xxxi melakukan intensifikasi pertanian padi, palawija, dan lainnya yang
menjamin swasembada.
5. Pengertian Partisipasi
Menurut Slamet 1994: 1, bahwa istilah partisipasi telah cukup lama dikenal khususnya di dalam pengkajian peranan anggota di dalam
suatu organisasi, baik organisasi yang sifatnya tidak sukarela nonvoluntary maupun yang sukarela voluntary. Namun demikian di
dalam percakapan tentang pembangunan, istilah partisipasi merupakan suatu istilah yang relatif masih baru. Istilah partisipasi sering diartikan
dalam kaitannya dengan pembangunan sebagai pembangunan masyarakat yang mandiri, perwakilan , mobilitas sosial, pembagian sosial
yang merata terhadap hasil-hasil pembangunan, penetapan kelembangaan khusus, demokrasi politik dan sosial, reformasi sosial, atau bahkan yang
disebut revolusi rakyat. Penggunaan istilah itu begitu beraneka ragam yang sebenarnya bukan menjelaskan arti yang sebenarnya dari
partisipasi, tetapi hanya hal-hal yang berkaitan dengannya. Itulah sebabnya Dusseldrop menyatakan bahwa banyak literatur tentang
partisipasi memulai pernyataan bahwa partisipasi digunakan dengan cara yang bercampur aduk, tidak ajeg, dan bahkan secara retorik.
Definisi tentang partisipasi di dalam literatur-literatur yang sekarang ini telah mulai memberikan pengertian yang tegas tentang arti
partisipasi. Umumnya definisi-definisi yang mereka ketengahkan dapat dibedakan menjadi dua: definisi yang bersifat umum dan kedua definisi
xxxii yang bersifat khusus. Definisi yang khusus itu dikaitkan dengan aspek-
aspek yang lebih khusus, misalnya dalam bidang politik, ekonomi, atau sosial, sehingga melahirkan istilah-istilah partisipasi politik, partisipasi
ekonomi, partisipasi sosial. Dengan demikian pengertian partisipasi sangat umum sebab
sesuai dengan lingkup pembangunan itu sendiri amatlah luas, namun demikian yang diartikan pembangunan di sini adalah Planned
development, perubahan yang terencana demi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam kaitannya dengan partisipasi, pembahasannya adalah
lebih mengarah kepada apa yang disebut development participation. Untuk memberi arti partisipasi masyarakat dalam pembangunan
barangkali yang menarik adalah hasil rumusan PBB. Dalam berbagai resolusi PBB secara jelas menunjukkan bahwa di sana ada tiga cara
memandang partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Pertama adalah pembagian massal dari hasil-hasil pembangunan. Kedua, sumbangan
massal terhadap jerih payah pembangunan. Dan ketiga adalah pembuatan keputusan di dalam pembangunan.
Oleh karena partisipasi dilihat dalam hubungannya dengan pembangunan, kirannya ada gunanya untuk sedikit menyinggung
sekaligus memberikan kritik terhadap suatu model pembangunan. Pembangunan mempunyai dua macam definisi yang saling berhubungan
tetapi secara analitis dapat dipisahkan. Di satu pihak, pembangunan bertautan dengan peningkatan produksi barang-barang materiil dan
xxxiii pelayanan. Ini adalah pengertian pembangunan sebagai pertumbuhan
ekonomi, titik perhatiannya sebagian besar pada persoalan-persoalan kuantitatif tentang produksi dan penggunaan sumber-sumber. Di pihak
lain, pembangunan bertautan dengan perubahan di dalam pemerataan barang-barang materiil dan dalam sifat hubungannya sosial. Ini
pengertian pembangunan dalam arti pembangunan sosial, yang titik beratnya pada perubahan dasar secara kualitatif dan distributif di dalam
struktur masyarakat melalui peniadaan diskrimiansi dan penindasan struktural, penciptaan dan jaminan akan adanya kesempatan dan
pembagian yang lebih merata atas hasil pertumbuhan ekonomi di kalangan penduduk.
Dalam hubungan dengan pembangunan, PBB memberikan definisi parisipasi sebagai keterlibatan aktif dan bermakna dari massa
penduduk pada tingkatan-tingkatan yang berbeda: a di dalam proses pembentukan keputusan untuk menentukan tujuan-tujuan kemasyarakat
dan pengalokasian sumber-sumber untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut; b pelaksanaan program-program dan proyek-proyek secara
sukarela. Namun kiranya perlu ditambahkan di sini, sesuai dengan azas tujuan pembangunan adalah pembagian yang merata atas hasil
pembangunan, maka perlu dipertimbangkan tingkatan yang ketiga dari keterlibatan massa penduduk; yaitu c pemanfaatan hasil-hasil dari suatu
program atau suatu proyek. Penambahan butir c ini perlu mengingat banyak hasil dari suatu program atau proyek yang ditolak oleh penduduk,
xxxiv misalnya program KB pada awal mulanya, penolakan pembangunan
proyek, penolakan pembangunan jembatan keluarga, penolakan terhadap penggunaan pupuk buatan atau bibit unggul pada awal BIMAS dan
sebagainya.
6. Partisipasi Masyarkat dan Pembangunan Masyarakat