Tujuan Penelitian Hipotesis Penelitian Ganggang Mikro

1.2 Tujuan Penelitian

1 Mengidentifikasi genus 4 isolat ganggang mikro terseleksi yang digunakan dalam penelitian ini. 2 Menentukan kombinasi bahan teknis ZA-NaNO 3 dan SP36-K 2 HPO 4 3 sebagai sumber hara N dan P dalam media yang optimum untuk tiap isolat pada skala laboratorium. Mengevaluasi pengaruh kombinasi sumber hara N dan P optimum tersebut terhadap produksi karbohidrat, protein dan lipid tiap isolat pada skala lapang dalam kolam sistem raceway.

1.3 Hipotesis Penelitian

ZA [NH 4 2 SO 4 ] dapat mensubtitusi NaNO 3 dan SP36 [CaH 2 PO 4 ] dapat mensubtitusi K 2 HPO 4 sebagai sumber hara N dan P dalam media kultivasi ganggang mikro pada skala lapang dalam kolam sistem raceway. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ganggang Mikro

Ganggang mikro merupakan salah satu mikrob penting yang hidup di perairan aquatik maupun daratan terestrial yang terkena sinar matahari, berukuran mikroskopis, bersel satu dengan bentuk sel seperti benang, pita atau lembaran yang dapat hidup soliter atau berkoloni. Seperti tumbuhan lainnya reproduksi ganggang mikro meliputi dua cara yaitu: 1 aseksual berlangsung dalam dua kategori yaitu: pembelahan dan fragmentasi dan 2 seksual yaitu dengan pembentukan gamet, berlangsung dalam dua tipe utama yaitu isogami dan oogami Tjitrosomo 1984. Menurut Bold dan Wynne 1985, ganggang mikro dikelompokkan ke dalam filum Talofita karena tidak memiliki akar, batang dan daun sejati semu. Ganggang mikro memiliki zat warna hijau daun pigmen klorofil yang mampu melakukan fotosintesis dengan bantuan air H 2 O, CO 2 dan sinar matahari yang dapat mengubah energi kinetik menjadi energi kimiawi dalam bentuk biomassa. Gambar 1 Berbagai jenis populasi alga di air Benemman 2008 Keanekaragaman ganggang mikro sangat tinggi. Diperkirakan ada sekitar 200.000 – 800.000 spesies ganggang mikro di bumi, dimana baru sekitar 35.000 spesies saja yang telah diidentifikasi Griffiths dan Harrison 2009. Beberapa contoh spesies ganggang mikro diantaranya yaitu Spirulina sp., Nannochloropsis sp., Botryococcus braunii, Chlorella sp., Dunaliella primolecta, Nitzschia sp., Tetraselmis suecia, dan lain-lain. Berdasarkan tipe pigmen fotosintetik yang dihasilkan, bahan cadangan makanan dalam sel dan sifat morfologi selnya, ganggang mikro terbagi menjadi beberapa kelas yaitu: 1 Cyanophyta ganggang biru, 2 Chlorophyta ganggang hijau, 3 Chrysophyta ganggang keemasan, 4 Phaeophyta ganggang coklat dan 5 Rhodophyta ganggang merah Bold dan Wynne 1985. Menurut Barianti dan Gualtieri 2006, ganggang mikro merupakan tanaman yang paling efisien dalam menangkap dan memanfaatkan energi matahari dan CO 2 Beberapa ganggang mikro bersifat kemoorganotrof sehingga dapat mengkatabolisme gula atau asam organik pada keadaan gelap. Senyawa organik yang banyak digunakan ganggang mikro sebagai sumber karbon dan sumber energi adalah senyawa asetat. Ganggang mikro tertentu dapat mengasimilasi senyawa organik sederhana dengan menggunakan sumber energi cahaya fotoheterotrof. Beberapa ganggang mikro tertentu tidak mengalami proses fotosintesis sama sekali, sehingga untuk pemenuhan kebutuhan nutrisinya didapatkan secara heterotrof Sumarsih 2003. untuk keperluan fotosintesis. Fotosintesis didefinisikan sebagai suatu proses di mana terjadi sintesis karbohidrat tertentu dari karbon dioksida dan air yang dilakukan oleh sel-sel yang berklorofil dengan bantuan cahaya matahari. Proses fotosintesis dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal maupun internal Carolina 1994. Faktor eksternal yang berpengaruh adalah cahaya, karbon dioksida, air, suhu dan mineral, sedangkan faktor internalnya antara lain struktur sel, kondisi klorofil dan produk fotosintesis serta enzim-enzim yang terdapat dalam daun organ fotosintesis. Menurut Chilmawati dan Suminto 2008, pertumbuhan Chlorella sp. sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, diantaranya unsur hara dalam media kultur serta parameter kualitas air seperti salinitas, pH, suhu dan intensitas cahaya. Di Indonesia pemanfaatan ganggang mikro sebagai komoditas perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenisnya. Komponen kimia ganggang mikro seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral dan juga senyawa bioaktif sangat bermanfaat sebagai bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain Becker 1994. Pertumbuhan ganggang mikro terdiri dari tiga fase utama, yaitu fase lag, eksponensial dan stasioner. Budidaya ganggang mikro memiliki berbagai keuntungan diantaranya adalah siklus hidup yang pendek, beberapa spesies hanya membutuhkan waktu beberapa jam untuk menyelesaikan siklusnya, seluruh organ dapat dipanen dan dimanfaatkan, diperbanyak sesuai target, serta biaya pemeliharaan yang rendah Poelman et al. 1997.

2.2 Potensi Ganggang Mikro