16 Hasil evaluasi sifat-sifat kimia tanah sawah di Pulau Jawa, rata-rata di
Jawa Barat menunjukkan reaksi tanah yang agak masam dibandingkan dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur yang bereaksi netral dan agak alkalin. Hal ini
mungkin disebabkan karena curah hujan di Jawa Barat lebih tinggi jika dibandingkan dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Soepardi 1983 menyatakan
bahwa keadaan masam merupakan hal yang biasa pada tanah yang berada di daerah dengan curah hujan tinggi. Menurut Nurwadjedi 2011, distribusi tipe
iklim di Jawa menunjukkan bahwa bagian Barat Jawa memiliki bulan basah lebih banyak daripada bagian Timur atau semakin ke Timur lebih kering sehingga
pencucian di Jawa Barat lebih intensif bila dibandingkan dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain itu, KB di Jawa Tengah dan Jawa Timur sangat tinggi bila
dibandingkan dengan Jawa Barat. Tidak adanya pencucian secara intensif menyebabkan jumlah basa tanah demikian tinggi Soepardi 1983.
4.2. Hasil Analisis Fraksi-fraksi Kalium Tanah Sawah di Pulau Jawa
4.2.1. K-dapat Dipertukarkan
Berdasarkan Tabel 4 hasil analisis K
dd
menunjukkan bahwa kadar K
dd
di Jawa Barat berkisar antara 0.13 cmol
+
kg
-1
sampai dengan 0.94 cmol
+
kg
-1 .
Kadar K
dd
Jawa Tengah berkisar antara 0.08 cmol
+
kg
-1
sampai dengan 2.03 cmol
+
kg
-1 .
Kadar K
dd
Jawa Timur berkisar antara 0.09 cmol
+
kg
-1
sampai dengan 0.64 cmol
+
kg
-1
. Brebes memiliki kadar K
dd
tertinggi diantara lokasi lainnya di Pulau Jawa dengan K
dd
sebesar 2.03 cmol
+
kg
-1
. Sementara Batang memiliki kadar K
dd
terendah jika dibandingkan dengan lokasi lainnya di Pulau Jawa dengan kadar K
dd
sebesar 0.08 cmol
+
kg
-1
. Brebes dan Batang merupakan daerah satu provinsi yaitu Jawa Tengah namun memiliki kadar K
dd
yang sangat jauh berbeda. Perbedaan kadar K
dd
tersebut mungkin dapat disebabkan karena jenis tanah di kedua lokasi tersebut berbeda. Brebes mempunyai jenis tanah Inceptisols sedangkan Batang
mempunyai jenis tanah Ultisols. Menurut Karama et al. 1992, Ultisols merupakan tanah mineral masam dengan tingkat kesuburan marginal, kahat hara
esensial salah satunya hara K merupakan kendala utama pada tanah tersebut. Sementara tanah muda seperti Inceptisols umumnya menyediakan cukup K
Odjak 1992. Selain karena jenis tanahnya, kadar K
dd
paling tinggi di Brebes
17 diduga karena pupuk K diberikan dalam jumlah yang banyak pada tanah sawah
tersebut. Berdasarkan nilai rata-rata K
dd
pada setiap provinsi, kadar K
dd
tertinggi terdapat di Jawa Tengah sedangkan terendah di Jawa Timur. Kadar rata-rata K
dd
Jawa Barat sebesar 0.45 cmol
+
kg
-1
. Kadar rata-rata K
dd
Jawa Tengah sebesar 0.50 cmol
+
kg
-1
. Sementara kadar rata-rata K
dd
Jawa Timur sebesar 0.30 cmol
+
kg
-1
. Rata-rata K
dd
Jawa Tengah lebih tinggi dibanding dengan Jawa Barat diduga karena pencucian di Jawa Barat lebih intensif dibandingkan dengan Jawa
Tengah. Menurut Soepardi dan Ismunadji 1987, secara umum dapat dikatakan di daerah beriklim basah ditemukan tanah dengan kahat kalium lebih tinggi.
Pelapukan yang kurang intensif tidak memberikan peluang tercucinya kalium dari profil tanah.
Sementara rata-rata K
dd
Jawa Tengah lebih tinggi dibandingkan dengan Jawa Timur diduga karena pemupukan K di Jawa Tengah lebih banyak jumlahnya
dibandingkan dengan Jawa Timur. istribusi tipe iklim di Jawa menunjukkan bahwa bagian Barat Jawa memiliki bulan basah lebih banyak daripada bagian
Timur atau semakin ke Timur lebih kering. Meskipun demikian hasil menunjukkan bahwa Jawa Timur memiliki kadar K
dd
paling rendah dibandingkan dengan yang lainnya. Begitu juga dengan hasil survai yang dilakukan oleh
Partohardjo et al. 1977 dan Sudjadi et al. 1985 yang menyebutkan bahwa kadar K juga dipengaruhi oleh air irigasi, diperoleh kadar rata-rata air sungai atau
irigasi sebesar 2.60 ppm K untuk Jawa Barat, 3.10 ppm K untuk Jawa Tengah, dan 5.20 ppm K untuk Jawa Timur. Kadar rata-rata K air sungai atau irigasi di
Jawa Timur yang tinggi tersebut tidak menunjukkan kadar K
dd
Jawa Timur tinggi pada penelitian ini. Menurut Leiwakabessy et al. 2003, meskipun tanah memiliki
kadar liat yang kaya akan K tetapi apabila tanah-tanah ini ditanami secara intensif tanpa penambahan pupuk K secara cukup, maka lambat laun akan kekurangan K.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada saat pengambilan contoh tanah terhadap petani setempat, pemupukan K tidak memiliki pola. Jumlah
pupuk K yang diberikan hanya tergantung kepada kemampuan petani. Hasil analisis K
dd
pada tanah sawah di Pulau Jawa selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.
18 Tabel 4. Hasil Analisis K
dd
Pada Tanah Sawah di Pulau Jawa
Nama Lokasi Ordo Tanah
USDA 2010 K
dd
cmol
+
kg
-1
Jawa Barat
Karawang Inceptisols
0.45 Jatisari
Inceptisols 0.45
Pamanukan Inceptisols
0.78 Indramayu
Inceptisols 0.94
Palimanan Inceptisols
0.26 Cicalengka
Inceptisols 0.17
Cikarawang Ultisols
0.13 Rata-rata
0.45
Jawa Tengah
Brebes Inceptisols
2.03 Suradadi
Inceptisols 0.62
Batang Ultisols
0.08 Kendal
Inceptisols 0.50
Demak Vertisols
0.53 Jekulo
Vertisols 0.36
Jogjakarta Vertisols
0.20 Borobudur
Inceptisols 0.18
Kutoarjo Inceptisols
0.32 Karanganyar
Inceptisols 0.23
Buntu Inceptisols
0.45 Rata-rata
0.50
Jawa Timur
Bojonegoro Vertisols
0.34 Tambak Rejo
Vertisols 0.19
Nganjuk Vertisols
0.24 Jombang
Inceptisols 0.09
Ponorogo Vertisols
0.64 Rata-rata
0.30
4.2.2. K-tidak Dapat Dipertukarkan