Perhitungan Breakeven Point Perubahan-perubahan yang mempengaruhi Breakeven Point

Titik impas breakeven point tercapai pada penjualan OP 2 unit dengan harga jual per unit tertentu yang sama pada berbagai tingkat penjualan. Hasil penjualan ditunjukkan dengan garis vertikal P 2 S 2 atau OR 2 . Hasil penjualan P 2 S 2 digunakan untuk menutup biaya variabel P 2 V 2 dan sisanya pendapatan marginal hanya cukup untuk menutup biaya tetap V 2 T 2 . Jadi, labanya adalah nol beradanya titik impas. Apabila perusahaan menghendaki untuk memperoleh keuntungan, penjualan harus diusahakan melebihi OP 2 unit. Misalnya, penjualan dapat mencapai OP 3 unit. Dengan harga jual yang sama hasil penjualan yang dapat dicapai adalah P 3 S 3 . Hasil penjualan ini digunakan untuk menutup biaya variabel yang meningkat secara proporsional P 3 V 3 dan biaya tetap V 3 T 3 . Sisanya sebanyak P 3 S 3 merupakan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Pada penjualan yang lebih banyak lagi misalnya OP 4 unit, keuntungan yang diperoleh juga semakin besar, yakni T 4 S 4 . Sebaliknya bila penjualan berada dibawah OP 2 unit perusahaan akan menderita rugi. Misalnya penjualan hanya mencapai OP 1 unit. Pada penjualan sebanyak ini hasil penjualan yang diperoleh hanya mencapai P 1 S 1 . Hasil ini digunakan untuk menutupi biaya variabel yang menurun secara proporsional P 1 V 1 . Sisanya tidak cukup untuk menutupi keseluruhan biaya tetap V 1 T 1 . Rugi yang diderita adalah sebesar S 1 T 1 . Kerugian akan bertambah besar apabila penjualan berada dibawah OP 1 unit. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa daerah yang terletak di sebelah kanan BEP adalah daerah laba, dan daerah yang terletak di sebelah kiri BEP merupakan daerah rugi Jumingan, 2008.

2.3.4 Perhitungan Breakeven Point

Menurut Jumingan 2008, terdapat berbagai metode dalam menghitung titk impas pendekatan matematis. Data atau informasi yang diperlukan dalam menghitung titik impas adalah : a. Hasil keseluruhan penjualan atau harga jual per unit b. Biaya variabel keseluruhan atau biaya variabel per unit c. Jumlah biaya tetap keseluruhan Terdapat empat metode atau rumus dalam menghitung titik impas, yakni : a. Perhitungan breakeven point atas dasar sales dalam rupiah dapat dilakukan dengan menghitung rumus : BEP Rp = ………......………………….....…..……….…….1 Dimana: BEP Rp = Penjualan pada titik impas-dalam rupiah FC = Biaya tetap keseluruhan fixed cost VC = Biaya variabel keseluruhan variabel cost S = Hasil penjualan keseluruhan 1 = Konstanta VCS = Variabel Cost Ratio VCR-perbandingan antara biaya variabel dengan hasil penjualan b. Perhitungan breakeven point atas dasar unit dapat dilakukan dengan menghitung rumus: BEP unit = FCP-V………………..………………...……...……2 Dimana: BEP unit = Penjualan pada titik impas-dalam unit P = Harga jual per unit sales price per unit V = Biaya variabel per unit c. BEP = FC MIR……………………………........…….........……3 Dimana: MIR = Marginal incme ratio rasio pendapatan marginal dengan hasil penjualan. MIR = 1-VCR disebut juga profit- volume ratio PV d. BEP = FC + VC pada BEP + nol ………….…...…......………4 Dimana: VC pada BEP = Persentase biaya variabel dari hasil penjualan titik impas

