Pengadaan bibit dan karakteristik labi-labi

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengadaan bibit dan karakteristik labi-labi

Labi-labi banyak dimanfaatkan di Indonesia untuk kepentingan komersil seperti konsumsi dan binatang peliharaan. Labi-labi lebih banyak dimanfaatkan untuk keperluan konsumsi dibandingkan dengan binatang peliharaan dikarenakan labi-labi termasuk satwa agresif dan tidak cocok bagi para pemula Flank 1997. Labi-labi popular di kalangan masyarakat yang berasal dari etnis Cina untuk dijadikan sup yang bernama pi-oh. Sup pi-oh banyak ditemukan di daerah yang terdapat banyak etnis Cina yaitu Jakarta, Balikpapan, Pontianak, Medan dan Bali Ditjen PHKA 2008. Mereka mempercayai bahwa dengan mengkonsumsi sup pi- oh ini dapat meningkatkan stamina obat kuat untuk meningkatkan birahi. Adanya kepercayaan ini menyebabkan banyaknya permintaan terhadap labi-labi sehingga perlu dilakukan kegiatan budidaya untuk meminimalisir penangkapan labi-labi di alam yang dapat mengakibatkan ancaman kepunahan terhadap satwa ini. Penangkaran labi-labi di PT. Ekanindya Karsa tergolong masih dalam kegiatan uji coba pemeliharaan dan pembudidayaan seperti yang telah diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 mengenai pengadaan bibit satwa dalam rangka usaha pelestarian dan pembudidayaan di luar habitat aslinya eks-situ. Sumber bibit satwa untuk kegiatan ini berasal dari dua sumber yaitu yang berasal dari alam dan hasil pembiakan dari penangkaran. Sumber bibit labi- labi dewasa yang berada di penangkaran ini berasal dari tangkapan langsung dari alam. Bibit labi-labi didatangkan dari Pontianak, Kalimantan Barat dengan menggunakan jalur udara. Terhitung sejak didatangkan pertama kali, jumlah labi-labi dewasa yang berada di penangkaran berkurang akibat kematian. Jumlah awal labi-labi sebanyak 14 ekor terus menurun hingga menjadi 9 ekor pada tahun awal kegiatan budidaya ini, diduga akibat gagalnya individu labi-labi beradaptasi dengan lingkungan dan habitatnya yang baru. Belum adanya syarat dan kriteria pengadaan labi-labi sebagai bibit menjadikan labi-labi yang berada di penangkaran ini berkualitas rendah. Mengingat populasinya yang hanya berjumlah 9 ekor dengan komposisi 3 ekor jantan dan 6 ekor betina dapat diperkirakan bahwa bibit ini memiliki tingkat variabilitas genetik yang rendah dan dapat mengakibatkan menurunnya kualitas genetik pada turunannya Novriyanti 2011. Permasalahan mengenai variasi genetik ini juga diungkapkan oleh Thohari 1988 yang menyebutkan bahwa kualitas bibit dalam usaha penangkaran penting untuk diperhatikan khususnya dalam hal perolehan bibit dan variasi genetiknya karena sangat mempengaruhi kualitas genetik turunannya. Adanya penambahan bibit dewasa yang berasal dari sumber dan habitat yang berbeda di penangkaran ini dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi rendahnya variasi genetik pada dewasa dan anakan labi-labi yang akan dihasilkan. Bibit yang berasal dari alam hendaknya dikurangi jumlahnya karena bibit tersebut harus ditangkap secara paksa dan berpotensi melukai serta mengurangi kualitas dan daya tahan hidup individu tersebut. Oleh karena itu, untuk persediaan bibit di dalam penangkaran dalam jangka waktu yang panjang, sebaiknya bibit merupakan hasil dari perkembangbiakan dari penangkaran karena dianggap telah memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik di luar habitat aslinya dibandingkan dengan individu yang berasal dari tangkapan langsung secara liar di alam. Bibit labi-labi yang telah datang hendaknya melalui masa percobaan adaptasi terlebih dahulu yaitu memperhatikan perkembangan tubuh, tingkah laku alami dan konsumsi pakan dengan cara menyesuaikan habitat dan jenis pakannya semirip mungkin ketika berada di alam. Apabila bibit telah mampu menunjukkan ciri-ciri alaminya maka kegiatan budidaya dapat dilanjutkan. Pengukuran dan penimbangan dilakukan untuk mengetahui karakteristik morfometri labi-labi. Pengukuran dan penimbangan dilakukan pada seluruh labi- labi dewasa yang berjumlah 9 ekor, telur labi-labi yang dihasilkan berjumlah 25 butir yang terbagi atas 2 kelompok telur yang berbeda dan anakan hasil tetasan telur tersebut yang berjumlah 30 ekor. Data karakteristik morfometri labi-labi ini dapat dijadikan acuan untuk memelihara dan mengelola labi-labi di penangkaran PT. Ekanindya Karsa baik dari segi estimasi pakan yang akan diberikan, pengaturan nisbah jumlah induk untuk kepentingan reproduksi maupun pengaturan penetasan telur labi-labi. Proses pengukuran karakteristik morfometri labi-labi dewasa diawali dengan memindahkan seluruh labi-labi dewasa ke daratan untuk mempermudah proses pengukuran. