K-tidak Dapat Dipertukarkan Hasil Analisis Fraksi-fraksi Kalium Tanah Sawah di Pulau Jawa

18 Tabel 4. Hasil Analisis K dd Pada Tanah Sawah di Pulau Jawa Nama Lokasi Ordo Tanah USDA 2010 K dd cmol + kg -1 Jawa Barat Karawang Inceptisols 0.45 Jatisari Inceptisols 0.45 Pamanukan Inceptisols 0.78 Indramayu Inceptisols 0.94 Palimanan Inceptisols 0.26 Cicalengka Inceptisols 0.17 Cikarawang Ultisols 0.13 Rata-rata 0.45 Jawa Tengah Brebes Inceptisols 2.03 Suradadi Inceptisols 0.62 Batang Ultisols 0.08 Kendal Inceptisols 0.50 Demak Vertisols 0.53 Jekulo Vertisols 0.36 Jogjakarta Vertisols 0.20 Borobudur Inceptisols 0.18 Kutoarjo Inceptisols 0.32 Karanganyar Inceptisols 0.23 Buntu Inceptisols 0.45 Rata-rata 0.50 Jawa Timur Bojonegoro Vertisols 0.34 Tambak Rejo Vertisols 0.19 Nganjuk Vertisols 0.24 Jombang Inceptisols 0.09 Ponorogo Vertisols 0.64 Rata-rata 0.30

4.2.2. K-tidak Dapat Dipertukarkan

Hasil analisis pada Tabel 5 menunjukkan bahwa kadar K tdd di Jawa Barat berkisar antara 0.07 cmol + kg -1 sampai dengan 0.91 cmol + kg -1 . Kadar K tdd di Jawa Tengah berkisar antara 0.09 cmol + kg -1 sampai dengan 3.13 cmol + kg -1 . Kadar K tdd di Jawa Timur berkisar antara 0.22 cmol + kg -1 sampai dengan 0.46 cmol + kg -1 . Jika dibandingkan dengan semua lokasi di Pulau Jawa, Jekulo memiliki kadar K tdd tertinggi sebesar 3.13 cmol + kg -1 . Sementara Cicalengka memiliki kadar K tdd 19 terendah dibandingkan dengan lokasi lainnya dengan kadar K tdd sebesar 0.07 cmol + kg -1 . Kadar K tdd tertinggi di Jekulo mungkin disebabkan karena jenis tanah di Jekulo Vertisols. Tanah-tanah yang didominasi mineral liat tipe 2:1 seperti tanah Vertisols memiliki kemampuan mengikat K. Soepardi 1983 menyebutkan bahwa K yang berasal dari pupuk seperti kalium klorida KCl tidak saja menjadi terjerap, tetapi juga dapat terikat oleh koloid tanah. Ion K yang mempunyai ukuran yang pas untuk ruangan yang terdapat antara kristal, sehingga kristal tersebut menahannya. Pada waktu bersamaan, menjadi tidak dapat dipertukarkan atau diikat untuk sementara waktu. Nilai rata-rata K tdd pada setiap provinsi pada Tabel 5 menunjukkan bahwa Jawa Tengah memiliki kadar K tdd tertinggi sedangkan terendah Jawa Timur. Kadar rata-rata K tdd Jawa Barat sebesar 0.40 cmol + kg -1 . Kadar rata-rata K tdd Jawa Tengah sebesar 0.83 cmol + kg -1 . Kadar rata-rata K tdd Jawa Timur sebesar 0.32 cmol + kg -1 . Jawa Tengah memiliki K tdd paling tinggi diantara provinsi lainnya. Selain diduga karena terdapat mineral liat tipe 2:1 berada di lokasi Demak, Jekulo, dan Jogjakarta diduga juga karena pemupukan K pada tanah sawah di Jawa Tengah diberikan dalam jumlah yang sangat banyak. Menurut Soepardi 1983, selain sifat koloid tanah, pembasahan dan pengeringan, faktor lain yang mempengaruhi jumlah K yang diikat adalah adanya K berlebihan. Sementara Jawa Timur memiliki kadar rata-rata K tdd paling rendah dibandingkan dengan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Di Jawa Timur, meskipun contoh tanah sawahnya ada yang berjenis tanah Vertisols yaitu di Bojonegoro, Nganjuk, dan Ponorogo. Namun kadar K tdd pada provinsi tersebut rendah. Kadar K tdd rendah di Jawa Timur mungkin disebabkan karena pupuk K yang diberikan dalam jumlah sedikit. Hasil analisis kadar K tdd tanah sawah di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5. 20 Tabel 5. Hasil Analisis K tdd Pada Tanah Sawah di Pulau Jawa Nama Lokasi Ordo Tanah USDA 2010 K tdd cmol + kg -1 Jawa Barat Karawang Inceptisols 0.20 Jatisari Inceptisols 0.39 Pamanukan Inceptisols 0.91 Indramayu Inceptisols 0.76 Palimanan Inceptisols 0.35 Cicalengka Inceptisols 0.07 Cikarawang Ultisols 0.12 Rata-rata 0.40 Jawa Tengah Brebes Inceptisols 0.94 Suradadi Inceptisols 0.81 Batang Ultisols 0.09 Kendal Inceptisols 1.11 Demak Vertisols 1.27 Jekulo Vertisols 3.13 Jogjakarta Vertisols 0.40 Borobudur Inceptisols 0.49 Kutoarjo Inceptisols 0.33 Karanganyar Inceptisols 0.30 Buntu Inceptisols 0.29 Rata-rata 0.83 Jawa Timur Bojonegoro Vertisols 0.46 Tambak Rejo Vertisols 0.22 Nganjuk Vertisols 0.30 Jombang Inceptisols 0.33 Ponorogo Vertisols 0.31 Rata-rata 0.32

4.2.3. K-total