2.3.5 Perubahan-perubahan yang mempengaruhi Breakeven Point

Besarnya laba dalam analisis titik impas ditentukan berdasarkan selisih antara nilai penjualan total revenue dengan total biaya biaya tetap ditambah biaya variabel pada tingkat volume produksipenjualan tertentu. Perlu diperhatikan bahwa volume penjualan yang menghasilkan laba hanyalah volume penjualan yang berada di atas titik impas. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi besar-kecilnya laba tersebut. Faktor-faktor ini bersumber dari besaran-besaran yang diperlukan dalam analisisperhitungan titik impas. Besaran-besaran tersebut adalah volume produksipenjualan, harga jual per unit, biaya tetap, biaya variabel. Apabila besaran-besaran tersebut ini berubah maka laba juga akan berubah Jumingan, 2008. 1. Perubahan harga jual Apabila harga jual per unit mengalami perubahan, sedangkan volume penjualan, biaya variabel per unit, dan biaya tetap tidak berubah, maka perolehan laba juga akan mengalami perubahan. Naiknya harga jual per unit akan menggeser BEP ke bawah, dan sebaliknya. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Perubahan Harga Jual Jumingan, 2008 P 1 P 2 P V T S S 1 R Rp B A C C 1 A 1 BEP 1 BEP Apabila harga jual per unit naik maka nilai penjualan akan bergeser ke atas dari 0S menjadi 0S 1. Pada volume produksipenjualan 0P 2 perolehan laba akan bertambah dari BC menjadi BC 1 . Titik impasnya bergeser ke kiri dari BEP menjadi BEP 1 . 2. Perubahan biaya Apabila biaya variabel per unit atau biaya tetap berubah sedangkan volume penjualan dan harga per unit tidak berubah, maka perolehan laba juga akan mengalami perubahan. Dalam kasus ini titik impasnya akan bergeser. Perubahan dalam fixed cost biaya tetap dapat terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi. Perubahan fixed cost dalam grafik dapat ditandai dengan naik atau turunnya garis total cost, tetapi perubahan ini tidak mempengaruhi miringnya garis tersebut. Bila fixed cost naik, maka BEP akan bergeser ke atas dan sebaliknya bila fixed cost turun maka BEP akan bergeser ke bawah. Keadaan ini dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut : Gambar 3. Perubahan Biaya Tetap Jumingan, 2008 Meningkatkan biaya tetap dari RF menjadi R 1 F 1 akan menggeser biaya total dari RT menjadi R 1 T 1 . Pada volume produksipenjualan 0P 2 perolehan laba akan mengecil dari BC menjadi B 1 C. Titik impasnya bergeser ke kanan dari BEP menjadi P 1 P 2 P F F 1 V S T T 1 R R 1 Rp A A 1 B B 1 C BEP BEP 1 BEP 1 . Perubahan pada variabel cost ratio atau variabel cost per unit akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biaya variabel per unit akan menggeser BEP ke atas. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 4. Perubahan Biaya Variabel Jumingan, 2008 Meningkatkan biaya variabel dari 0V menjadi 0V 1 akan menggeser biaya dari RT menjadi RT 1 . Pada volume produksipenjualan 0P 2 perolehan laba akan mengecil dari BC menjadi B 1 C. Titik impasnya bergeser ke kanan dari BEP menjadi BEP 1 . 3. Perubahan volume produksi atau penjualan Apabila volume produksi atau penjualan berubah sedangkan faktor-faktor yang lain harga jual, rasio biaya variabel, biaya tetap tidak berubah maka perolehan laba juga akan berubah. Dalam kasus ini titik impasnya akan tetap atau tidak bergeser. Perubahan volume produksi atau penjualan dari OP 2 menjadi OP 3 akan memperbesar perolehan laba dari BC menjadi B 1 C 1 . Keadaan ini dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut : S T 1 T V 1 V P Rp R P 2 P 1 BEP BEP 1 A B B 1 C A 1 Gambar 5. Perubahan Volume ProduksiPenjualan Jumingan, 2008 2.4.Penentuan Penjualan Minimal Apabila besarnya keuntungan yang diinginkan telah ditetapkan, maka perlulah ditentukan berapa besarnya penjualan minimal yang harus dicapai untuk memungkinkan diperolehnya keuntungan yang diinginkan tersebut Jumingan, 2008. Penjualan minimal tersebut dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Penjualan minimal dalam rupiah = FC + Keuntungan .. ……….…5 1– Variable costSales

2.5. Margin of Safety