1.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Waduk adalah suatu badan perairan yang dibuat oleh manusia dengan membendung aliran sungai agar energi dan sumberdaya airnya tidak terbuang
percuma ke laut, tetapi dapat di manfaatkan. Waduk merupakan badan air yang
karakteristik fisik, kimia, dan biologis berbeda dari sungai asalnya yang dibendung, serta kualitas perairan waduk lebih stabil dibandingkan dengan sungai asalnya.
Waduk memiliki fungsi yang beragam diantaranya sebagai pembangkit tenaga listrik, irigasi pertanian, sarana transportasi, tempat rekreasi, sumber air minum, dan pusat
budidaya ikan keramba jaring apung Garno 2002. Waduk Cirata merupakan salah satu waduk yang dibangun di DAS Citarum,
yang pada saat pembangunannya ditujukan sebagai pembangkit tenaga listrik. Waduk yang dibangun pada tahun 1988 ini berada pada ketinggian 221 m dari permukaan
laut, mempunyai wilayah luas tangkapan air 603.200 Ha, luas 6.200 Ha, kedalaman rata-rata 34,9 m, dan volume 2.165 x 10
6
m
3
. Waduk Cirata kini menjadi genangan yang relatif permanen dan merupakan badan air besar yang memiliki kesamaan fungsi
dengan ekosistem perairan umum. Waduk ini memiliki berbagai potensi dibidang sosial-ekonomi seperti, sumber pengairan sawah, sumber air bersih industri, sumber
air minum, tempat budidaya ikan, tempat rekreasi, dan sarana perhubungan Garno 2002.
Waduk Cirata juga dimanfaatkan untuk tujuan budidaya ikan konsumsi dengan mengunakan jaringkeramba apung. Saat ini waduk Cirata mengalami masalah yang
cukup serius seperti penurunan kualitas air yang disebabkan oleh bahan organik yang berasal dari sisa pakan ikan, limbah dosmestik, dan limbah industri.
Banyaknya jumlah Keramba Jaring Apung KJA yang berada di waduk cirata akan sangat
mempengaruhi kualitas airnya, dimana daya dukung untuk KJA pada waduk cirata adalah 2700 petak. Jumlah KJA pada waduk Cirata mengalami pertambahan yang
sangat pesat dimulai pada tahun 1988 yang jumlahnya 74 petak, menjadi 17.477 petak di tahun 1999 dan tahun 2000 jumlahnya mencapai 28.738 dan pada tahun 2008
jumlah unit KJA pada waduk Cirata mencapai 53.100 Effendi 2008 unit sehingga telah melampui batas daya dukung dari KJA tersebut Husen 2000. Pertambahan KJA
dari tahun ke tahun dapat menimbulkan masalah yang berasal dari pakan yang diberikan ke dalam waduk tersebut. Saat ini dengan pemberian pakan buatan sebagai
2
pakan utama sering menimbulkan masalah serius di perairan wilayah KJA yaitu penurunan kualitas air. Akumulasi sisa pakan di dasar perairan dalam kondisi
anaerob akan membentuk gas-gas beracun seperti NH
3
dan H
2
S. Apabila suatu saat terjadi pembalikan massa air ke permukaan overturn maka akan membahayakan
kehidupan organisme perairan bahkan dapat mengakibatkan kematian massal ikan yang dibudidayakan.
Kandungan oksigen terlarut pada waduk berasal dari proses fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air, masukan dari aliran sungai, dan dari difusi udara.
Oksigen di perairan dimanfaatkan untuk respirasi oleh biota perairan dan proses dekomposisi oleh bakteri aerob. Pada lapisan hipolimnion, kandungan oksigen sangat
minim dan bahkan mencapai nol, sehingga terjadi dekomposisi bahan organik secara anaerobik pada lapisan ini maka akan dihasilkan gas-gas beracun seperti H
2
S, NH
3
, dan CH
4
dan jika terjadi proses umbalan pembalikan massa air dari dasar perairan ke permukaan maka gas-gas beracun tersebut akan terangkat ke permukaan. Selain itu,
ketersediaan oksigen di perairan akan mengalami defisit akibat pencampuran massa air dari dasar ke permukaan perairan sehingga dapat menyebabkan kematian massal
ikan di area KJA tersebut. Hal ini pernah terjadi di lokasi keramba jaring apung Waduk Cirata yang menyebabkan kerugian para pengusaha budidaya ikan akibat kematian
massal ikan. Defisit oksigen di lapisan hipolimnion diduga menjadi penyebab kematian
massal ikan saat terjadi umbalan. Oleh karena itu, untuk mengetahui fluktuasi
ketersediaan oksigen terlarut dalam perairan perlu dilakukan penelitian terhadap pola distribusi keberadaan oksigen terlarut di lokasi KJA Waduk Cirata melalui
pencampuran massa air yang dianggap sebagai kejadian umbalan.
1.2. Permasalahan