xxii Pembangunan dari bawah bottom up planning merupakan
pendekatan perencanaan pembangunan yang patriotis. Yaitu, sesuatu perencanaan pembangunan yang bukan sekedar didasarkan atas usulan
lembaga birokrasi pemerintahan dan tingkat yang terbawah atau yang didasarkan pada hasil konsultasi antara aparat-aparat perencanaan pada
dua atau lebih tingkatan birokrasi pemerintahan yang berbeda sebagaimana yang dikemukakan oleh suparno 1981, melainkan suatu
perencanaan yang memiliki ciri-ciri Soetrisno, 1981 menyatakan: a.
Melibatkan ide-ide atau inisiatif yang tumbuh dari bawah sektor non pemerintahan dan meluas masuk ke atas ke dalam birokrasi
pemerintahan. b.
Adanya bargaining power masyarakat dalam perencanaan pembangunan jika perlu menolak proyek-proyek yang direncanakan
pemerintah, jika tidak cocok atau memerlukan pengorbanan masyarakat yang terlalu besar
c. Adanya sikap para perencana untuk melihat proses perencanaan
sebagai learning process atau belajar dari pengalaman masyarakat setempat.
2. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pengembangan masyarakat dalam kegiatan PPK diartikan sebagai suatu proses yang membangun manusia atau mesyarakat melalui
pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat dan pengorganisasian masyarakat Modul Pelatihan pra tugas Fasilitator
xxiii Desa, 2002. Menurut Pranaka dan Moeljarto dalam Prijono dan Pranaka
1996: 56 konsep pemberdayaan empowerment sendiri merupakan ide yang menempatkan manusia lebih sebagai subyek dari dunianya sendiri.
Kata pemberdayaan empowerment mengandung arti adany6a sikap mental yang tangguh atu kuat. Proses pemberdayaan dapat dilakukan
secara individu maupun kolektif kelompok. Tetapimkarena proses ini merupakan wujud perubahan sosial yang menyangkut relasi atau hubungan
antara lapisan sosial atau status hirarki lain yang dicirikan dengan adanya polarisasi ekonomi, maka kemampuan individu “senasib”untuk saling
berkumpul dalam suatu kelopok cenderung dimiliki sebagai bentuk pemberdayaan yang paling efektif Prijono, 1996: 138. Pemberdayaan
tidak hanya penguatan individu anggota kelompok atau masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya, seperti pertanggung jawaban, keterbukaan,
pengambilan keputusan sesuai dengan prinsip-prinsip PPK. Pembangunan partisipatif adalah suatu proses pemabngunan yang memberdayakan
masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pelestarian dan pengawasan pembangunan.
Karena konsep pemberdayaan lebih menekankan masyarakat sebagai subyek, maka konsep pembangunan yang berpusat pada manusia
people coreted development yang dikemukan oleh Korten dalam Tjokrowinoto, 1955: 25 dapat dipandang sebagai salah satu konsep
pemberdayaan. Adapun konsep yang dikemukakan korten adalah manusia
xxiv dipandang sebagai masyarakat harus mampu berperan aktif dalam
pembangunan. Pemberdayaan diartikan sebagai upaya unutk memberdayakan
empowerment atau kekuatan streighthening kepada masyarakat Mas’oed dalam Mardikanto 2003: 83. Keberdayaan masyarakat adalah
unsur-unsur yang memungkinkan masyarakat mampu bertahan survive dan dalam pengertian yang dinamis mampu mengembangkan diri untuk
mencapai tujuan-tujuannya. Karena itu, memberdayakan masyarakat merupakan upaya untuk terus menerus meningkatkan harkat dan martabat
lapisan masyarakat bahwa yang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Menurut Mardikanto 2003
memberdayakan masyarakat adalah meningkatkan kemampuan dan meningkatkan kemandirian masyarakat. Sejalan dengan itu,
pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan masyarakat miskin untuk partisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan
mengendalikan kelembagaan masyarakatnya secara bertanggung gugat accountable demi perbaikan kehidupannya. Empowerment atau
pemberdayaan secara singkat dapat diartikan sebagai upaya memberikan kesempatan dan kemampuan kepada masyarakat miskin untuk mampu
dan berani bersuara voice serta kemampuan dan keberanian untuk memilih choice.
Selama ini, pemberdayaan merupakan the missing ingredien dalam mewujudkan partisipasi masyarakat yang aktif dan kreatif. Secara
xxv sederhana pemebrdayaan mengacu kepada kemampuan masyarakat untuk
mendapatkan dan memanfaatkan akses ke kontrol dan sumber hidup yang penting. Bagaimana memberdayakan masyarakat merupakan suatu
masalah tersendiri yang berkaitan dengan hakikat dari power daya, serta hubungan antar individu atau lapisan sosial yang lain Friedman, 1992:
32. Menurut Kartono 2004: 40 berbicara masalah pemberdayaan,
masyarakat lebih melihat pada benefit keuntungan apa yang akan di dapat dengan adanya program yang akan diadakan. Empowering
pemberdayaan membutuhkan waktu yang sangat lama, dimana inti dari pemberdayaan tersebut adalah agar masyarakat dapat menyelesaikan
masalahnya sendiri. Istilah yang lebih tepat apabila kita membicarakan pemberdayaan, adalah pemberdayaan komunitas, bukan masyarakat.
Karena ada komunitas lebih kelihatan “self of belonging” nya, sehingga akan lebih jelas dan lebih parsial, sehingga yang diharapkan mereka
lebih paritisipatif. Pengembangan masyarakat merupakan suatu upaya untuk
merubah kondisi sosial, ekonomi masyarakat ke arah yang lebih baik dengan mengembangkan pontesi masyarakat. Jadi pemberdayaan lebih
baik mengutamakan pada perbaikan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, menggali potensi sosial ekonoi dan pembuatan sarana-
sarana sosial ekonomi masyarakat dalam pembangunan, agar mereka mandiri serta mengembangkan kemampuannya dalam memperbaiki
xxvi kualitas hidup. Memberdayakan diartikan sebagai upaya untuk memberi
kemampuan atau keberdayaan.
3. Pembangunan Dengan Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat