri dengan nilai pH tersebut atau tidak. Pengukuran pH air dilakukan seminggu sekali selama
delapan minggu dengan mencelupkan kertas indikator pH lalu mencocokannya dengan indikator nilai pH. Berdasarkan hasil pengukuran, nilai pH air kolam labi-
labi dewasa berkisar antara 7 - 8.
5.1.3 Uji coba preferensi pakan anakan labi-labi