xxxiv misalnya program KB pada awal mulanya, penolakan pembangunan
proyek, penolakan pembangunan jembatan keluarga, penolakan terhadap penggunaan pupuk buatan atau bibit unggul pada awal BIMAS dan
sebagainya.
6. Partisipasi Masyarkat dan Pembangunan Masyarakat
Usaha–usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang disertai dengan pendayagunaan sumber-sumber yang ada di dalam
masyarakat umumnya telah ada sejak masyarakat itu seendiri ada. Namun usaha-usaha untuk membangun masyarakat yang diselenggarakan dengan
cara sistimatis, terencana serta menggunakan garis-garis strategi tertentu nampaknya belum lama muncul.
Usaha pembangunan masyarakat di Indonesia yang dilakukan secara sistematis dan terencana kiranya baru dimulai tahun 1955, yaitu
dengan mengirimkan sebuah delegasi untuk melihat model-model pembangunan di negara tetangga kita yaitu Birma, Srilangka dan India
yang menghasilkan delapan rekomendasi. Dalam perjalanan waktu, usaha-usaha pembangunan masyarakat itu dituangkan di dalam berbagai
undang-undang, peraturan, atau isntruksi menteri. Model dan strateginya dikembangkan di dalam pembangunan adalah model UDKP Unit Daerah
Kerja Pembangunan. Tentang arti pembangunan masyarakat yang dalam bahasa Inggris
disebut community development hingga sekarang masih ditemukan berbagai penafsiran dan definisi yang berbeda-beda. Biasanya istilah ini
xxxv digunakan dalam arti yang paling harafiah yaitu menunjukkan ada setiap
usaha perbaikan kualitas hidup masyarakat. Dengan demikian bila kita mengikuti pengertian yang luas ini, di situ akan ada gagasan tentang
perbaikan kualitas hidup masyarakat sebanyak masyarakatnya yang akan diperbaiki itu sendiri.
Agar istilah itu tidak mempunyai pengertian yang terlalu umum, biasanya pengertian yang digunakan dipersempit dengan memberi arti
yaitu adanya rangsangan-rangsangan yang berasal dari luar baik itu rangsangan yang berupa kebendaan misalnya uang sebagai pancingan
untuk merangsang perolehan dana swadaya masyarakat yang lebih besar maupun berupa penyuluhan–penyuluhan yang menumbuhkan
kebutuhan baru ke dalaam masyarakat yang sifatnya memperkuat atau membantu masyarakat itu dalam menggunakan sumber-sumber lokal
demi peningkatan hidup mereka. Pada tahun 1955 PBB menerima definisi pembangunan masyarakat yang mengartikannya sebagai berikut:
”Istilah pembangunan masyarakat telah masuk ke dalam pemakaian kata-kata internasional yang mengandung arti proses-
proses di mana usaha-usaha dari orang-orang itu sendiri disatukan dengan usaha-usaha pemerintah untuk memperbaiki keadaan
ekonomi, sosial dan kultural masyarakat, menyatukan masyarakat –masyarakat itu ke dalam kehidupan bangsa, dan memungkinkan
masyarakat itu menyumbangkan secara penuh bagi kemajuan nasional”.
Proses yang komplek itu terdiri dari dua unsur pokok: partisipasi masyarakat itu sendiri dalam usahanya untuk meningkatkan taraf hidup
mereka dengan mengandalkan sedapat mungkin pada inisiatif mereka sendiri; dan penyediaan teknis dan pelayanan-pelayanan lain sebagai cara
xxxvi untuk memperkuat inisiatif, kemandirian dan gotong royong dan
membuat semua ini menjadi lebih efektif. Definisi PBB di atas telah memperoleh banyak kritik. Alasannya
ialah definisi ini masih berbau cara-cara pemerintahan kolonial mengorganisasikan program-program pembangunan masyarakat.
Definisi ini lebih mencerminkan ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah, ketergantungan desa terhadap kota, dalam hal bantuan-
bantuan baik berupa materiil, teknis, maupun pelayanan. Pendekatan dan strategi pembangunan masyarakat telah banyak berbeda dari waktu
kewaktu untuk menuju kepada kesempurnaan agar dapat memenuhi tujuan. Namun demikian definisi PBB masih tetap ada manfaatnya
sebagai petunjuk dalam pembangunan masyarakat. Di dalamnya terkandung pengertian partisipasi masyarakat sebagai hal yang pasti harus
ditekankan dan diupayakan agar terjadi direct involvement, keterlibatan langsung dari para penduduk dalam proses pembangunan.
Pembangunan masyarakat mencakup banyak kegiatan yang beraneka-ragam yang semuanya itu dimaksudkan untuk meningkatkan
taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat. Perwujudannya dapat beraneka ragam sepeerti misalnya pelayanan-pelayanan penyuluhan,
bantuan teknis, penyediaan-penyediaan kebutuhan seperti air, listtrik, jalan, perumahan, sampai dengan proyek-proyek yang dimaksudkan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Program-program itu ada yang diarahkan secara langsung bagi golongan masyarakat yang kurang
xxxvii beruntung, misalnya para cacat, anak-anak putus sekolah, yatim piatu,
janda dan lain sebagainya. Pula bagi golongan ekonomi lemah misalnyaa para pedagang kaki lima, bakul pedagang kecil, buruh, nelayan miskin
dan lain sebagainya Slamet, 1994: 3.
7. Berbagai Tipe Partisipasi