Synechococcus sp. ICBB 9111 Pertumbuhan Ganggang Mikro Terseleksi pada Skala Laboratorium

4.2 Pertumbuhan Ganggang Mikro Terseleksi pada Skala Laboratorium

4.2.1 Synechococcus sp. ICBB 9111

Hasil ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi sumber hara N dan P pada hari ke-27 berpengaruh sangat nyata p0.01 terhadap nilai kerapatan optik sel ganggang mikro Synechococcus sp. ICBB 9111 Lampiran 3. Uji DMRT menunjukkan bahwa pengaruh taraf kombinasi N 3 P 2 berbeda nyata dibandingkan taraf perlakuan lainnya dan menunjukkan nilai kerapatan optik sel OD tertinggi yaitu 1.01933 nm Tabel 3. Namun, untuk tahap kultivasi skala lapang, taraf kombinasi N 2 P 1 Perlakuan yang dipilih. Hal ini dikarenakan nilai OD minimal 0.5 sudah tercapai dan penggunaan kombinasi sumber hara dari bahan teknis yang termurah menjadi pertimbangan utama. Tabel 3 Pengaruh taraf kombinasi sumber hara N dan P pada hari ke-27 terhadap kerapatan optik sel ganggang mikro Synechococcus sp. ICBB 9111 Kombinasi Kerapatan optik 620 nm [p ANOVA] ZA NaNO SP36 3 K 2 HPO 4 -------------------------------------------------------------- [0.00] N 1 P 100 1 100 0.11000 ab N 1 P 100 2 50 50 0.10867 N ab 1 P 100 3 100 0.05700 N a 2 P 50 1 50 100 0.50433 N d 2 P 50 2 50 50 50 0.35100 N c 2 P 50 3 50 100 0.15900 N b 3 P 1 100 100 0.37300 N c 3 P 2 100 50 50 1.01933 N e 3 P 3 100 100 0.48933 d angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada α = 0.05 DMRT Nilai OD ganggang mikro yang 0.5 menunjukkan bahwa komposisi dan konsentrasi hara pada taraf tersebut belum optimal Tabel 3. Achmadi et al. 2002 menyatakan bahwa pada OD yang lebih tinggi 1.0 kadar klorofil a menurun, tetapi produksi biomassa tetap naik. Hal ini memperlihatkan bahwa ganggang mikro tidak lagi memproduksi klorofil a atau tidak aktif memproduksi sel muda tetapi melakukan penuaan sel. Produksi biomassa yang ditunjukkan oleh nilai OD berhubungan dengan kemampuan ganggang mikro dalam memanfaatkan hara pada kultur biakannya Becker 1994. Dalam penelitian ini diberikan hara P dalam bentuk ortofosfat yang berasal dari pupuk SP36 danatau K 2 HPO 4 . Pada pemberian N 1 P 1 dengan 100 SP36 dan 0 K 2 HPO 4 nilai kerapatan optik sel tidak berbeda nyata dibandingkan taraf N 1 P 3 dengan 0 SP36 dan 100 K 2 HPO 4 . Namun pada taraf N 3 P 3 dengan 0 SP36 dan 100 K 2 HPO 4 berbeda nyata dibandingkan taraf kombinasi N 3 P 1 dengan 100 SP36 dan 0 K 2 HPO 4 Tabel 3. Hal ini dikarenakan ketersedian P dalam bentuk ortofosfat secara langsung reaktivitasnya dipengaruhi oleh ukuran butir. Makin halus ukuran butir fosfat makin reaktif, sehingga karena semakin mudah untuk diserap tanaman Hammond dan Diamond 1987. Ukuran butir ortofosfat dalam bentuk K 2 HPO 4 Perlakuan lebih halus daripada SP36.

4.2.2 Chlamydomonas sp. ICBB 9112