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap 9 ekor individu dewasa didapatkan rataan panjang lengkung karapas sebesar 43,33 cm, lebar lengkung karapas 35,33 cm dan bobot tubuh 10,11 kg Tabel 3. Berdasarkan hasil identifikasi terhadap jenis kelamin, terdapat 3 jantan dan 6 betina. Berdasarkan pengukuran panjang dan lengkung karapas serta penimbangan bobot tubuh labi-labi dewasa terlihat bahwa individu betina memiliki ukuran morfometrik yang lebih kecil dibandingkan individu jantan. Panjang lengkung karapas labi-labi dewasa jantan setelah dirata-ratakan terlihat lebih panjang dibandingkan betina. Rataan panjang lengkung karapas betina adalah 42 cm, sedangkan rataan panjang lengkung karapas jantan adalah 46 cm. Rata-rata lebar lengkung karapas labi-labi dewasa betina lebih pendek dibandingkan jantan. Rataan lebar lengkung karapas betina adalah 34,5 cm, sedangkan rataan lebar lengkung karapas jantan adalah 37 cm. Sama seperti dua parameter ukur sebelumnya, bobot tubuh labi-labi dewasa betina setelah dirata- ratakan lebih ringan dibandingkan dengan individu jantan. Rataan bobot tubuh labi-labi dewasa betina adalah 9,3 kg sedangkan rataan bobot tubuh individu jantan adalah 11,67 kg. Rataan panjang lengkung karapas, lebar lengkung karapas dan bobot tubuh labi-labi dewasa jantan secara umum lebih besar dibandingkan dengan individu betina. Terjadinya perbedaan rataan ukuran antara individu jantan dan betina ini disebabkan oleh adanya perbedaan ukuran dan bentuk tubuh berdasarkan jenis kelamin. Menurut Amri dan Khairumman 2002, induk jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan individu betina, walaupun kedua individu tersebut memiliki umur yang sama. Perbedaan ukuran labi-labi jantan dan betina ini juga akan mengakibatkan berbedanya ukuran panjang lengkung karapas, lebar lengkung karapas dan bobot tubuh labi-labi yang diukur. Selanjutnya disebutkan dalam Amri dan Khairumman 2002, bentuk cangkang labi-labi jantan lebih oval lonjong dibandingkan cangkang betina, hal ini juga akan menyebabkan panjang lengkung karapas labi-labi jantan akan lebih panjang dibandingkan dengan betina. Setiap kali bertelur, labi-labi dewasa menghasilkan jumlah telur yang berbeda dalam setiap kelompok telurnya clutch eggs. Pada umumnya jumlah telur dalam setiap kelompok berjumlah sekitar 11 sampai 19 butir Tabel 4. Menurut Lim dan Das 1999, dalam satu tahun labi-labi dewasa dapat menghasilkan 3 sampai 4 sarang yang berisi 5 sampai 30 butir telur. Sedangkan menurut Iskandar 2000, labi-labi dapat menghasilkan sekitar 40 butir telur dalam satu kali bertelur dan dapat bertelur sampai empat kali dalam setahun. Pengukuran karakteristik morfometri telur labi-labi dilakukan untuk mengetahui ukuran rataan diameter dan bobot telur setiap kelompok telur yang diukur. Data diameter dan bobot telur ini dapat dijadikan acuan ada atau tidaknya perkembangan embrio di dalam cangkang telur. Pengukuran dan penimbangan telur Tabel 5 yang telah dilakukan terhadap rataan telur berdasarkan kelompok telur yang berada di PT. Ekanindya Karsa, rataan diameter telur memiliki ukuran dengan kisaran 3,01 – 3,40 cm. Lim dan Das 1999 mengatakan diameter telur labi-labi berkisar antara 1,5 – 3,0 cm. Diameter telur labi-labi yang berada PT. Ekanindya Karsa secara umum tergolong besar dan melebihi rataan diameter telur. Rataan bobot telur yang berada di PT. Ekanindya Karsa adalah berkisar 17,00 – 22,40 gram. Rataan bobot telur yang berada di PT. Ekanindya Karsa ini sesuai dengan bobot telur labi-labi umum yang diungkapkan oleh Maswardi et al. 1996 yaitu antara 18 – 35 grambutir telurnya. Anakan labi-labi berjumlah 45 ekor berasal dari kelompok telur yang berbeda Tabel 6. Berdasarkan hasil pengukuran, ukuran anakan yang baru menetas diperoleh rataan panjang anakan berkisar antara 4,21 – 4,68 cm, rataan lebar lengkung karapas sekitar 3,68 – 4,24 cm dan rataan bobot tubuh berkisar antara 9,95 – 12,59 gram. Ukuran karapas anakan pada saat baru menetas berkisar antara 3,7 – 4,9 cm secara umum Maswardi et al. 1996. Apabila dilakukan perbandingan dengan literatur yang ada, maka ukuran panjang anakan labi-labi di PT. Ekanindya Karsa termasuk normal. Karakteristik morfologis labi-labi dilakukan dengan mengamati dan mengobservasi langsung seluruh labi-labi baik dewasa, anakan serta telur yang ada di PT. Ekanindya Karsa. Setelah dilakukan obeservasi dan pengamatan langsung terhadap individu dewasa dan anakan, ternyata diperoleh beberapa perbedaan morfologis, diantaranya adalah kepala, karapas dan ekor. Secara umum, kepala labi-labi dewasa akan terlihat lebih polos dibandingkan dengan anakan labi-labi. Anakan labi-labi memiliki pola berbintik berwarna krem yang hampir memenuhi kepala hingga leher anakan. Hal ini serupa seperti yang diungkapkan Iskandar 2000 yang menyatakan bahwa kepala labi-labi biasanya ditutupi oleh bintik-bintik kuning dan hitam terutama individu muda. Bagian pelindung badan labi-labi terdiri atas bagian dorsal punggung yang disebut karapas dan bagian ventral dada yang disebut plastron. Induk memiliki karapas yang kokoh, tonjolan tulang karapas dan tidak terdapat pola berbintik berwarna hitam. Sedangkan pada anakan memiliki karapas yang sangat lembut dan memiliki pola berwarna hitam kecoklatan yang tersebar teratur di bagian karapasnya. Bentuk perisai karapas dewasa dan anakan labi-labi bervariasi yaitu lonjong oval dan membulat. Pernyataan ini diperkuat oleh Lim dan Das 1999 yang menyatakan bahwa labi-labi memiliki karapas yang lonjong cenderung membulat. Hal serupa dijelaskan pula oleh Iskandar 2000 yaitu perisai labi-labi berbentuk bulat dengan lipatan memanjang yang halus dan terputus-putus. Pola lipatan dan garis terputu-putuss ini lebih terlihat pada individu anakan dibandingkan dengan individu labi-labi dewasa. Perbedaan yang paling nyata antara dewasa dan anakan labi-labi terlihat pada ekor. Labi-labi dewasa memiliki ekor yang berwarna putih yang kuat serta memiliki struktur kulit ekor yang berlipat-lipat keriput dan bisa dijadikan indikator pembeda antara individu dewasa jantan dan dewasa betina. Sedangkan anakan labi-labi memiliki ekor yang pendek dan berwarna kuning pada ujungnya dan ekor pada anakan belum dapat dijadikan indikator pembeda antara individu labi-labi jantan dan betina. Secara umum dewasa dan anakan labi-labi memiliki perbedaan ciri morfologis yang tidak terlalu signifikan. Hasil pengamatan telur labi-labi berbentuk bulat dan memiliki kulit cangkang telur yang keras, tidak seperti telur penyu yang memiliki kulit cangkang yang lunak, hal ini sesuai dengan pernyataan Maswardi et al. 1996 yang menyatakan bahwa tekstur bagian luar telur labi-labi relatif keras. Menurut hasil wawancara dengan animal keeper terdapat perbedaan antara telur yang dibuahi dan telur yang tidak dibuahi oleh induk. Telur yang dibuahi oleh induk akan tampak ban pita putih yang mengelilingi telur, apabila diterangi dengan cahaya lampu bohlam akan tampak titik embrio janin serta telur yang dibuahi akan tampak lebih gelap warnanya. Sedangkan untuk telur labi-labi yang tidak dibuahi warna telur akan tempak lebih tranparan, tidak ada ban pita putih yang mengelilingi telur sesekali akan muncul noda-noda putih. Telur yang tidak dibuahi ini lama kelamaan akan berjamur dan membusuk. Hasil wawancara dengan animal keeper ini sesuai dengan pernyataan Maswardi et al. 1996 yaitu telur yang dibuahi akan berwarna coklat keabu-abuan dan telur yang tidak dibuahi ditandai dengan adanya bercak-bercak putih yang besar pada telur.

5.2.2 Pengelolaan dan pemeliharaan labi-labi